Bonus Chapter [Another dimension]

2.1K 134 75
                                    

"Demi pantat sexy Nicky Minaj, apakah masih jauh Julian?!" Tommy berkoar sesaat setelah ia mendaki undakan terjal menuju bukit Acropolis diatas sana. Keringat sebesar bulir biji jagung berhias didahinya dengan sebelah tangan menyandar pada bahu Bill. Sedangkan Bill sendiri nampak kelelahan namun ia tidak banyak bersuara, alih-alih pemuda itu merogoh tas punggungnya mengambil botol minum untuk meneguknya sesaat,

Caesarion menatap kedua temannya yang berada tepat dibelakangnya. Sungguh, ia juga lelah sebenarnya walaupun pemuda itu memilih untuk diam dan terus mendaki. Terbukti keputusan untuk berlibur di Yunani pada musim panas adalah hal yang sangat salah. Matahari bersinar begitu terik dan terasa lama, ditambah undak-undakan terjal menuju bukit dengan jalan yang tidak rata membuat lengkap sudah penderitaan mereka. Padahal ketika berada di hotel tadi malam, melihat dari kelambu jendela di hotelnya Parthenon tampak begitu indah bermandikan sinar bulan yang berdiri tegak menjulang di bukit Acropolis. Seolah terhipnotis ia pun membayangkan bahwa jalan menuju kesana bukanlah rintangan yang sulit.

Tapi apa daya setelah melakoninya dan melihat sesungguhnya pada siang hari, jalan menuju kuil Parthenon bagaikan ranjau darat. Mereka baru saja melewati Odeum of Herod Atticus yang terletak di bawah bukit Acropolis,Odeum of Herod Atticus adalah sebuah teater yang dibangun oleh Herodus Atticus pada abad ke-2 Sesudah Masehi, sebagai kenangan akan isterinya Pegilla. Teater ini tipikal teater ala Romawi kuno dengan kapasitas tempat duduk sekitar 5,000 penonton. Pada awalnya, teater ini hanya digunakan untuk pertunjukan musik dan drama, tetapi kini juga digunakan untuk kegiatan festival Athena berupa konser musik moderen, resital, dan sebagainya. Namun perjalan mereka masih baru seperempat, tinggal tiga perempat bagian lagi menuju puncak beserta komplek kuil-kuil yang ada disana.

Di ujung tangga menuju lapisan yang lain Mese memimpin bersama rombongan turis lainnya meninggalkan ketiga pemuda yang sedang berunding memutuskan untuk melanjutkan perjalan atau berhenti sejenak di kedai-kedai di Plaka untuk menyesap Ice Frappe khas Yunani. Namun belum sempat terjadi pengambilan keputusan Mese berlari beranjak ke bawah menyusul mereka bertiga dengan lincah. Tak terlihat sedikitpun roman kelelahan dimukanya yang putih bersih tersebut, Justru wajah gembira yang menghiasinya. Berbanding terbalik dengan ketiganya,

"Guys! Apa yang membuat kalian begitu lama?" Mese menghampiri mereka dengan riang, walaupun nafasnya nampak terengah namun ia tetap tidak terlihat kelelahan,

Bill menoleh pada gadis itu, "Sepertinya kita membutuhkan istirahat, Plaka terlihat luar biasa" keluh nya,

"Tenggorokan ku mulai mati rasa Mese.." Imbuh Tommy berlebihan,

Caesarion mendengus namun tidak ikut bersuara, Mese berdecak kesal kemudian menarik tangan Tommy "Kalian ini! Kalian kan lelaki mana bisa loyo seperti ini! Ayo berdirilah! Puncak Acropolis menanti, semua kelelahan kalian akan terbayar begitu berada disana!" Mese berapi-api mencoba menyemangati mereka,

Namun apa daya semuanya nampak kelelahan, "Mese kami tidak didesain menjadi robot yang tahan banting sekalipun dijatuhkan pada langit ketujuh. Kami hanya manusia yang kelelahan" Tommy berujar sembari menjatuhkan tas nya begitu saja diikuti badannya juga.

Gadis itu melipat tangannya di dada dengan kesal, menatap Caesarion meminta dukungan. Alih-alih pemuda itu hanya mengedikkan bahu, "Yang Mulia apa kau tidak mau pergi ke kuil Parthenon dan menyaksikan kota Athena dari puncak bukit Acropolis?" Mese mulai memancing,

Caesarion berdecak, "Tanggalkan embel-embel yang Mulia, Mese. Aku disini hanyalah rakyat Jelata. Alexandria ribuan mil dari Yunani dan itu sudah berlangsung dua ribu tahun yang lalu"

Mese menampilkan sederetan gigi putihnya yang berjajar rapi sebelum meminta maaf, "Maaf, aku sudah terbiasa Juls!" Kedip Mese setelahnya.

Julian menggamit tangan Mese, menarik gadis itu mendekat ke arahnya yang sedang duduk diatas batu "Aku penasaran bagaimana ratu Alexandria yang hilang ini bisa berada di masa sekarang?" Ujarnya dengan suara menggoda,

PHARAOH [Book One] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang