31 : Lies

1.2K 109 15
                                    

"Yang Mulia,,," Kefele memekik kaget melihat Julian baru saja turun dari kereta yang ditarik dua ekor kuda hitam tersebut dengan tertatih-tatih. Ia berpegangan pada setiap benda yang bisa dijadikan tumpuan untuk badannya.

Kafele buru-buru menghampiri Julian dan membantunya berjalan menuju ke dalam istana di ikuti beberapa pengawal nya, sedangkan Mese gadis itu kini tengah meloncat turun dari atas kereta yang dikendarainya dan menyerahkan tali kekang kereta tersebut pada salah satu kasim istana. Ia berlari menyusul Julian yang sudah di papah Kafele memasuki istana. Sejujurnya Mese benar-benar khawatir melihat kondisi Julian saat ini ditambah lagi sikap Herodotus yang bisa sewaktu waktu memperburuk Julian. Ide untuk berpura-pura tidak tahu bukanlah hal yang bagus dan Mese menyesal menyetujuinya. Lihatlah sekarang! Bahkan untuk berjalan pun ia masih dibantu Kafele. Lantas bagaimana ia bisa mengangkat pedangnya melawan Herodotus. Gadis itu cemas setengah mati begitu melihat Herodotus berpapas dengan Julian yang sedang memasuki istana.

Herodotus kaget bukan main melihatnya. Pria itu tampak kikuk terdiam. Tingkahnya menjadi serba salah apalagi ketika Julian berdiri dihadapannya. Pemuda itu menyuruh Kafele untuk berhenti memapahnya saat melihat Herodotus. Ia ingin menguji bagaimana reaksi pria itu ketika melihat raja mereka telah kembali. Apakah sama seperti sorak sorai rakyat Alexandria atau kah ia justru marah melihat hal tersebut. Pria itu membungkukkan badannya penuh hormat kepada Julian lalu berkata, "Yang Mulia... sungguh suatu kebahagiaan melihat anda kembali kesini lagi. Kami benar-benar khawatir melihat kondisi anda yang tidak sadarkan diri tersebut terutama hamba yang tidak tentu arah menentukan nasib kerajaan"

Julian tersenyum kecut memandangnya. Seorang pencuri memang akan terlihat lebih manis daripada biasanya saat ketahuan, "Bagaimana kabar mu Herodotus? Aku menyayangkan melewatkan minggu ini tanpamu" Julian menimpalinya dengan nada yang terkesan ceria,

benar benar pemain yang bagus! Mese mendesah dalam hati kemudian menghampiri mereka bertiga. Herodotus berdiri tegap kemudian tersenyum, "Aku sedikit kepayahan dengan kondisi istana yang Mulia tapi beruntung MiLady membantuku" Herodotus mengalihkan tatapannya ke arah Mese yang beringsut ke arah mereka.

"Ayo Yang Mulia, kau harus banyak banyak beristirahat untuk memulihkan kondisimu" Julian mengangguk mengiyakan ucapan Mese, kemudian dengan di papah Kafele, Julian dan Mese menuju kamar pemuda itu.

Dengan dibantu Kafele, Mese akhirnya bisa meletakkan Julian ke atas tempat tidur dan membaringkan pemuda iti disana. Tubuhnya masih terbebat kain linen putih namun sudah tidak berbentuk dengan baik. Banyak ramuan kehijau-hijauan yang mecuat dari sela-sela lapisan kain yang dibebatnya. Kondisi wajah Julian pun tak banyak membantu. Ia kelihatan kepayahan dengan peluh yang mengucur deras dan berminyak namun wajah rupawannya tak pernah berubah. Bahkan di dagu nya sekarang sudah ditumbuhi rambut-rambut halus bakal janggut yang tipis-tipis membuat Julian terkesan begitu sexy.

Setelah Mese mengucapkan terima kasihnya pada Kafele, pemuda itu pamit untuk pergi melanjutkan tugasnya dan memanggil beberapa kasim untuk Julian sesuai perintah Mese. Pintu ditutup dengan perlahan, sesudahnya Mese beringsut mendekati Julian yang bersandar di kepala ranjang dengan bantal di punggungnya. Julian tersenyum, "Kenapa kau menekuk wajahmu sedari tadi saat menginjakkan kaki di istana?" Tanya Julian lembut tangannya terulur mengangkat dagu gadisnya,

"Aku khawatir dengan Herodotus. Aku takut ia menyerangmu, aku berani bersumpah jika ia menyentuhmu seujung rambut maka eksekusi untuknya akan dilakukan saat itu juga" Jawab gadis itu sarkastik. Mese melipat tangannya di dada. Julian terkekeh melihatnya,

"Seharusnya aku yang mengatakan itu Mese. Tak ada yang boleh menyentuh mu kecuali aku walaupun seujung rambut jika mereka tidak ingin kepalanya terpisah dari tubuhnya" Julian berujar pelan, wajahnya menyiratkan rasa bersalah. Mese jadi berpikir jika benar pemuda itu akan melakukan hal tersebut kira-kira bagaimana reaksinya jika ia tahu bahwa Herodotus menjambak rambutnya dan menariknya kasar.

PHARAOH [Book One] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang