***
"Gila! Seharusnya aku tidak menuruti ucapanmu itu, seharusnya kita tidak perlu berada disini, seharusnya kita mencari tempat lain, seharusnya kau juga tidak usah datang ke istana ku kemarin, dan seharusnya aku tidak pernah mengajukan kata kata terkutukku itu! Lihat ini sekarang!" Julian terus menggerutu tidak jelas sembari menyingkirkan beberapa kerikil kerikil kecil yang menghalangi jalannya mendaki.
Bedebah Mese itu membuat nya harus bersusah payah menaiki pasir yang licinnya seperti es itu sehingaa membuatnya kesusahan untuk menggapai puncak bukit. Sesuai permintaan Julian, gadis itu mengajak Julian untuk berjalan-jalan ke beberapa namun sialnya gadis bodoh itu malah memilihkan tempat-tempat ekstrim seperti saat ini. Mereka sempat berdebat beberapa hal mengenai tunggangannya dan waktu yang dibutuhkan sampai akhirnya mempunyai kesepakatan bahwa Mese yang akan memandunya dan memanage waktu sedangkan Julian yang mengurus kuda-kuda mereka. Awalnya Mese memberontak tidak mau menaiki kuda yang disediakan Julian, tapi nampaknya Khafre sudah berkomplot dengan Julian sehingga unta itu pura-pura marah dan hanya diam di kandangnya. Khafre tidak mau berdiri barang sedikit pun ketika Mese memaksanya, bahkan gadis itu membual tentang imbalan makanan enak yang akan Khafre dapatkan jika ia mau menuruti perintahnya.
Tapi sekali lagi, Dewi Fortuna sedang berada di pihak Julian sehingga apapun yang dikatakan Julian semuanya menjadi kebenaran, sehingga mau tak mau gadis itu mengalah dan memilih untuk mengunggang kuda. Namun bukan Mese yang tiba-tiba menjadi lemah seperti itu, sekalipun Julian adalah seorang raja Mese tetap akan berniat untuk membalaskan hasrat kejahilannya. Gadis itu dengan sengaja membawa Julian ke pasar yang penuh dengan orang-orang liar yang saling berdesakan, kemudian mengunjungi pinggirin sungai nil hanya untuk mendapati buaya sedang mengintai mereka berdua dan terakhir Mese membawa Julian di pinggir kota, menuju sebuah bukit pasir yang sangat tinggi dan licin namun bukan hanya sekedar menjahili Julian, Mese ingin menunjukkan sesuatu kepada pemuda itu. Hal yang paling menarik dari Alexandria.
Pemuda itu memungut kerikil terakhir yang dilihatnya lantas kembali berjuang, mendaki di atas pasir yang licin dan terasa bergemerisik di kulitnya, "Kau terlalu banyak mengeluh yang Mulia" desah Mese sebal sembari menarik tangan Julian,
Pemuda itu langsung menghempaskan tangan Mese yang berniat membantunya sembari menjejalkan kaki kirinya ke dalam balutan pasir, "Kau menyebalkan!" Mese tidak marah alih alih ia tertawa lebar melihat wajah kembang kempis Julian yang terlihat semakin sexy.
Bicara mengenai Julian yang sexy, Mese buru-buru mengurungkan ucapannya karena Julian tidak sexy sama sekali. Uh, bukan begitu maksudnya. Julian memang terlihat menggoda. Apa pula. Julian tidak menggoda dia hanya sexy, yah seperti itulah namun tak lebih dari sekedar pemuda ingusan biasa ketika sikap arogan mengintimidasi, dan over percaya dirinya itu muncul,
"Jangan menatapku terus seperti orang kelaparan. Aku tahu aku menggoda, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara mengenai sex. Sekarang cepat bantu aku!" Sergah Julian kasar sebelum Mese melanjutkan pikirannya lagi.
Apa yang aku katakan benarkan. Julian terlalu over percaya diri, Desah Mese dalam hati
Gadis itu memutar bola matanya jengah sebelum akhirnya mengulurkan tangannya meraih tangan Julian kemudian sedikit menarik pemuda itu keluar dari lubang pasir. Julian mendesah lega kemudian mulai memanjat lagi, "Berapa mil lagi kau akan menyiksaku, huh?" Tanya pemuda itu dengan nada sarkastik,
"Kita akan segera sampai yang Mulia. Aku tahu kau sudah kelelahan" Mese merasa bersalah begitu melihat wajah memerah pemuda itu dengan ekspresi tersiksa yang kentara. Alih alih Mese memilih untuk berdamai dengan sang raja.
Julian tidak membantah lagi, sisa pendakian mereka dihabiskan dalam diam dan sesekali Mese membantu Julian untuk keluar dari lubang pasir meskipun ia sendiri sedikit kesusahan dengan pasir yang semakin licin setiap meternya. Begitu sisa pendakian mendekati ujung, Mese buru-buru meninggalkan Julian dan berlari tergesa menuju puncak bukit pasir guna menyaksikan sang raja siang kembali dalan peraduannya. Julian meneriaki namanya dari bawah dan berusaha menyusul Mese dengan susah payah ketika melihat pemandangan paling indah yang pernah ia temui terbentang luas dihadapannya. Langit jingga Alexandria, kuil kuil pemujaan serta istananya yang nampak mendominasi di sisi selatan kota tersebut nampak menghias sore kelabu tersebut dengan damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHARAOH [Book One] ✓
FantasyFor Those Who Always Believe in Miracle *** Pada akhir musim panas, Westminster mengadakan study tour. Study tour mengunjungi kota kuno yang dulunya termansyur pada jamannya. namun sayang kedatangannya di kota kuno tersebut membawa bencana beruntun...