13 : Plan

2.1K 190 9
                                    

Pria tersebut berlutut dihadapan Octavianus dengan segenap rasa hormat memenuhi rongga dada nya bagaimana pria bengis tersebut menerimanya dengan tangan terbuka. Octavianus adalah pahlawan baginya yang sudah menyelamatkan hidup nya dari pengambilan budak secara paksa yang menjadi tradisi oleh Cleopatra VII Philopator--Ibunda Caesarion--sejak Julius memiliki perasaan pada firaun wanita tersebut. Akibat pemberontakan Octavianus terhadap Julius Caesar dan Marcus Antonius, akhirnya ia yang memiliki nama asli Augustus tersebut menjadi Kaisar pertama di dalam era Romawi. Ia begitu berterima kasih pada Octavianus karena sudah membebaskannya dan memberikan penghidupan layak. Sebagai imbalannya Cassius mengabdi kan dirinya kepada Octavianus seumur hidupnya. Cassius selalu menuruti perintah yang diberikan Octavianus tanpa bertanya lebih lanjut karena bagi nya perintah Octavianus adalah kewajibannya. Tapi berbanding terbalik bagaimana Octavianus memperlakukan Cassius.

Octavianus berjalan mondar mandir dihadapan Cassius dengan tidak tenang, ia berdecak beberapa kali setiap ide muncul dari otaknya namun dirasa tidak terlalu selaras dengan situasi yang ada. Pria bengis itu mengusap dagunya yang ditumbuhi jenggot tipis tipis beberapa kali menandakan bahwa ia sedang berpikir keras, "Katakan Cassius, apa yang harus ku lakukan?! Aku tidak menemukan satu pun jalan keluar mengenai hal ini. Caesarion palsu?! Huh, dia bahkan terlihat lebih baik dalam cerita Lysias" Octavianus berdecak sebal membuat Cassius mendongakkan kepalanya,

"Entah lah yang Mulia namun Lysias mengatakan bahwa ia berbeda. Kau bisa menyimpulkan perbedaan bagaimana ia tidak mengenali tempat dimana ia berada" sahut Cassius memberi saram, Octavianus hanya memutar matanya jengah.

Ia berhenti mondar mandir lalu berdiri tepat dihadapan Cassius, "Satu-satunya yang bisa kulihat tentang Caesarion disini adalah semangat hidupnya yang tinggi" Octavianus berseru geram, "Aku benci mengatakannya namun Lysias bahkan gagal untuk merancuni bocah brengsek itu. Bagaimana menurutmu kita menggantung kan Romawi kepada kinerja terkutuk Lysias, Cassius?!" Nada bicara Octavianus meninggi beberapa oktaf, membuat Cassius menundukkan kepalanya.

"Maafkan, maafkan hamba yang Mulia. Betapa bodohnya hamba menggantung kan semuanya pada Lysias" kepala Cassius menunduk semakin dalam hingga Octavianus bisa melihat rambut pitak tidak rata pria itu akibat peperangan 2 tahun lalu,

"Ini sudah hampir 2 minggu namun tidak ada perkembangan apapun. Dan kita masih berdiam diri disini menunggu situasi brengsek seolah menjadi pengecut" nada suara Octavianus datar namun sarat akan kekejaman,

"Aku akan menemuinya 3 hari lagi sesuai perjanjian ku. Kuharap yang Mulia bersabar dan setelah kita mendapat keterangan lebih banyak kita bisa melakukan langkah selanjutnya" Octavianus mengangguk anggukan kepala kemudian ia mendekat ke arah Cassius lalu menarik rambut pria tersebut sehingga kepalanya ikut terangkat,

"Jika dalam 3 hari keterangan itu sama saja seperti yang diberikan Lysias dulu maka kau bisa melihat pitak lebih banyak di tenggorokan mu hingga kepala itu pisah dari tubuhmu!" Ancamnya

***

Julian sedang menatap sederetan besar buku-buku di dalam Bibliotecha dengan takjub. Bagaimana ini bisa terjadi di masa lampau. Seluruh ilmu pengetahuan dunia kuno dan kekayaan nya tersimpan disini dalam empat ratus ribu koleksi lembaran papyrus dan manuskrip kuno. Julian bisa sangat gila melihat ini. Ia begitu mencintai Alexandria dengan segala pengetahuan di dalamnya ini. Pantas saja ayah Mese sangat menggila dan betah berada disini melihat seluruh pengetahuan dunia berpusat di dalamnya. Bagaimana pun juga Julian memanh menggilai pengetahuan. Jika disuruh memilih antara belajar selama seharian penuh dengan berada di dalam ruanh sidanh beberapa jam maka dengan senang hati Julian akan memilih untuk belajar seharian penuh. Bagaimana pun juga, belajar adalah sumber kehidupan.

Beberapa contoh hasil belajar yang bisa dipraktekkan di dalam kehidupan nyata adalah salah satunya belajar menjadi seorang raja. Tentu di dalam ratusan koleksi buku ini banyak mengandung unsur bagaimana menjadi seorang raja baik tersirat maupun tersurat. Ia juga pasti mengerti bagaimana cara masyarakat Alexandria menata kehidupannya, mengenal lingkungan barunya yang terpaksa menjadi tempat tinggal nya, mengerti sejarah para raja terdahulu dan daerah-daerah yang sudah berhasil ditaklukkan. Dan masih banyak hal lain yang bisa Julian pelajari di dalamnya. Bagi Julian ini adalah surga nya. Gaya hidup nya. Apapun yang ia ingin kan di dunia adalah ini. Semua jelas terpampang di depan mata Julian. Tak ingin berlama lama mengagumi sejumlah arsitektur Bibliotecha yang tidak ada bandingannya Julian menghambur begitu saja menenggelamkan dirinya diantara ratusan ribu koleksi manuskrip, lembaran papyrus dan buku tersebut.

PHARAOH [Book One] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang