29. MAAF

628 85 11
                                    

"permisi mbak", petugas kesehatan pun datang dan langsung membawa Betrand ke ambulance menuju rumah sakit. Anneth yang ikut di dalam ambulance terus menggenggam tangan Betrand yang telah penuh dengan darah.
"Al,  kamu harus bertahan. Kamu gak boleh ninggalin aku lagi", air matanya kembali mengalir membasahi pipinya. Anneth terus saja memperhatikan petugas kesehatan yang memberikan pertolongan pertama pada Betrand sedangkan genggamannya tak pernah lepas dari tangan Betrand. Sesampainya di Rumah Sakit Betrand langsung di bawa ke ruangan IGD untuk mendapatkan perawatan.
"maaf mbak, mbak bisa menunggu di luar", perawat menghentikan langkah Anneth untuk masuk kedalam ruangan.
"tapi saya mau masuk sus, saya mau nemanin Al".
"maaf, mbak gak bisa masuk kedalam jadi saya harap mbak bisa menunggu di luar saja".
Anneth pun pasrah menunggu Betrand dari luar ruangan, ia saat ini sangat khawatir dengan keadaan Betrand. Ia benar-benar tak ingin kehilangan Betrand lagi.
"Al, kamu harus bertahan kamu gak boleh ninggalin aku kayak gini", Anneth berharap dari balik pintu ruang IGD.
Zara datang bersama Rey dan Richi, "Anneth, loe gak apa-apa kan? ".
"Betrand Zar, Betrand berdarah, gue harus gimana Zar. Gue gak mau kehilangan dia Zar", Anneth duduk di kursi tunggu menatap tangannya yang penuh bekas darah Betrand.
"loe yang sabar ya Neth, Gue yakin Betrand itu kuat gue yakin dia bakalan baik-baik aja, loe yang tenang ya", Zara mengambil tisu basah dan mengelap darah yang mengering dari tangan Anneth.
"gue takut Zar, gue takut", Zara menyeka air mata Anneth dan memeluknya untuk menenangkannya.
"loe tenang ya Neth, kita sama-sama berdoa semoga Betrand baik-baik aja", Rey juga berusaha menenangkan Anneth.

Alex datang ke ruangan Betrand setelah mendapatkan perawatan untuk lukanya.
"Rey, gimana keadaan Betrand? ".
"kita juga belum tau lex, dari tadi dokter belum keluar".
Alex mendekat kearah pintu ruang IGD tempat Betrand di rawat. "maafin gue Bet, maafin gue udah buat loe dalam bahaya terus", Alex berkata lirih dari balik pintu IGD.
"gue udah hubungin oma kalau Betrand masuk Rumah Sakit".
"makasih Rey",Alex terus menatap ruang IGD dengan perasaan bersalah.
"gue heran sama Betrand, kenapa dia mau masuk kedalam masalah untuk ngelindungi loe yang selalu ngasih dia masalah", Richi yang sedari tadi diam pun meluapkan amarahnya.
"gue gak pernah minta dia masuk kemasalah gue".
"iya, loe emang gak minta. Tapi bodohnya Betrand, dia selalu cari tau tentang loe, tentang masalah loe. Loe tau karena apa? Karena dia peduli sama loe, dia gak mau loe kenapa-kenapa, dia gak mau oma kefikiran terus tentang masalah yang loe buat hari ini. Loe tau lex? Loe itu egois, loe hanya mikirin ambisi loe aja tau gak",Alex diam terpaku.
"tenang Chi, ini Rumah Sakit jangan buat ribut di sini".
"Gimana gue bisa tenang Rey, temen kita ada di ruang IGD karena nolongin orang ini, kakaknya Rey", menunjuk Alex dengan emosi.
"loe harus tenang, jangan marah-marah di sini, kasihan Betrand dia lagi berjuang untuk hidupnya".
Richi terduduk lemas, "harusnya kita gak bilang iya hari itu. harusnya kita gak usah mau bantuin Betrand buat lindungin dia", Richi menunjuk kearah Alex.
Dari ujung lorong Rumah Sakit terdengar langkah kaki menuju ke arah mereka dan langsung menghampiri Alex.
"Alex".
"oma".
"Al kenapa lex, kenapa dia harus masuk IGD lex? Terus kenapa wajah kamu begini? Kalian kenapa? ".
"Alex baik-baik aja oma. Tapi Betrand, Dia kena tusuk pisau oma sekarang lagi di tangani sama dokter", oma yang mendengar jawaban Alex pun di buat lemas tak sanggup berdiri. Alex dengan sigap membatu oma dan membawanya untuk duduk di kursi.
"Al akan baik-baik aja Lex? Oma gak mau kehilangan salah satu cucu oma".
"maafin Alex oma, maafin Alex karena selalu buat Betrand dalam bahaya", oma pun menangkup wajah Alex mengangguk sambil tersenyum lalu memeluk cucu pertamanya itu.

