KET : Mulmet itu Cyrus Leonidas(Gimana ganteng gak? :D)
Holy crap!! Maaf lama banget ya nge lanjutnya tapi tenang aja. Ini udah dilanjut kok. Pada chapter ini, udah memulai masuk ke inti ceritanya. Jadi siap siap aja lo pada gatenang sampai ceritanya selesai wkwkwkw. Peace, :v click that button vote and comment below
***
"Maaf aku membawa mu kemari yang Mulia. Tapi ada sesuatu yang kuharap bisa kau lakukan disini" Mese mempersilahkan raja muda tersebut untuk memasuki gubuk reyot nya ketika mereka sudah sampai di depannya. Sesaat Julian menatap gadis itu ragu namun setelah mengetahui binar penuh keyakinan yang terpancar di kedua bola matanya Julian memutuskan untuk mengenyahkan pemikiran aneh di dalam kepalanya dan berjalan memasuki rumah tersebut.
Dinding-dinding rumah tersebut tidak nampak utuh lagi. Banyak hewan hewan kecil yang menggerigiti nya. Batu-batu penyangga pun tambah berserakan satu sama lain. Aroma khas lumut di beberapa sudut ruangan dan atap yang terbuat dari daun yang tak lagi bisa melindungi rumah tersebut dari teriknya sinar matahari di siang hati dan dinginnya udara di malam hari semakin membuat nilai minus rumah tersebut bertambah. Tak lupa ada beberapa hewan hewan mencicit kecil yang terdengar suaranya dari telinga pemuda tersebut dan kondisi berdebu khas di berbagai perabotan kuno yang terpampang di depannya dengan jelas.
Julian tidak ingin mengomentari kondisi tersebut karena ia tahu bahwa tidak semua orang hidup berkecukupan. Setidaknya sebagai raja ia bisa menghargai rakyat nya untuk datang langsung ke rumah mereka. Julian mengedarkan seluruh pandangannya ke dalam ruangan tersebut ketika matanya menangkap satu titik di sebelah kiri dapur--atau kau bisa menyebutnya seperti itu--disana ada dua buah ranjang berukuran kecil yang ditiduri oleh empat orang lansia dengan saling berdekatan satu sama lain. Satu diantara mereka nampak menggeliat dalam tidurnya hingga Julian mengerutkan kening bertanya apakah lansia berusia sekitar 70 tahun memiliki mimpi sedang berdansa?
Pria tua tersebut yang sedang menggeliat dalam tidurnya perlahan membuka mata karena merasakan sesuatu yang aneh sedang menatapnya. Ia berusaha menyeimbangkan penglihatannya agar sinkron dengan kondisi minim cahaya tersebut saat mendapati sosok menjulang tinggi penuh wibawa dengan aura kharismatik dan mengintimidasi yang menguar memenuhi seluruh ruangan. Sosok tersebut memakai jubah panjang bertudung berwarna hitam yang menutupi wajahnya. Ia memakai sepatu boot bertali yang panjangnya bisa mencapai lutut dan dibuat dari kulit dengan kualitas terbaik. Badannya terlihat gagah dan begitu tegap. Punggungnya sangat lebar sehingga memudahkan ia menggendong seseorang di belakangnya. Aroma kayu manis nampak menguar dari tubuh pemuda itu ketika ia memutuskan untuk membuka tudung di kepalanya. Georg--pria tua itu--nampak terkejut bukan main melihat siapa yang berdiri di depannya.
Ia berusaha bangun dari tidurnya namun Mese menyerukan agar ia tetap berbaring. Georg menghiraukannya alih alih memilih untuk berjalan mendekati pemuda tersebut walau disekitar punggung dan pinggangnya ada rasa sakit teramat sangat yang mendera, "Betapa tidak sopannya kami yang Mulia. Maafkan kami. Kuharap kau tidak menghukum kami berempat karena ketidak tahuan kami kepada kedatanganmu" Georg meminta maaf dengan membungkukkan tubuhnya pelan-pelan kepada sang raja agar rasa sakit itu terkalahkan,
Julian menggeleng kemudian beringsut mendekati pria tua tersebut. Dibawah tatapan Julian Georg nampak begitu ketakutan dan berpasrah diri. Punggung dan tangannya gemetaran bukan main, "Kau tidak seharusnya turun dari tempat tidur mu!" Nada otoriter Julian yang lolos dari mulutnya membuat pria tua tersebut semakin menciut di bawahnya. Julian memegang lengan pria tersebut dengan kokoh namun kemudian Mese menyentuh telapak tangannya,
"Biar aku saja yang Mulia. Maafkan Georg karena sudah keras kepala kepadamu" Mese berujar meminta maaf, Julian melepaskan pegangannya di lengan Georg dan membiarkan Mese mengambil alih tubuh pria renta tersebut. Gadis berparas yunani dengan campuran khas timur tengah itu menuntun Georg kembali ke ranjang nya disaat ke tiga lansia lain sudah bangun dan mengawasi kejadian tersebut dalam diam. Mereka semua memberondong pertanyaan saat Georg merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHARAOH [Book One] ✓
FantasyFor Those Who Always Believe in Miracle *** Pada akhir musim panas, Westminster mengadakan study tour. Study tour mengunjungi kota kuno yang dulunya termansyur pada jamannya. namun sayang kedatangannya di kota kuno tersebut membawa bencana beruntun...