SYARAT 34

186 38 140
                                    

---

Happy Reading

---


"Merindukan ku?"

Zifa terkejut hingga setumpuk kertas yang ada di tangannya hampir saja berserakan jika tak ia pegang dengan erat.

"Astagfirullah Lio!" kesal Zifa dengan tatapan mendelik pada seorang lelaki yang tengah tersenyum menyengir padanya.

"Assalamu'alaikum sayang," ralat nya hingga membuat Zifa mengelus dada.

"Waalaikumsalam."

"Merindukan ku?" Lio kembali mengulang pertanyaan kala pertanyaan pertamanya belum di jawab oleh Zifa.

"Tidak."

"Benarkah?"

Zifa menghela pelan lalu mendongak menatap Lio yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya.

"Menepilah!" perintah Zifa.

Lio berdecak lalu menepi memberi jalan untuk Zifa.

"Kupikir kamu merindukan ku!" Sedihnya ketika bertutur.

Zifa tak menggubris ucapan sedih Lio. Perempuan itu terus berjalan, mengabaikan kehadiran Lio yang terus mengekor.

"Mau kemana?" Tanya Lio.

"Keruangan rektor."

"Untuk?"

Sebelum Zifa menjawab, bunyi handphone milik Lio terdengar membuat lelaki itu segera mengangkatnya.

"Hm?"

"Saya berhasil menyekapnya boss."

Lio menyunggingkan senyum licik. "Tunggu, saya akan segera kesana."

Lio melirik Perempuan di depannya. Ternyata Zifa melemparkan tatapan padanya.

"Kenapa?" Tanya Lio.

Zifa menggeleng sebagai jawaban.

Lio pun menghela sesaat sebelum berucap, "Maafkan aku tidak bisa mengantar mu pulang. Apakah tidak masalah?"

Zifa kembali menggeleng sebagai jawaban.

Lio tersenyum lalu tangannya terangkat mengusap kepala Zifa singkat.

"Aku harus pergi, jika kamu sudah berada di rumah kabari aku," Pinta Lio. Tanpa menunggu jawaban dari perempuan itu, Lio sudah beranjak pergi membuat Zifa mengerutkan dahi dengan tatapan lurus ke depan.

"Aneh."

---

Tatapan datar dengan manik tajam itu menyorot pada cermin di depan. Lio dapat menatap diri nya sendiri dengan api dendam yang menyeruak ke sekelilingnya. Di tangannya kini sudah tergenggam sebuah topeng yang sering kali memakai nya jika berniat menyelakai seseorang.

"Ingin mengumpan seekor singa?" Gumamnya tepat menyindir pada Vero. Lio terkekeh jenaka di saat mengetahui kelicikan Vero selama ini.

"Baiklah akan kumakan pancingan mu!"

Lio sudah tahu dimana Vero sekarang, dan ia juga sudah tahu tiap rencana yang di lakukan nya. Maka dari itu, sebelum hal-hal yang membahayakan terjadi, maka ia harus lebih duluan menyusun siasat untuk mengelabui Vero melalui adiknya sebagai umpan. Meskipun, seseorang yang ia cintai selama ini lah yang akan menjadi resiko tindakannya. Sekejap hati Lio gundah tiap mengingat gadisnya, namun rasa balas dendam nya lebih dominan saat ini.

Sebelum memakai topeng itu, Lio harus mengganti manik Abu nya dengan menempelkan lensa mata bewarna biru. Untuk menyamarkan proses balas dendamnya, agar tidak diketahui siapa dirinya sebenarnya.

SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang