30 : Problems

1.1K 88 1
                                    

Mese bangun di pagi harinya dengan mendapati bahwa ia tertidur di dada bidang Julian tadi malam. Gadis itu memperhatikan Julian yang tidur dengan wajah paling damai di kerajaan. Tentu saja, siapapun tidak akan baik baik saja jika isi kerajaanmu ada pengkhianat tapi Julian, ia masih bisa tertidur dengan nyenyak. Bahkan disaat tidur pun Julian masih terlihat tampan seperti biasanya. Mese mendesah, tidak. Bukan saatnya untuk berbaik hati dengan pemuda itu. Ini saatnya memikirkan rencana selanjutnya setelah Julian sadar kan diri. Tidak mungkin ia bisa tenang saja sedangkan situasi kerajaan kacau akibat ulah Herodotus. Pria itu benar benar keterlaluan, ia sudah melanggar batas teritorialnya dan mengaku-ngaku sebagai raja bahkan menyakitinya sendiri.

Julian tidak boleh kembali ke istana saat ini. Ia harus diasingkan terlebih dahulu, terlalu riskan untuk menyingkirkan Herodotus dengan menggunakan Julian dalam kondisi yang belum pulih sepenuhnya. Bisa-bisa Julian sendiri yang akan ditendang keluar oleh Herodotus. Ia tidak mau. Ia belum menang saat ini, ia belum menggunakan Julian untuk mengalahkan Octavianus. Cara selanjutnya yang lebih penting adalah menyingkirkan Herodotus jauh-jauh dari batas teritorialnya. Herodotus benar-benar harus disingkirkan sebelum ia memporak-poranda kan rencana yang sudah disusunnya selama ini.

"Menikmati pemandangan pagi ini, Mese?!"

Sebuah suara menelusup ke dalam pikiran pikiran abstrak Mese dan menarik lembaran-lembaran fokusnya pada kenyataan yang sebenarnya meninggalkan sebuah kenangan disana. Mese melihat Julian menatapnya dengan senyum yang ia benci. Yah, Julian sangat tampan jika sedang tersenyum menggodanya dan Mese benci mengakui itu. Gadis berambut coklat gelap itu memutar bola matanya kesal, "Ugh... hentikan menatapku seperti itu yang Mulia"

Julian menggeleng, "U'umm kuncimu salah" ujarnya sembari menarik rambut Mese sehingga gadis itu terjungkal kebawah dan dengan segera Julian menyambar bibir gadis itu. Pemuda itu mengecupnya lama hingga kesadaran Mese yang sempat menghilang akibat ciuman tiba-tiba itu kembali lagi. Mese menampar pipi Julian dengan keras sehingga pemuda itu mengaduh dan melepaskan ciumannya,

"Auuww, kau kasar sekali Mese!" pemuda itu mengerucutkan bibirnya sembari mengusap pipinya pelan. Ada bekas merah telapak tangan Mese di wajah Julian yang pucat,

Mese memutar bola matanya jengah, "Itu hukuman karena menganiaya gadis polos sepertiku. Kau melakukan apa padaku sampai sampai aku rela tertidur di tanah kuil" desis Mese kesal,

Julian tertawa renyah sembari berusaha berdiri. Ia nampak kesusahan menggerakkan tubuhnya sehingga mau tak mau Mese membantu pemuda itu. Ia menyandarkan Julian di patung AmunRa. Julian tersenyum berterimakasih pada Mese, "Kita harus kembali ke Istana. Sudah lama aku tidak menginjakkan kakiku disana" Julian terdiam sebentar, "Berapa lama aku tidak sadarkan diri?"

Gadia itu menatap Julian cemas, ada kebimbangan yang jelas di wajahnya. Ia menunduk kan kepalanya, "Tujuh hari" decitnya kecil,

Julian menarik dagu Mese untuk mendongak. Gadis itu menatapnya tapi matanya seolah tak fokus pada Julian dan bibirnya terkatup rapat, "Ada apa, Mese?"

Mese menggeleng. Julian langsung tahu bahwa gadis itu berbohong kemudian ia berdecak kesal, "Jangan membohongiku Mese. Aku tahu ada yang kau sembunyikan!"

Pupil mata Mese membulat lebar seketika karena kaget Julian bisa mengetahui kalau ia berbohong, namun berangsur-angsur ekspresinya kembali cemas, "Kau tidak bisa kembali ke kerajaan Caesarion?"

Sekali lihat pun Julian tahu bahwa ada yang tidak beres akhir akhir ini di kerajaan, "Ada apa Mese? apa yang terjadi di istana"

Mese menggelengkan kepala tidak mau memberitahu Julian. Pemuda itu mendesah keras kemudian berusaha bangkit. Ia mulai bisa mengontrol tubuhnya sendiri sehingga Julian bisa berdiri tanoa dibantu gadis itu, "Jika kau tak mau memberitahuku aku akan mencari tahu sendiri"

PHARAOH [Book One] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang