18 : The temple of Isis

1.6K 133 3
                                    

Ada sedikit adegan romantis. Dikit banget karena diiringi perdebatan mereka. Itu sebenernya yang bikin romantisnya. Hahahaha jarang banget soalnya mereka romantis karena tiap kali adegan romantis selalu di kejutkan oleh beberapa hal. Dan kali ini sih sama. Adegan romantisnya gagal wuakakaka. Belum saatnya mereka beromantis ria*ceilahh

***

Mese
Aku menimang-nimang untuk memasuki ruang kerja yang Mulia apakah keputusan yang tepat setelah mendengar dari Herodotus bahwa sidang sudah selesai 30 menit yang lalu tepat saat pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok Caesarion dalam balutan Chitons berwarna plum miliknya ditambah hiasan mahkota dari sulur sulur akar tanaman yang dibuat dari emas murni dan dilapisi perak berkilau an jika tertempa sinar matahari. Rambut coklat kepirangannya menambah aksen yunani yang lebih terlihat kental daripada seorang Pharaoh. Caesarion menatapku sejenak sambil meneliti dari atas hingga bawah yang sedang berdiri dengan peplos panjang hampir menyentuh mata kaki dengan rambut tergerai dibelakang punggung. Rambut ku masih sedikit basah karena para pelayan istana sialan itu yang memaksa untuk mencucinya. Setelah merasa tidak ada yang salah dengan penampilan ku atau setidaknya tidak memperburuk reputasinya kemudian pandangan itu kembali bertumpu padaku,

"Ada apa?" Tanya nya langsung. Well, ia terlalu ketus untuk seorang raja jika sedang bertanya.

"Apakah kita bisa bicara sebentar yang Mulia?!" Tanya ku menawarkan. Caesarion nampak menimbang nimbang pemikiran tersebut sebelum mengangguk tanda setuju.

Ia berjalan mendahuluiku tanpa menoleh ke belakang. Dan kini giliran aku harus mengikuti langkah kaki besarnya. Aku berlari kecil berusaha menyamai langkah kakinya tapi dasar peplos sialan! Ia tidak membiarkan ku melangkah barang sejengkal sendok, oke itu memang berlebihan tapi peplos ini benar-benar membuat ku susah berjalan. Itu lah alasannya kenapa aku lebih suka mengenakan Celana panjang dari linen dan kalasiris pendek untuk mempermudahkan ku bergerak sesuka hati. Berusaha dengan cekatan aku mengambil langkah seribu untuk menyusul nya,

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Caesarion bertanya namun tatapan nya tidak tertuju untuk ku. Pemuda itu tentu saja menatap lurus ke depan memandang koridor yang nampak sangat jauh untuk dijangkau

"Pertunangan kita yang Mulia. Aku rasa-

"Diam dan ikuti aku!" Caesarion menyergah ucapan ku sebelum aku bisa berkata kata lagi lantas setengah berlari menuju ke ujung koridor. Mau tidak mau aku mengikuti langkah langkah nya dengan berlari sambil menjaga keseimbangan akibat peplos sialan ini sekali kali jika tidak mau ketinggalan dirinya.

Caesarion berhenti berlari saat aku sadar bahwa ia berdiri di depan istal kuda dan detik selanjutnya ia memasuki bangunan dari kayu tersebut untuk memilih milih kuda. Aku menunggu Caesarion dari luar selama beberapa menit saat pemuda itu membawa se ekor kuda jantan yang dituntunnya dan se ekor lagi kuda di belakang nya yang sedang dituntun pelayan istana. Caesarion tidak berbicara, ia hanya mengisyaratkan ku untuk naik ke atas kuda yang ia tuntun sebelumnya. Dengan dibantu tangan Caesarion sebagai pegangan, aku duduk di atas kuda tersebut dengan posisi menyamping yang sempurna. Caesarion menyusul yang kulakukan dengan menaiki kuda yang dibawakan pelayan di belakangnya tadi.

Caesarion terlebih dahulu memacu kudanya tidak terlalu cepat agar membiarkan ku untuk mengikutinya dari belakang. Kuda yang kutunggangi tidak berjalan sangat cepat tapi aku bisa merasakan guncangan disekitar tubuhku.

"Jadi apa yang ingin kau tanyakan Mese?" Caesarion bertanya sewaktu kami sudah meninggalkan istana lima menit yang lalu. Yah mungkin jarak yang cukup jauh untuk didengar sang pengkhianat apa yang sedang kami bicarakan,

"Yang Mulia pertunangan kita akan berlangsung 3 minggu lagi. Aku berpikir itu bukanlah waktu yang lama untuk sebuah acara akbar yang akan berlangsung. Lihat lah semua ini. Mereka tengah menyiapkan perayaan tahunan dengan besar besaran mengingat bahwa rajanya berniat untuk mengumumkan pertunangannya. Tidak kah menurutmu itu ide bagus agar kita saling membuka diri yang Mulia?" Aku memulai pembicaraan dengan menatap kota yang nampak meriah dari kejauhan dengan hiasan pernak pernik khas disetiap rumah, persiapan sesajian, sesembahan, latihan tari menari dan berbagai atraksi kerja bakti membersihkan lingkungan juga kegiatan memoles diri,

PHARAOH [Book One] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang