SYARAT 23

169 26 19
                                    

Kalau udah lupa ceritanya, tolong kembali baca part 21 yang akhir. Aku mengulang Adegan Zifa pada seseorang yang menabraknya di pusat perbelanjaan.

Siap?

---

Happy Reading

---

"Apa kabar adik manis?"

Zifa mendongak cepat saat suara seseorang yang menabraknya itu menanyakan kabar. Suara itu menyapa dengan sedikit berbisik hingga, hanya dirinya lah yang mungkin mendengarnya.

Zifa mengerutkan dahi karena wajah lelaki itu sangat menunduk dengan topi yang menutup kepalanya sehingga sulit untuk mengenal wajah itu.

"Maaf siapa?"

"Zifa..." Panggilan Sheryl membuat Zifa berbalik. Disana Sheryl nampak menatap dirinya bingung.

"Kenapa berhenti jalannya? apakah ada yang ketinggalan?" Tanya Sheryl, kepalanya juga menengok kearah dalam.

Zifa menggeleng. Ia kembali melihat lelaki itu pada tempatnya berdiri tadi, namun ternyata sudah tiada.

"Kemana lelaki tadi?" Gumamnya heran.

"Lelaki siapa?" Sheryl mendekat, mengajak Zifa untuk segera berjalan.

"Zif, lelaki siapa yang kamu maksud?" Sheryl terus saja bertanya.

Saat Zifa hendak menceritakan kejadian tadi pada Sheryl, tiba-tiba seseorang datang lagi. Terlihat bahwa orang itu adalah paruh baya yang sudah berumur 60 tahun.

"Apakah kalian yang bernama Zifa dan Sheryl yah?" Tanya paruh baya itu dengan senyuman ramahnya.

Zifa dan Sheryl pun mengangguk tak lupa memasang raut wajah yang bingung.

"Iyaa Pak," jawab Sheryl.

"Oh syukurlah, saya langsung menemukan kalian. Perkenalkan nama saya Pak Bino. Sopir baru kalian jika ingin pergi kemana-mana," ucap Pak Bino dengan tingkah sopan nya.

"Saya di perintah oleh Tuan Lio. Dia mengatakan bahwa seterusnya akan mengantar jemput kalian kemana pun kalian pergi." lanjutnya lagi.

Zifa yang mendengar itu sedikit menghela napas. Ingatannya terlempar pada obrolan ia dan Lio saat itu.

Flashback on

"Jangan selalu menjemput dan mengantar aku Lio. Aku bisa memesan mobil online atau naik bus," ucap Zifa pada Lio yang sibuk menyetir mobil.

Lio tersenyum lalu ia menoleh kesamping pada Zifa. Tangannya terangkat hendak menyentuh bahu Zifa.

"Lio!"

"Oh iya Lupa," ucapnya cepat dan menurunkan tangannya.

"Ini bentuk rasa perhatian aku padamu. Apa tidak boleh?"

"Bukan tidak boleh. Hanya saja, aku sangat merepotkan mu. Aku bisa kok pergi ke kampus bersama Sheryl. Akhir-akhir ini kami jadi jarang bersama," Ucap Zifa pelan. Takut jika Lio tersinggung.

"Lio, bisa pahami aku lagi? aku kasian jika melihat Sheryl berangkat pulang pergi ke kampus dengan sendiri. Apa lagi dia sedang hamil," lanjutnya cepat.

Lio menghela napas."Baiklah kalau itu mau mu. Aku akan segera memberikan mu sebuah mobil kalau begitu, katakan mobil seperti apa yang kau mau."

Zifa membulatkan mata. Ia menggeleng cepat. "Jangan. Itu sangat berlebihan!" Tolak Zifa.

SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang