"Yang Mulia ladang kopi kita di Naucratis ludes terbakar?"
Julian mendelik kaget mendengarnya, jantungnya seolah jatuh seketika ke lambungnya hingga ia merasakan sesuatu berdetak dengan keras di perutnya. Namun belum sempat ia berpikir lanjut seseorang mengetuk pintu ruangannya lagi, Julian berseru dengan keras, "Masuk!!"
Orang tersebut masuk lantas membungkuk kepada Julian, "Ada apa Leandra?" Julian bertanya langsung,
"Kebun kurma di Buto dicuri besar bes-
"BAGAIMANA BISAA?!" Teriak pemuda itu keras keras.
Kedua Nomark di depannya hanya bisa terdiam sambil membungkuk dalam-dalam dengan takut. Mereka berdua tidak berani menatap rajanya yang sedang marah tersebut. Julian bisa sangat jahat saat pemuda itu mau namun ia tidak sadar. Aura kekuasaan dan mengintimidasi pemuda itu menguar begitu saja, memenuhi seluruh ruangan. Mendadak suhu di dalamnya menjadi luar biasa dingin padahal di luar terasa sangat cerah. Ya, matahari di bulan July termasuk yang paling terang, tapi tidak jika kau berada di dalam ruang kerja Julian yang berupa rumah batu tinggi di Heraclion, tempat penggalian berlian.
Ya, Julian telah sampai di Heraclion kemarin. Dan begiu ia datang ia sudah diserbu dengan setumpuk pekerjaan yang akan menjerit keras jika tidak segera di selesaikan dalam ambang waktu tertentu. Belum lagi, waktu istirahatnya kemarin tersita akibat ajakan Nomark untuk melihat lokasi penggalian. Disana benar benar hebat. Julian baru pertama kali melihat lokasi penggalian batu mulia bernilai ratusan juta itu. Ia terkagum kagum bisa mengetahui bagaimana kekayaan yang dimiliki Alexandria benar benar tersimpan rapat di dalamnya. Begitu Julian memutuskan untuk terjun langsung ikut menggali dan mencari batu tersebut kedatangan pemuda sexy itu menjadi geger seluruh lokasi. Ia tidak habis pikir dengan kenbet dan Nomark yang berada disana.
Mereka menyuruh Julian untuk mengawasi lokasi penggalian. Sehingga pemuda itu memutuskan untuk terjun langsung ke tempat penggalian. Julian berniat membantu seorang budak tua yang nampak kelelahan dan mendadak saja Julian menjadi pusat perhatian seluruh pekerja. Mereka terdiam melihat Julian tersenyum pada budak tersebut dan berniat membantunya, sedangkan budak itu memilih untuk meringkuk ketakutan di sudut dengan keringat dingin yang tak henti hentinya mengucur. Julian tidak mengerti apa yang salah dengan dirinya yang berniat membantu orang tua itu, tapi salah seorang Nomark menghentikannya. Nomark itu ikut turun ke lubang galian dan mengatakan bahwa penguasa tertinggi semacam raja tidak diperkenan kan membantu pekerja, apalagi budak kasar seperti mereka.
Julian pun baru menyadari sesuatu, bahwa perbudakan masih berlangsung di jaman itu. Mau tidak mau, walaupun hati nuraninya menjerit untuk menolong budak tersebut alih alih ia mengurungkan niat nya dan meminta maaf kepada budak tua itu agar melanjutkan pekerjaannya, ia juga meminta maaf kepada seluruh pekerja disana karena menganggu pekerjaan mereka. Oleh sebab itu, hingga saat ini Julian memilih untuk tidak menginjakkan kaki lagi di pusat penggalian walaupun Kenbet sempat mengajaknya untuk melihat situasi lagi disana. Ia lebih memilih memeriksa berkas berkas hasil perhitungan kekayaan Alexandria daripada membuat keributan seperti kemarin.
Dan sekarang, bencana lain menimpanya lagi. Julian masih sibuk menyelidiki kasus pencurian di tambang emas Mendes namun sekarang ada kebakaran di ladang kopi dan pencurian besar besaran ladang kurmanya. Yang berakibat isi semua panen disana ludes. Julian mendesah frustasi, ia mengusap wajahnya kasar sembari berteriak, "Aaaarrggghhhh.....!!!"
Kedua Nomark tersebut semakin ketakutan dibuatnya. Suasana yang kelam pun tak membantu sama sekali. Aura Julian tanpa sadar mematikan sebuah obor yang menyala di setiap sudut ruangan. Entahlah, itu aura Julian atau angin yang berhembus kuat namun tetap sama saja situasi memburuk.
"Bagaimana ladang kopi bisa terbakar?!" Julian menatap Nomark Lukas di depannya yang tertunduk dalam. Mata pemuda itu menyipit tajam,
"Ya-yang Mulia ad-ada se-
KAMU SEDANG MEMBACA
PHARAOH [Book One] ✓
FantasiFor Those Who Always Believe in Miracle *** Pada akhir musim panas, Westminster mengadakan study tour. Study tour mengunjungi kota kuno yang dulunya termansyur pada jamannya. namun sayang kedatangannya di kota kuno tersebut membawa bencana beruntun...