17 : Realize

1.6K 151 12
                                    

"Apa yang kau lakukan disana?" Tanya Julian saat pria itu memutuskan untuk menggiring Mese masuk ke dalam istana lagi karena mentari sudah beranjak bergeser keperaduannya. Hari sudah sore ketika mereka kembali ke dalam istana.

Mese mengedikkan bahunya acuh, "Berterima kasih padamu. Sesuai permintaan Cyrus dan Mesi"

Julian memutar bola matanya kesal, "Urggh, jadi kau menemuiku hanya untuk menyampaikan terima kasih yang bahkan itu disuruh oleh kedua bocah cilik itu?!"

Mese mengangguk, "Setidaknya aku mendapat pertunjukan gratis dari mu" kemudian tersenyum,

"Bagaimana aku tadi?" Julian berujar bangga, Mese bisa merasakan kepala pemuda itu akan meledak sebentar lagi jika ia tidak membuatnya tenang,

"Lumayan.." pendapat Mese. Bahu Julian merosot kebawah mendapati Mese hanya berkata lumayan untuk hal yang tidak pernah ia pelajari selama 17 tahun hidupnya.

"Hanya lumayan?" Mese kembali mengangguk mengiyakan,

Julian mendengus sebal mendengarnya, "Dasar! Kau memang bukan calon istri yang baik" desis Julian

"Aku juga tidak berniat menjadi istrimu yang Mulia" Julian memutar bola mata nya kesal,

"Terserah kau saja lah!" Kemudian pemuda itu berjalan lebih cepat mendahuluinya. Mese terkikik setelah melihat punggung Julian menghilang dibalik koridor istana. Well, lumayan bukan kata kata yang buruk bukan meskipun ia mengakui rajanya adalah seorang ahli pedang yang cukup baik untuk seusianya. Tapi ia tidak ingin pemuda sombong itu lebih besar kepala sehingga alih alih memuji Mese memilih untuk menjatuhkan rasa percaya dirinya.

"My queen. Syukurlah aku berharap bertemu denganmu lagi setelah malam-malam kau melarikan diri dari istana namun sepertinya dewa mendengarkan do'a ku dan membuat ku bertemu lagi denganmu" Gelasia berseru senang sembari memeluk Mese ketika gadis itu mengunjungi dapur istana setelah jamuan makan malam.

Mese terkekeh senang kemudian membalas pelukan Gelasia, "Aku merindukanmu. Itulah sebabnya aku disini, Gelasia" gadis itu melepas pelukan Gelasia kemudian berjongkok.

Gelasia bisa melihat dua bocah kecil laki laki dan perempuan di belakang punggung Mese sedang mencoba bersembunyi, "Perkenalkan Gelasia. Dia adalah Cyrus dan Mesi. Mereka berdua adalah adikku"

Mese memperkenalkan Cyrus dan Mesi yang kemudian dibalas dengan senyuman renyah Gelasia, "Oh ayo anak anak tidak usah malu padaku. Aku senang membuatkan kalian makanan manis manis"

Mata Mesi nampak bersinar kegirangan dengan rona wajah memerah sedangkan Cyrus terlihat meneliti dari atas kebawah penampilan wanita tambun dengan senyum ramah dan hangatnya, "Dia adalah bibi Gelasia. Kalian bisa memanggilnya seperti itu. Bibi Gelasia bukan orang jahat dan ia akan membuatkan banyak makanan manis untuk kalian berdua. Kau suka?"

Mesi dan Cyrus kemudian mengangguk senang, mereka keluar dari tempat persembunyiannya dan berada di samping Mese. Tiba-tiba Gelasia mengalihkan pandangannya ke balik tembok kemudian berseru, "Hei Lysias! Apa yang kau lakukan disana! Cepat kerjakan tugas mu!"

Pria yang dipanggil Lysias itu tergeragap kaget kemudian mengangguk dengan cepat lalu buru buru meninggalkan mereka ber dua yang tengah berbicara itu. Gelasia kembali mengalihkan pandangnya kepada Mese, "Kau kenal pria itu Gelasia?" Tanya Mese.

Gelasia mengangguk, "Ya My queen. Dia pria aneh yang baru saja bekerja disini sekitar 2 bulan yang lalu" Mese mengerutkan keningnya, "Ada apa MiLady?"

"Aku bertemu dengan nya tadi siang ketika menanyakan dimana yang Mulia berada. Tapi pria itu tidak menjawab nya. Alih alih ia berlari seperti orang ketakutan dan kebingungan ketika melihatku. Persis seperti yang ia lakukan saat ketahuan menguping tadi"

PHARAOH [Book One] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang