36. I'M YOURS

565 63 2
                                    

Akhirnya Rey dan Zara menuju parkiran sedangkan Anneth dan Betrand menuju taman Rumah Sakit. Tak terlalu begitu banyak orang di taman, hanya ada beberapa yang berlatih berjalan, ada yang hanya sedang berjalan-jalan seperti dirinya dan ada yang duduk di kursi taman.
"Ann, aku boleh tanya sesuatu?".
"Boleh, kamu mau nanya apa emangnya? ",jawab Anneth penasaran.
"Kenapa hari itu kamu nekat masuk ke gudang?".
"ya karena khawatir".
"khawatir? Itu aja".
"iya, aku dengar katanya ada yang ketusuk jadi aku refleks lari ke dalam gudang".
"Kamu juga khawatir sama Alex? Alex juga di dalam gudang dan saat itu kamu gak tau siapa yang ketusuk".
"kamu kenapa sih? Cemburu? ".
"aku cuma nanya, kalau seandainya Alex yang ke tusuk gimana? Apa kamu bakalan genggam tangan dia seperti saat kamu genggam tangan aku kemarin? ".
"kamu lagi nanya atau lagi introgasi aku sih? ".
"kalau aku nanya terus kamu balik nanya siapa yang bakalan jawab Ann?".
"kok malah ngambek gini sih? ".
"aku gak ngambek", Betrand memalingkan pandangannya.
Anneth menghentikan dorongannya pada kursi Betrand dan beralih ke sisi kanan Betrand, Anneth memegang kedua pipi Betrand untuk menatap wajahnya.
"Kamu denger ya, aku memang khawatir sama Alex tapi aku lebih khawatir sama kamu".
"kenapa kamu lebih khawatir sama aku?", tanya Betrand sedikit susah karena kedua pipinya di pegang Anneth.
"harus banget aku jawab? Emangnya kamu gak tau jawabannya? ", Betrand menggeleng. "kamu ini beneran gak tau atau pura-pura gak tau sih?", Anneth melepas kedua tangannya dari pipi Betrand dan beranjak pergi. Namun dengan cepat Betrand kembali menangkap tangan Anneth.
"kok malah jadi kamu yang ngambek sih? ".
"lepas Al", berusaha melepas tangannya.
"aku sayang kamu Ann", Anneth yang mendengar itu menatap Betrand lalu kembali memalingkan wajahnya. "Ann, aku serius sayang sama kamu. Ann jangan ngambek dong, aku minta maaf ya. Ann, Al sayang sama Ann", Anneth melihat Betrand yang tersenyum manis padanya dan entah kenapa ia merasa perkataan Betrand yang terakhir seperti membawanya kembali ke 10 tahun yang lalu. Membawanya kembali kemasa dimana ia dan Betrand bermain bersama tanpa mengenal waktu. "Al sayang banget sama Ann".
"apaan sih Al?".
"Al cinta sama Ann, kamu gimana? ".
"kamu lagi nembak aku? ", Anneth mencoba menetralkan detak jantungnya saat ini dengan menjahili Betrand.
"jawab dong, malah di tanya balik. Dahlah", Betrand melepaskan genggamannya pada Anneth dan memalingkan wajahnya ke arah Anneth.
"iya, aku juga sayang sama kamu", Betrand tetap memalingkan wajahnya. "aku cinta sama kamu".
"cinta sama siapa?", tanya Betrand tetap memalingkan wajahnya.
"cinta sama kamu".
"kamu siapa?".
"kamu,  Al", Anneth memegang kedua pipi Betrand agar menatap wajahnya.
"Al siapa?", tanya Betrand yang kedua pipi masih di pegang oleh Anneth.
"kamu, Betrand putra onsu".
"jadi sebenarnya kamu mau sama Al atau Betrand? ", Betrand tersenyum jahil.
"emangnya ngaruh ya? Kan dua-duanya orang yang sama, sama-sama aku cinta".
Saat ini Betrand di buat tak berkutik oleh jawaban Anneth. Ia seakan terjebak oleh pertanyaan yang ia buat sendiri. Pipinya seakan panas dan perutnya penuh dengan kupu-kupu yang berterbangan.
"jalan kedepan yuk".
"kenapa? Kok jadi salting gitu sih kamu?".
"siapa yang salting? gak ada, aku gak salting cuma agak panas aja di sini kayaknya".
"Ini teduh loh Al, kita di bawah pohon", Betrand melihat keatas dan benar terdapat pohon besar yang melindungi mereka dari matahari saat ini.
"maksud aku tuh aku capek disini".
"kan aku yang ngedorong kursi rodanya, kenapa jadi kamu yang cape".
"itu maksud aku tadi, kita cari tempat duduk buat kamu biar gak kecapean".
"ooo gitu".
"iya gitu", Betrand semakin kikuk karena kebodohon yang ia buat tadi.
"oke kita cari tempat duduk, jangan salting gitu dong". Anneth yang masih tetap menjahili Betrand.
"aku gak salting Ann".

Anneth dan Betrand mengelilingi taman rumah sakit mencari tempat duduk kosong untuk mereka berdua. Saat di pertengan jalan mencari tempat Anneth berhenti dan melihat seorang anak perempuan yang sedang menari bahagia sendirian hingga terlihat seorang suster yang menghampirinya dan membawanya masuk. Saat anak itu akan pergi ia tersenyum dan melambaikan tangan pada  Anneth yang sedari tadi memperhatikannya.
"Ann, kamu ngeliatin apa sih kok senyum-senyum gitu? Atau jangan-jangan kamu kesambet lagi". tanya Betrand yang melihat Anneth tiba-tiba tersenyum.
"enak aja, aku tadi lagi ngelihat anak kecil yang nari di taman Al, lucu banget tau gak".
"gak, kan aku belum lihat".
"ihhh, ngeselin ", Anneth memukul pundak Betrand kesal.
"awww, sakit Ann".
"biarin".
"yah, kok ngambek sih Ann? Baru juga jadian".
"siapa yang jadian?".
"kamu sama aku".
"emangnya aku ada nerima kamu? ".
"tapi tadi kan kamu bilang juga cinta sama aku".
"tapi kan aku gak bilang mau jadi pacar kamu".
"oh, gitu? Okey".

Betrand kembali merajuk dan Anneth yang diam seribu bahasa bahkan setelah mereka mendapatkan tempat untuk duduk. Mereka duduk bersebelahan di bangku taman namun sampai beberapa menit mereka tetap diam tak ada yang mau mengalah untuk bicara. Anneth, dia sengaja mendiamkan Betrand untuk mengetahui seberapa lama ia akan tahan untuk merajuk dengan Anneth. Hingga, tiba-tiba sepasang paruh baya berjalan menghampiri mereka.
"maaf nak, bolek nenek titip kakek di sini, nenek mau ke toilet sebentar".
"boleh kok nek, kakeknya dudukin di sini aja", Anneth pun segera berdiri dari duduknya dan membiarkan pria paru baya itu untuk duduk.
"kalau begitu nenek titip kakek sebentar ya. Kek, nenek sebentar ya? ", pria itu menggangguk.
"ini gak apa-apa kan kakek duduk di sini? Sepertinya pacar kamu tidak suka".
Mendengar perkataan kakek yang di tujukan pada Betrand, membuat Anneth harus menyenggol lengan Betrand agar tersadar dari lamunannya.
"eh, iya? ".
"loh, ngelamun toh? Ini kakek gak kan duduk di sini? ".
"iya gak apa-apa kok kek, ini kan kursi milik umum bukan punya saya jadi siapa aja boleh duduk di sini".
"iya saya tau, tapi kamu tidak apa-apa pacar kamu jadinya harus berdiri? ".
Betrand menatap Anneth yang sedari tadi berdiri memperhatikannya, kemudian kembali menatap kakek tadi lagi. "dia baik-baik aja kok kek, lagian dia temen saya bukan pacar".
"iya kek saya gak apa-apa kok berdiri soalnya dari tadi udah duduk terus jadi pengen berdiri".
Apa ini? Apakah saat ini Anneth sedang menyindirnya. Karena yang ia tahu hanya dia saja yang sedari tadi duduk di kursi roda sedangkan Anneth mendorongnya dari belakang.
"kalau punya masalah itu di bicarakan jangan di diamkan terus, tenangkan diri kalian setelah itu bicarakan. Jangan sindir-sindiran".
"kita gak lagi ada masalah kok kek, biasa aja".
"gak lagi ada masalah cuma ambek-ambekan aja gitu. Saya dulu juga pernah muda gak langsung keriput begini".
"si kakek bisa aja".
"kalian serius gak pacaran?". Betrand menggeleng sedangkan Anneth diam seribu bahasa. "Gak apa-apa, kakek sama nenek dulu juga cuma temenan tapi hati saya yakin kalau dia akan jadi istri saya". Betrand yang terkejut langsung menatap sang kakek. "kakek juga laki-laki, saya tau apa arti tatapan seorang lelaki. Dan kamu tidak seprti sedang menatap temanmu tapi kamu seperti seorang pria menatap wanitanya".
Cukup lama Betrand mencerna perkataan kakek tersebut padanya hingga terdengar suara wanita yang menyadarkan dari lamunannya.
"maaf ya, nenek lama. Terimakasih sudah mau nungguin kakek disini".
"iya gak apa-apa kok nek".
"kalau begitu kami pamit dulu ya, sekali lagi terimakasih".
Sebelum pergi, kakek menepuk pundak Betrand, "kalau cinta perjuangin, kalau sudah yakin pertahankan jangan di sia-siakan".
Setelah sepasang paruhbaya tersebut pergi Betrand memperhatikan Anneth di sampingnya yang mulai terlihat kelelahan karena berdiri. Betrand menggeser tubuhnya kesisi sebelahnya dan menarik tangan Anneth untuk duduk disampingnya.
"sepenting itu ya sebuah status?", Anneth menggeser tubuhnya untuk melihat Betrand yang tak masih tak mengerti tentang perkataan Anneth. "aku gak mau putus".
"kita belum jadian Ann, kamu udah mikirin putus? ".
"kita gak pernah tau terjadi di depan Al dan aku takut kita menjadi asing di kedepannya".
Betrand terdiam mendengar perkataan Anneth. Tak salah memang, beberapa orang akan merangkai memori indah saat bersama dan mulai melupakan saat berpisah. Betrand memperhatikan sekitarnya lalu memetik setangkai bunga daisy dan setelah itu kembali menghampiri Anneth di bangku taman.
"boleh pinjam tangan kamu? ".
"pinjam tangan, untuk apa?".
"Pinjam aja dulu".
"nih", Anneth mengulurkan tangan kirinya pada Betrand.
"bentar ya", Betrand mengambil bunga daisy yang telah ia rangkai seperti sebuah cincin dan memasukkan di jari manis Anneth.
"Al, ini apa? ".
"itu simbol".
"simbol? ".
"iya simbol sampai aku ganti itu jadi yang asli. aku mau kamu janji sama aku kalau kamu, aku, kita akan selalu bersama. Kamu akan selalu di samping aku di masa sekarang dan akan mendampingi aku di masa depan", Betrand mengangkat jari kelingkingnya dan Anneth yang menautkan jari kelingkingnya pada Betrand.
"jangan tinggalin aku ".
"gak akan, I LOVE YOU", Betrand mencium tangan Anneth yang masih bertaut di kelingkingnya.
"I LOVE YOU too"

BERSAMBUNG.....

#mencintai bukan seberapa lama kamu mendapatkan hatinya tapi tentang seberapa lama kamu bertahan menjaga hatinya,-

Al & AnnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang