SYARAT 35

196 22 56
                                    

---

Happy Reading

---

"Jahat!!"

Gumaman itu terucap jelas di bibir Zifa. Matanya sudah berair pertanda akan mengalir deras. Namun, meski berair tatapan itu lebih tajam dari apa yang Zifa lemparkan setiap ia menatap Lio.

Sedangkan Lio sendiri bungkam, tak tahu harus berkata apa. Lio hanya mampu menyebut nama Zifa berulangkali dengan nada yang pelan.

"Zifa, ak--"

"Berhenti menyebut namaku!!" Gertak Zifa begitu marah, ia lalu segera pergi meninggalkan Lio dan Ziano yang masih berada di belakang lelaki itu.

Melihat hal itu dada Lio sesak, sakit di hati nya sungguh terasa saat ini. Ia tidak ingin dibenci Zifa. Meski ia tahu, dendam masih terus saja membuatnya untuk menutup mata. Namun sungguh, ia juga tidak rela Zifa membencinya.

"Aaarhrhh!!" Teriak Lio frustasi meninju dinding tembok toilet dengan kasar yang jauh di sampingnya.

"Zifaa!!!" Panggilnya lalu berlari menyusul Zifa. Ia tidak ingin terjadi sesuatu dengan gadis itu ketika di jalan. Ia yakin, Zifa pasti merasa khawatir terhadap sahabatnya itu.

Mengapa kamu harus berteman dari keluarga yang membunuh adikku Zif...

Seolah tidak sadar dari apa yang di ucapkan, Lio meringis pedih. Dibenaknya mengatakan bahwa seharusnya memang mengapa harus menaruh rasa pada orang yang bersahabat dengan keluarga pembunuh adiknya. Tapi sayang, meski begitu, Lio tetap terus menambah rasa cinta itu pada gadis berhijab bernama Zifa.

Ziano hanya mampu melihat kekalutan Lio yang sedang mengejar Zifa. Ia juga tidak menyangka Lio akan melakukan hal demikian, meski memang kejadian yang setahun lalu membuatnya berubah seperti sekarang.

Ziano mengepalkan tangan meredam segala emosi pada dirinya. Perlahan namun pasti tubuh Lio menghilang dari jarak pandangan.

---

"Sayang, aku akan mengantar mu pulang." Pinta Lio. Ucapan lelaki itu lembut seperti sebelum nya.

Zifa menahan sesak di dada. Jujur, Ia begitu marah ketika mendengar pertengkaran Lio dengan temannya. Sangat tidak menyangka jika orang yang sering menyiksa sahabatnya di balik topeng adalah orang yang mencintai nya selama ini.

"Berhenti memanggilku sebutan seperti itu! aku bukan pacar mu. Dan oh iya, sekarang aku baru sadar, kau mendekatiku, men treat aku sebagai milik mu selama ini agar kau bisa bebas merencanakan sesuatu terhadap Sheryl! licik kau!" tuduh Zifa dan berteriak tepat di depan wajah lelaki itu.

Lio menggeleng membantah. Ia menampik pikiran Zifa secepatnya.

"Tidak! aku tidak berpikiran seperti itu. Kamu tetap gadis ku, dan Sheryl tetap sebagai pembalasan dendam ku. Meski aku tidak ada rasa padamu pun, aku tetap akan melakukannya pa---"

"Jahat kau Lio! jahat!" Sela Zifa. Makiannya sampai membuat wajahnya memerah.

"Zifa dengar! aku ada alasan untuk melakukannya," kata Lio.

"Bagaimanapun alasan mu, tidak sepantasnya kau diam-diam meneror dan memperlakukan kasar pada sahabat ku!"

Lio menarik bibir, membentuk senyuman miring. "Harusnya ia beruntung Zifa. Dia beruntung karena kematian nya selalu terundur di saat aku juga selalu membayangkan diri mu," tutur Lio jenaka.

Zifa syok mendengarnya. Ternyata Lio bukan hanya sekedar menyiksa sahabatnya saja, namun Lio juga ada niat ingin membunuh Sheryl. Begitu kejam ternyata lelaki didepannya kini.

SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang