Dengan rakus dan setengah serakah pemuda dengan iris mata senada lelehan sirup mapple itu tengah melahap sepotong besar kalkun panggang yang disaji kan di meja makan membuat semua manusia yang berada satu meja makan disana menatapnya horror. Mereka tidak pernah menjumpai raja nya makan dengan lahap seperti ini seolah ia menghargai masakan para kokinya. Biasanya pemuda di depannya yang menyandang gelar raja ini selalu menyia-nyia kan makanan bahkan tak menyentuhnya. Alih alih memberikan makanan tersebut pada kucing kesayangannya. Namun raja kali ini nampak berbeda. Mungkin seperti itulah pemikiran semua orang yang saat ini berada di jamuan makan pagi itu. Dasar Julian yang memang sedang lapar, ia dengan sekenahnya tidak memedulikan tatapan mereka dan lebih memilih melihat makanan berkuah lezat dengan aroma yang menggetarkan hidungnya.
Julian meringis tidak sabar mencicipi gulai di depannya jika saja ia tidak dihentikan pria tua menyebalkan dengan jenggot putih panjang yang di pilin nya itu. Pria tersebut berdehem kecil menghentikan jari-jari Julian yang sudah bergerak lincah dengan sendoknya. Julian mendengus pelan lantas melirik pria tersebut dari sudut matanya. Pemuda itu tidak mengeluarkan suara apapun namun tatapan mematikan yang ditujukan pada pria itu membuat ia sadar bahwa raja nya telah bertanya pada dirinya, "Ekhm... begini yang mulia. Herodotus mengatakan bahwa invasi nya terhadap Persia dikalahkan begitu saja akibat para pejuang Muslim sudah menguasai daerah tersebut dengan menumpas habis pasukan kita" ujar pria tua menyebalkan dengan jenggot terpilin itu menerangkan
Julian mengerang, demi jantung Tartarus! Haruskah mereka membahas invasi di meja makan. Tidakkah mereka menundanya sedikit saja dan membiarkan dirinya makan dengan tenang setelah beberapa kenyataan mengejutkan menampar dirinya habis-habisan membuat energinya menguap begitu saja. Dengan kesal Julian menyahut keterangan yang dilontarkan pria sialan itu, "Kurasa ada seseorang yang menyampaikan padaku bahwa ada rapat penting pagi ini. Ku kira kita bisa membahasnya disana selagi aku sudah menyelesaikan makanku. Bagaimanapun juga, kau juga pasti ingin makan bukan?" Tanya Julian cuek dengan nada menyindir yang tersirat begitu saja. Pria itu bungkam dan tidak berkata apa-apa lagi selain melanjutkan makannya.
Congrats Julian! kau terlihat seperti raja yang bijak alih-alih kau hanya berpura-pura bermain peran saja.
Setelah acara jamuan pagi tersebut selesai beberapa orang nampak berpamitan dengannya mengundurkan diri untuk kembali tenggelam dalam pekerjaan masing-masing. Tak terkecuali beberapa orang yang akan ikut dalam rapat beberapa menit lagi. Rapat? Julian bahkan belum pernah memikirkan hal itu. Walaupun dikaruniai otak yang luar biasa cerdas namun Julian benar-benar masih sekolah. Ia hanya bisa berkutat dengan rumus E = mc2 milik Albert Einstein bukan menyelami bagian dari invasi perang, strategi perang, perebutan taktha dan kekuasaan, prospek masa depan negara dan agresi militer. Ini benar-benar gila. Setidaknya itu adalah kata yang pantas untuk mendiskripsikan bagaimana suasana ruang sidang kali ini.
Julian terlihat menguap beberapa kali sembari menahan matanya yang tak henti-henti untuk mengatup jika saja suara serak khas pria botak di depannya yang sudah hampir 2 jam berdiri itu tiba-tiba menghilang di kedalaman Atlantis. Pria botak dengan janggut panjang dan beberapa dewan petinggi negara dengan wajah mengernyit khas buang air besar itu tidak mau berkompromi dengan otak Julian yang tiba-tiba berhenti bekerja. Mereka seolah tidak menyadari bahwa raja nya yang agung itu begitu tidak tertarik dengan pembicaraan berbau politik dan kekuasaan, alih alih berusaha untuk terjaga walau sekali sekali mencuri kesempatan untuk memejamkan mata. Berbicara soal memejamkan mata, Julian baru sadar bahwa gendang telinganya tidak mendapati lagi suara suara berisik yang sedang berdiskusi beberapa menit yang lalu malahan kini ia terkesiap dengan kesunyian yang tiba-tiba meregap.
Bocah bebal dengan iris mata senada lelehan sirup mapple itu mengerjapkan matanya perlahan untuk melihat situasi yang terjadi. Begitu sinar matahari mulai dipantul kan dan dibiaskan sedemikian hingga membentuk gambaran suasana ruang sidang nampak hening dengan seluruh pandangan menatap Julian membuat pemuda itu berjengit ngeri. Ia dengan sigap berdiri dari kursinya sembari menatap mereka dengan ragu, "Kenapa berhenti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PHARAOH [Book One] ✓
FantasyFor Those Who Always Believe in Miracle *** Pada akhir musim panas, Westminster mengadakan study tour. Study tour mengunjungi kota kuno yang dulunya termansyur pada jamannya. namun sayang kedatangannya di kota kuno tersebut membawa bencana beruntun...