WARNING ADA ADEGAN 17 ++ DIMOHON UNTUK YANG TIDAK MAU MEMBACA HARAP MUNDUR TERATUR
***
"Apa yang sebenarnya dimiliki Athanasia Meskhenet yang kau inginkan Oracle?" pria itu bertanya dengan bingung menatap wanita tua dengan iris mata putih sempurna, pertanda bahwa ia sudah kehilangan penglihatannya.
Wanita tua ia tidak menjawabnya alih-alih ia memilih untuk mengocok kartu dan dadu yang berada di depannya, pria yang diacuhkan tersebut merasa tersinggung sehingga ia bertanya lagi pada wanita itu namun dengan nada yang lebih keras "Aku berbicara padamu Oracle?" geramnya tertahan,
wanita itu mengangkat wajahnya mendongak menatap pria yang berbicara dengannya namun pandangan itu kosong dan tidak meyiratkan apapun. Walaupun begitu ia tetap menjawab pertanyaan pria itu dengan sedikit gelengan gelengan kecil, "Isis...." jawabanya dengan desisan
"Apa artinya itu, Oracle?" tanya nya dengan mata yang menyipit tajam,
Sang Oracle membuang wajahnya ke kanan, menatap meja persegi empat yang diatasnya terletak beberapa barang mistis miliknya "Dia adalah jelmaan Isis. Dewi keadilan, tercantik dalam era nya dan disembah oleh kami semua pengikutnya" Oracle mengedikkan kepalanya, "Dia sempurna. Aku bisa melihat itu. Kecantikannya menghipnotis siapapun" tambahnya lagi dengan suara lebih rendah.
Pria itu mengenyit, ia mengusap dagunya yang sudah ditumbuhi jambang halus "Bagaimana seorang dewi bisa menyamar menjadi manusia biasa?" ia menghela nafasnya sebentar, "Romanians tidak pernah mengerti ini"
Oracle mengangguk angguk kan kepalanya, "tentu saja" timbulnya, "Kau tidak perlu bertanya apapun, aku akan mengurus gadis itu. Kau bawakan ia padaku saja karena jika kau tidak membawakannya untukku, nyawamu adalah taruhannya, Octavianus" setelah mengatakan hal tersebut wanita itu kembali mengocok kartu - kartunya kembali, "Kau mau bermain?"
Octavianus tidak menjawabnya alih alih ia berdiri dari duduknya tanpa mengucapkan sepatah katapun, Oracle mendongak ke tempat Octavianus berdiri beberapa detik yang lalu, "Kuanggap itu jawaban tidak" Sang Oracle mulai membagikan kartu - kartu yang telah dikocoknya sedari tadi, "Bagus sekali dewiku pengejawantahan waktumu benar benar menyelamatkan putriku dan dirimu" gumam Oracle pelan sembari tersenyum kecil,
Octavianus berjalan menyusuri lobby istana menuju ruang sidangnya dengan dua pengawal dibelakangnya. Ia berjalan dengan angkuh dan mantab disetiap langkahnya. Tak pernah sekalipun Octavianus menatap lantai untuk hanya sedetik mengawasi jalannya, ia mengangkat wajahnya menantang siapaun bagaikan seorang raja yang tidak bisa ditaklukkan. Sudah hampir separuh hidupnya ia mengenali asam manis kehidupan dalam dan luar kerajaan ketika menjadi seorang raja. Dan baru kali ini ia kerasakan betapa sulitnya memusnahkan satu raja lagi yang terkuat ditandinginya sehingga ia menggunakan cara cara licik untuk menyingkirkan nya.
Octavianus mengakui bahwa raja Alexandria itu adalah pria yang tangguh, di usianya yang sudah menginjak hampir setengah abad jika disuruh untuk melakukan duel dengan Caesarion merupakan keputusan bunuh diri karna tentu saja ia akan kalah dengan pemuda yang usianya seperempat umurnya. Caesarion sangat prima sedangkan ia untuk mengangkat pedangnya saat ini akan terasa berat bagi tulang tulangnya. Tapi Octavianus tidak akan menyerah. Ia akan menaklhukkan raja Alexandria tersebut sekalipun dengan cara kotor. Ini adalah janjinya kepada dirinya sendiri bahwa ia akan berhenti setelah melakukan penaklhukkan terhadap Alexandria. Ya, Octavianus berjanji pada mendiang istrinya yang telah dibunuh Julius Caesar itu.
Octavianus menatap dewan istana yang menghadiri sidang itu dengan bulat-bulat seolah tak membiarkan siapapun untuk lari dari penderitaan yang akan terjadi, "Hancurkan kota itu!"
***
Mese
Akui saja bahwa aku seorang pengkhianat, yah itu memang benar. Aku adalah pengkhianat jika tidak memang apa yang bisa disebut dengan tindakan menguping dengan waspada yang kulakukan saat ini. Sejak Herodotus diperintahkan oleh Julian untuk pergi ke Heliopolis Julian tampak mengurung diri di ruang kerjanya selama seharian, aku yakin ada yang tidak beres dengan dirinya. Dugaan ku menguat ketika melihat wazir agung mengunjunginya, tentu saja tak mau mengambil resiko maka jadilah aku saat ini menguping pembicaraan super rahasia mereka. Tak banyak yang bisa ditangkap dari yang mereka bicarakan karena suara Julian dan sang wazir yang teramat kecil sehingga aku hanya mendengar suara suara timbul tenggelam horror ditelingaku. Tapi aku dapat menangkap suatu maksud dengan germana Julian dan perkataan wazir tentang menyeret nyeret seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHARAOH [Book One] ✓
FantasiFor Those Who Always Believe in Miracle *** Pada akhir musim panas, Westminster mengadakan study tour. Study tour mengunjungi kota kuno yang dulunya termansyur pada jamannya. namun sayang kedatangannya di kota kuno tersebut membawa bencana beruntun...