HOLLA!! Ketemu lagi sama gue. Kali ini jangan lupa baca secara runtut ya. Yang belum runtut silahkan baca ulang dari part 23-28 ini. Update nya ngebut memang karena target harus selesai sebelum liburan habis. Fyi : part paling ngena sepanjang cerita ini. Semoga feelnya dapet ya, sorry kalo kurang dapat feelnya. Bisa juga dibantu lagu mellow mellow recomended Ariana grande feat Nathan Sykes - Almost Is Never Enough buat lagu ini. Okeh gitu aja dulu.
peluk cium,
Vellha
*
***
Julian memejamkan matanya perlahan sembari meneguk ludahnya lamat-lamat memikirkan perkataan Oraklhas sebelumnya, "Jadi aku benar-benar seorang Caesarion. Raja dari masa lalu?" Julian bertanya, tapi lebih tepatnya bertanya pada dirinya sendiri
Oraklhas mengangguk, "Aku menyadari bahwa kau bukan Julian melainkan Caesarion yang asli ketika menatap matamu. Julian memiliki mata coklat gelap sedangkan kau nyaris seperti dedaunan kering di pohon oak. Julian yang asli tidak pernah menguarkan aura apapun, namun bersamamu sekali lihat pun orang akan tahu bahwa kau benar benar penguasa Alexandria. Kau Caesarion yang asli. Wibawa Julian tak pernah terlihat sebelumnya tapi ia bisa mengatasi dengan keahlian bermain senjatanya, sedangkan dirimu. Kau menatapku seperti ini saja sudah membuatku merinding"
Julian membuka matanya mendengar perkataan Oraklhas barusan, "Aku bahkan tidak sedang menatapmu" tukasnya cepat, Oraklhas tertawa mendengarnya
"Jadi alasan apa yang membawaku kemari Oraklhas?"
Oraklhas nampak terdiam sebentar sebwlum neraih kembali cangkir berisi anggur dan meminumnya, "Aku tidak pernah mengerti mekanisme kerja sang waktu, Julian. Yang kutahu bahwa Bethreyya mencurangi takdirmu. Tapi satu hal yang kupercaya sejak lima belas tahun yang lalu adalah bahwa kau akan kembali suatu saat nanti. Dan selama itu belum terjadi aku berupaya menjaga Julian disini"
Julian nampak menimang-nimang sesuatu sebelum mengatakannya, pemuda itu menatap Oraklhas dengan nanar "Apakah aku bisa kembali ke masa ku-ahh tidak, maksudku masa Julian?"
Oraklhas mengedikkan bahunya bingung, "Aku tidak tahu, Julian. Tapi kurasa kau harus benar-benar mengubur keinginanmu itu karena tempatmu yang sebenarnya adalah disini" Oraklhas menatap Julian prihatin,
"Kau benar" pemuda itu menghembuskan nafasnya kuat kuat.
Sebuah kenyataan yang selama ini disangkalnya terbukti nyata. Julian tidak bisa lari dari tanggung jawabnya. Dia adalah raja disini. Sudah lima belas tahun ia melemparkan tanggung jawabnya pada Julian. Kini saatnya ia memikul apa yang seharusnya dilakukannya walaupun Julian belum dapat menerima kenyataan ia bukan anak Elizabeth dan Ferdinand Leonidas. Kasihan Julian, ia bahkan belum mendapat kasih sayang dari ibu kandungnya namun pemuda itu sudah meninggal dalam sejarah. Sedangkan dirinya yang mendapat perlindungan, kasih sayang, dan harta berlimpah sudah cukup untuk bersenang-senang selama ini. Jadi, seharusnya ia berterima kasih pada Julian. Karena berkat pemuda itu dunia mengenalnya dengan nama Caesarion, walaupun sejarah mencatat ia meninggal ketika berumur tujuh belas tahun. Eksistensi Julian telah menyelamatkan hidup nya yang jauh dari kata aman menjadi tentram dan damai dalam perlindungan dan kasih sayang keluarga Leonidas.
Julian Aero Leonidas benar benar menyelamatkannya. Pemuda yang rela mengorbankan hidupnya walaupun ia tahu seberapa keras ia mencoba ia akan berakhir ditangan Octavianus seperti yang tertulis dalam sejarah. Julian yang benar benar membuatnya merasa hidup. Julian yang memberikannya ibu terbaik sepanjang ia hidup, Julian yang memberi kan sahabat terkonyol seperti Thomas Bagged dan Bill Follet, Julian yang mengenalkannya pada Mrs. Jenkins, Julian yang membuatnya mengerti seberapa murahannya Vellha dan Julian yang membawanya dalam kehidupan yang menjadi haknya. Kenyataan itu menghantam batin Caesarion kuat kuat membuat sesuatu dalam dada Caesarion menjadi sesak. Seolah ia sedang terlindas ratusan ton gajah, sesuatu menghimpit dadanya dengan kasar. Rasanya sangat sakit dan membuatnya susah bernafas. Caesarion menepuk nepuk dadanya keras berusaha menghilangkan rasa sakit itu walaupun ia yakin usahanya tak banyak berguna,
KAMU SEDANG MEMBACA
PHARAOH [Book One] ✓
FantasyFor Those Who Always Believe in Miracle *** Pada akhir musim panas, Westminster mengadakan study tour. Study tour mengunjungi kota kuno yang dulunya termansyur pada jamannya. namun sayang kedatangannya di kota kuno tersebut membawa bencana beruntun...