8 - The Way They Love Their Little Sister

444 47 21
                                    

Kak Juna
SPP aman?

Dek Nia
Aman kak
Why?

Kak Juna
Cek mutasi rekening kamu dari kak shane

Dek Nia
Astaga kakk
Ayah udah kirim, bunda juga
Kak juna tadi pagi
Sekarang kak shane
Kalian jangan boros2! 😭😭

Kak Juna
Bodo amat
Siang ini, scan kwitansi pelunasan buat UAS kamu udah harus kaka terima
Nanti kakak forward ke kak shane
Oke cantik? 🌝💚

Dek Nia
Siap kak makasih banyak

Kumasukkan ponselku ke dalam kotak pensil begitu Gio menyenggol lenganku.

"Ni, ayolaahh... pinjem penggaris sebentar, dong."

"Nggak modal." Sungutku meski benda yang Gio tagih tetap kuserahkan.

"Hehe.. makasih, cantik."

KENAPA ADA DUA ORANG MEMANGGILKU 'CANTIK' PADA WAKTU BERSAMAAN SIH?

"Yo," panggilku pelan. "Mereka berubah total."

Tawa Gio mengudara samar. "Sadar, lo nggak jauh beda. Muka cerah kepantul sinar matahari 24 jam, absen mukul gue sama Irfan, bukannya jarang nyatet omongan dosen malah senyam senyum gaje lihat HP. Emang di HP ada siapa? Jaemin NCT? Iqbal Ramadhan?"

"Ckk! Gue serius, Yo!"

"Syukuri aja, mereka mau anggep lo sebagai adek sekarang lebih baik dibanding cuma bayangan hidup doang sampe Amara tinggal nama di hati kita."

"Kenapa bawa-bawa Amara?" Mataku mendelik Gio tak suka. "Mereka begitu bukan karena Amara."

"Emang lo tahu penyebabnya? Mereka cerita, nggak, kenapa mereka lebih deket sama Amara?"

"Belom."

"Ya udah, berarti Amara yang salah."

"Dibilang, bukan salah Mbak Ara!"

"Masa' tiba-tiba nggak demen lo gitu aja? Nggak mungkin kalo cuma karena Amara lebih butuh perhatian banyak, apa nggak kebalik?"

Suara Gio cukup tinggi, membuat beberapa kepala menoleh ke belakang. Mereka memandang kami sengit berhubung sang dosen killer masih menjelaskan bab Ilmu Ekonomi Pembangunan yang lumayan penting. Kami berdua gelagapan, terpaksa memohon maaf tanpa suara.

"Lo berdua!" Bisik Irfan seraya menunjuk mukaku dan Gio memakai pulpen Mont Blanc-nya dari baris depan. "Ributnya ntar aja habis nih kelas horor selesai! Bisa, 'kan?"

Jari jempol dan telunjukku membentuk tanda 'OK', sementara Gio mendengus mengiyakan.

"Cepet atau lambat, lo harus tahu kebenarannya sebelum hati lo berkorban semakin sakit." Petuah Gio singkat.

Ponselku sendiri bergetar beberapa kali dari pesan yang Kak Juna kirimkan, sebelum aku mengajukan sebuah pertanyaan mengenai materi kuliah hari ini.

Kak Juna
Dek maaf baru bilang
Kaka nggak bisa jemput kamu
Dewa yg gantiin kaka
Kamu tunggu depan lobby kayak biasa ya

PRAMADANA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang