SYARAT 37

126 8 7
                                    


---

Happy Reading

---

"KELUARKAN SAYA DARI SINI!"

Sudah sebulan lebih Sheryl terkurung di kamar itu. Hanya makanan yang bolak balik dari kamar. Sedangkan Sheryl tak diizinkan untuk sekedar berjalan pelan menelusuri rumah tempat ia di sekap.

Sheryl stress. Kandungan nya mulai membesar. Namun tidak membuat ia begitu ceria sekarang. Sheryl butuh sahabatnya. Pasti Zifa mengkhawatirkan dirinya. Hampir berhari-hari Sheryl menangis. Ia bingung dengan kehidupan nya sekarang. Mau di bilang di sekap pun, Sheryl memiliki semua apa yang di perlukan nya. Tapi itu tidak membuat Sheryl merasa bebas, tidak dapat membuatnya untuk sekedar mengetahui isi rumah ini.

Pergerakan Sheryl di batasi. Ia begitu depresi sekarang. Siapa sebenarnya penyebab dari ini semua?

"Zifaa...rindu!" Sheryl mengusap air mata di pipi nya. Kini tubuh Sheryl sudah mulai membengkak. Badannya sudah mulai tak dapat Sheryl bawa. Sheryl kecewa, sebab proses seperti ini tak di temani oleh sahabatnya.

"Nona, silahkan di nikmati makan siangnya."

Sheryl menolehkan wajah pada seseorang yang membawa kan nampan tersebut.

"Sebenarnya kalian siapa! apa motif kalian mengurungku! Ayo jelaskan padaku!" Sheryl mengamuk. Berdiri dan memukul lelaki itu.

Lelaki itupun berusaha menghindar. Ia tidak mungkin untuk membalas perlakuan wanita hamil itu.

"Sialan kalian! siapa sebenarnya kalian! lepaskan saya!"

"Ada apa ini?" Jerry datang dengan raut yang bingung. Membuat Sheryl menoleh. Tatapannya makin tajam kala melihat sosok yang terus saja memakai masker itu. Sudah sebulan lamanya lelaki itu terus saja memakai masker jika menemui Sheryl dengan alasan penyakit yang tak bisa dijelaskan.

"Kau!" Sheryl menunjuk.

"Saya tahu kau tidak berniat melukai Ku. Tapi kau selalu menginginkan ku berada disini! pulangkan saya!" Sheryl menjerit dan berlari kearah Jerry.

Tentu Jerry sigap menahan langkah wanita itu. "Tolong perhatikan langkahmu."

"Bajingan! lepaskan saya! saya ingin pulang!"

"Tetap lah disini Sheryl. Diluar sana bahaya!"

"Tidak! Saya merindukan sahabatku!"

Jerry mengepalkan tangan dikala wanita itu malah menyebut perempuan tadi.

"Lepaskan saya!"

---

"Baru saja aku ingin mengajak mu ke kantin, ternyata sudah ada disini." Lelaki tampan itu pun duduk di depan Zifa yang tengah melamun mengabaikan ucapan Lio.

"Zifa!?" Zifa menepis tangan Lio yang memegang lengannya.

"Maaf," ucap Lio.

Zifa tak mengangkat wajah untuk sekedar menatap lelaki di hadapannya. Sebelah tangannya hanya sibuk mengaduk makanan yang sama sekali belum masuk kedalam mulutnya.

"Kenapa hanya diaduk? bel--"

"Bisa tinggalin saya?" Zifa berkata dengan tatapan yang di angkat. Zifa dapat melihat raut menyesal dari wajah Lio yang tampan.

"Zifa maafin Aku. Aku menyesal. Setelah ini aku janji tidak akan menyakiti sahabat mu lagi."

"Terlambat!"

Lio mengusap wajahnya dengan pandangan menunduk. "Aku masih menyelidiki dimana Sheryl saat ini sayang. Tolong bersabar lah. Setelah aku berhasil menemukannya, aku janji mengembalikannya padamu." Lio berucap sungguh-sungguh. "Jangan menyiksa ku seperti ini Zifa, tolong kembali lah seperti dulu."

SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang