KET : Mulmet itu ekspetasi Julian Leonidas. But kalian boleh kok ngebayangin cowo lain kan ini cuman model laki-laki di cerita ini :)
Holla... ketemu lagi sama aku. Di cerita yang kedua ini genrenya agak sedikit nyeleneh dan aneh tapi maafkan aku ya cuman ide ini yang berkembang dengan pesat di otakku dan memaksa ku untuk menggedor seluruh pintu imajinasi yang akhirnya membentuk cerita serba absurd ini. *Hahahah oke emang sedikit alay sih. Tapi semoga kalian suka. Dan jangan lupa give ur thumbs up dan comment ya. Don't be silent readers please so happy reading galss
****
Bethreyya menatap bayi mungil di depannya itu cemas. Bahkan kelewat sangat cemas. Bagaimana ia tidak cemas jika diluar sana keadaan kacau balau tak terkendali. Para warga berlarian kesana kemari menyeleamatkan dirinya masing-masing. Ada yang bersembunyi di dalam rumah ada juga yang memilih untuk meninggalkan tempat tinggal nya namun tak bisa dipungkiri bahwa mereka semua bisa saja berakhir sama. Menjadi budak atau mati dalam suasana seperti ini. Bethreyya mendesah dalam hati, semoga dewa melindunginya beserta bayi ini. Ia tidak ingin terjadi apapun pada bayi tak berdosa yang sedang berada dalam dekapannya. Sudah cukup kudeta dengan kematian rajanya kini pewaris takhta ini harus memiliki nasib yang sama dengannya. Tidak! Ia tidak akan membiarkannya. Benteng terluar kerajaan di jatuhi bom katapel yang sangat besar, mau tidak mau sejurs kemudian bangunan tempat Bethreyya itu bergetar. Wanita paruh baya tersebut nampak ketakutan, air matanya mendobrak keluar tanpa bisa ditahan lagi. Disudut kecil hatinya sejumlah do'a do'a pengantar kematian dan penuntun dilapalkan nya untuk mencegah sesuatu buruk yang terjadi. Pintu batu besar yang terbuat dari campuran pasir-pasir pinggir sungai tersebut menjeblak menampilkan wanita yang berusia di awal dua puluhan itu dengan khawatir. Raut wajahnya nampak sedih dan amat terluka namun juga panik dalam sisi yang lain, ia menghampiri Bethreyya dengan tergopoh-gopoh benar benar cemas akan keselamatan putra semata wayangnya,
"My queen" Bethreyya mencoba bersuara walaupun suara yang keluar lebih mirip sebuah isakan kecil dibandingkan dengan kekhawatiran, ia ingin mengetahui sebuah pernyataan buruk yang cepat atau lambat akan disampaikan oleh ratunya itu,
Wanita itu menggeleng pelan begitu melihat sudut mata Bethreyya berair tanda ia baru saja menangis, ia tersenyum mencoba menenangkan wanita yang jauh lebih tua dihadapannya itu namun sejujurnya ia sendiri tidak yakin dengan keadaannya saat ini, "Tidak ada yang perlu ditakutkan Beth, ini bukan saatnya untuk menangis" wanita itu berbisik parau sambil menggenggam kedua bahu Bethreyya yang berguncang pelan akibat tangisnya, wanita itu memandang putra semata wayangnya yang tampak tertidur dengan lelap. Sangat damai dan tenang, seolah-olah tidak terganggu dengan suasana kacau balau yang terjadi di luar sana. Di dalam gendongan Bethreyya, malaikat kecilnya itu begitu sempurna, bagaimana tidak wajahnya benar-benar tanpa cela dan tak bercacat. Dengan usia yang masih sangat kecil, ia sudah sangat dikagumi banyak orang. Bahkan rakyat-rakyat, ahli nujum, dewan istana, dan beberapa musafir memujanya sebagai titisan dewa akibat rupanya yang terlalu rupawan. Siapapun yang melihat putranya pasti akan langsung jatuh cinta dengan bayi mungil tersebut.
Wanita itu menggeleng, ia tidak boleh terlarut dalam suasana haru disaat mencekam. Ini tidak baik. Bagaimana pun juga putranya masih pantas mendapatkan kehidupan meskipun nyawanya adalah taruhan. Wanita itu mengucup dahi putra semata wayangnya sebentar sambil berdo'a memohon kepada dewa supaya cepat atau lambat ia akan dipertemukan kembali dengan putranya itu. Bethreyya terdiam beberapa saat, wanita di depannya itu gelisah menunggu perintah darinya, "Beth.. bawa dia sekarang juga keluar dari istana!" Ujar wanita itu memerintah dengan tegas,
"Tapi My queen, bagaimana dengan anda?!" Bethreyya mencicit kecil mengkhawatirkan ratunya tersebut,
wanita itu menggeleng pelan, "Kau tidak usah pedulikan aku Beth. Yang terpenting kau membawa putra ku keluar dari kota ini. Sembunyikan dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
PHARAOH [Book One] ✓
خيال (فانتازيا)For Those Who Always Believe in Miracle *** Pada akhir musim panas, Westminster mengadakan study tour. Study tour mengunjungi kota kuno yang dulunya termansyur pada jamannya. namun sayang kedatangannya di kota kuno tersebut membawa bencana beruntun...