Setelah beberapa menit berlalu akhirnya dokter keluar dari ruangan IGD mengenakan baju operasi.
"Dokter gimana keadaan temen saya dok", tanya Rey pada dokter yang menangani Betrand, membuat yang lainnya juga ikut mendekat.
"Operasi berjalan lancar, hanya saja karena pasien terlalu banyak mengeluarkan darah sehingga saat ini dibutuhkan transfusi darah secepatnya untuk pasien, namun persedian darah untuk golongan A+ sedang kosong jadi saya harap saudara sekalian dapat membantu mencari pendonor darah untuk pasien dengan segera mungkin".
"saya saja dok, golongan darah saya sama dengan pasien", semua mata tertuju pada pemilik suara yang ternyata adalah Alex.
"kalau begitu saya harap anda dapat menjalankan pemeriksaan terlebih dahulu untuk melakukan transfusi darah sesegera mungkin".
"baik dok", Alex pun pergi bersama salah satu perawat utuk melakukan pemeriksaan.
Setelah beberapa menit melakukan pemeriksaan untuk transfusi darah. Saat ini Alex di minta untuk beristirahat terlebih dahulu untuk menstabilkan tenaganya terlebih dahulu. Alex tertidur diatas ranjang dengan lengannya menutup matanya memikirkan kesalahan yang ia lakukan selama ini.

"bener kata Richi, selama ini gue hanya mikirin kebahagian gue aja, apa yang gue mau harus gue dapat, tanpa gue mikirin apa yang loe rasain saat itu. Karena gue, loe harus pisah sama ayah bunda dan tinggal dengan oma opa", tanpa sadar Alex meneteskan air mata.

Tanpa disadari Alex ada seseorang yang berjalan kearahnya dan mengusap rambutnya pelan.
"Alex", Alex membuka matanya.
"oma", Alex langsung memeluk omanya menutupi tangisannya. "maafin Alex oma, maafin Alex selama ini selalu nyusahin oma".
"Alex, kamu itu cucu Oma apapun yang kamu lakukan itu tanggung jawab oma. Oma harap setelah kejadian ini kamu bisa lebih dewasa lagi dalam berfikir".
"makasih oma", Alex kembali memeluk omanya.
"sudah jangan nangis lagi, Oma juga sudah kasih kabar ayah dan bunda kalian, kemungkinan besok mereka datang. Oma harap kamu siap dengan segala kemungkinan yang terjadi".
"iya Oma, Alex siap apapun yang akan ayah lakukan sama Alex".
"yasudah, sekarang kita keruangan Al. Dia sudah di pindahkan ke ruang rawat inap dan tinggal menunggu dia sadar".
Alex pun pergi mengikuti Omanya menuju ruangan tempat Betrand di rawat.

BERSAMBUNG.....

#kata maaf mungkin hanya sebuah kata yang takkan bisa mengobati hati yang terlanjur terluka, -

Al & AnnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang