40 : Escape

1.2K 80 8
                                    

Wajah gadis itu memucat seketika, "Julian mungkin sedang dalam perjalanan kemari, ia pasti menyadari bahwa aku telah menghilang mengingat bahwa sudah tiga hari yang lalu aku pergi. Bagaimana ini? Apa yang bisa kulakukan untuknya?!" Ada nada kecemasan yang kental di suara Mese, membuat Oracle mau tak mau percaya bahwa gadis ini memang menjadi takdir yang Mulia.

"Tenanglah, dewi. Aku akan membantumu melarikan diri dari sini. Ada jalan keluar di penjara bawah tanah dekat bilik terpojok, tapi kau harua hati-hati jika ingin pergi kesana, banyak sekali penjaga yang berjaga disana dan ruang sidang yang letaknya hanya diatas penjara tersebut" Oracle berbicara sembari mengusap lengan gadis itu,

"Terimakasih Oracle, itu sangat membantu, aku akan menyusul Julian dan mencegahnya ke Roma" bisik gadis itu parau mengucapkan terimakasih. Oracle mengelus pipinya sayang kemudian memeluk Mese erat seperti seorang ibu yang telah lama kehilangan anaknya,

"Mungkin aku akan sedikit membuat mereka lengah dengan kekuatanku, Dewi sehingga kau bisa lebih cepat menemui yang Mulia" Oracle tersenyum dalam pelukannya sebelum mengusap pundak Mese lagi, "Dan sampaikan salamku pada Mrs. Jenkins"

Mese mengerutkan dahinya bingung. Mrs. Jenkins? Siapa itu? Apakah Oracle mengenalnya? Gadis itu tidak mengerti maksud wanita tua tersebut namun enggan memikirkannya lebih lanjut, ia benar-benar harus fokus melarikan diri dari sini dan mencegah Julian untuk pergi ke Roma. Mese mengangguk mengiyakan ucapan Oracle, gadis itu kemudian melepas pelukannya dan tersenyum. Oracle mengangguk kemudian menyuruhnya berlari lewat pintu belakang, ketika wanita itu berteriak dengan histeris sembari melemparkan banyak benda ke sembarang arah. Mese tahu apa itu, ya pengecohan perhatian agar para tentara dan Octavianus sibuk mengurusi Oracle sehingga tak memperhatikan bahwa ia berhasil melarikan diri. Mese mengangguk sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan ruangan.

Sejurus kemudian setelah Mese pergi, Oracle mengiris sendiri nadinya menggunakan belati yang sudah dipersiapkan semula untuk melukai Mese tersebut. Octavianus dengan rombongannya mendobrak liar pintu nya dan mendapati bahwa Oracle sudah hampir sekarat dengan bersimbah darah di dalamnya. Octavianus berlari menghampiri Oracle, memeriksa apakah wanita itu sudah meninggal atau belum "Apa yang terjadi?" Desis Octavianus marah,

Oracle tersenyum, tidak menjawab pertanyaan Octavianus. Octavianus mencebikkan bibirnya kemudian menatap sekeliling dengan gusar. Setelah dirasanya yang dicari tak kunjung bertatap muka, Octavianus memalingkan wajahnya menghadap Oracle namun belum sempat Octavianus melontarkan kalimatnya Oracle sudah terlebih dahulu menghembuskan nafas terakhir. Pria itu menendang tubuh Oracle kesal, "Cassiuss!!!!" Teriaknya keras pada pria yang berdiri tak jauh darinya memperhatikan sekeliling ruangan,

Cassius menghampiri Octavianus kemudian menundukkan badannya "Yang Mulia, ada apa?!"

"Tutup semua akses keluar istana sekarang juga dan bentuk tim pencari untuk menemukan jalang ituu!!" Perintah Octavianus gusar, Cassius mengangguk kemudian mulai menginstruksikan anak buahnya untuk berpencar.

Octavianus berdesis dalam hati, "Lihat lah akan kubuat kau menyesal telah dilahirkan Caesarion!"

***

Mese berhenti seketika dan memutar tubuhnya jntuk bersembunyi saat sebuah suara hentakan sepatu terdengar dari kejauhan. Gadis itu menyembunyikan dirinya dibalik pilar istana saat beberapa pengawal tampak berlari dengan tergesa-gesa, "Apa kau tahu? Tuan putri melarikan diri!" Sahut salah satu penjaga tersebut dengan nada terkejut sebelum mereka semua berbelok di ujung koridor menuju tempatnya semula

Mese menghela nafasnya lega setelah dirasa bahwa mereka semua sudah cukup jauh untuk mengetahui bahwa yang mereka cari baru saja berada disana. Gadis itu keluar dari tempat persembunyiannya lalu kembali berlari menuju penjara bawah yang berada di sayap barat bangunan itu. Mese mempercepat lajunya ketika melintasi lorong-lorong koridor yang menghubungkan sayap gedung bagian barat dengan gedung utama malam itu karena ia mengejar waktu dan lengahnya para penjaga. Tak ingin membuang waktu lagi Mese berlari, langkah kaki kaki kecilnya yang ringan menghiasi suasaa malam itu. Namun entah kesialan darimana sekelompok penjaga melintas di depannya, mereka berdua sama sama terkagef dari posisinya namun Mese terlebih dahulu sadar dan berniat untuk berlari tepat ketika pengawal itu berteriak dengan keras lalu disusuk beberapa pengawal lain yang juga kebetulan melintas diujung koridor membuat jalan buntu bagi gadis malang itu. Mese berdecak sebal sebelum akhirnya ia memutar tubuh untuk berbelok ke kanannya, namun sayang dewi fortuna sepertinya tidak berpihak padanya malam ini sehingga membuat beberapa pengawal sudah bersiap menghadang langkah di depannya. Mese berhenti mendadak mengerem larinya dengan jarak hampir 5 meter lebih, gadis itu memutar bola matanya sebal seolah bahwa ini adalah hal biasa yang tidak perlu dikhawatirkan namun tetap saja beribu satu ketakutan masih berkubang di dalam hatinya.

PHARAOH [Book One] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang