⚠️⚠️
17+ area 🚫🚫
Dimohon kebijaksanaan pembaca 🙏***
Dua hari dua malam sudah Nia menghuni sendiri kamar lembab antah berantah jauh dari pemukiman. Makan seadanya, mandi sebisanya, bertaruh hidup dan mati setiap kali menghadapi seseorang yang ia benci dan sayangi sekaligus.
Geovanni alias Gio, tersenyum menduduki tepi ranjang, menyingkirkan anak rambut Nia ke kiri, puas memandang wajah berkabut sang kekasih tanpa beban setelah puas menemaninya tidur bersama semalam.
Ia bahkan tidak mengizinkan gadis itu berpakaian layak, hanya selembar gaun satin putih, mengesampingkan peduli akan udara luar sana yang bersuhu kurang dari 20 derajat celcius saat malam hari.
Sungguh, niat Nia ingin menyetujui sikap Gio agar tidak berurusan lagi dengan kakak-kakaknya, dingin mengadu, melaksanakan jebakan Anaya berupa pelaporan diam-diam kemarin lusa ke pihak berwenang.
Namun, entah mengapa Gio bisa mengetahui semuanya.
Nia disuntik bius menjelang pulang rapat proker usai keluar dari toilet, menitipkan kunci mobil di pos satpam, bercakap dalih mesin turun dan bakal diderek.
Nyatanya, Gio membawa Nia pergi. Lihai menyembunyikan barang bukti. Disusul Sisil yang turut menyekap Dewa di kamar seberang.
Desah awal stres melanda gadis itu, menyadari bahwa Gio tidak termakan rencana penangkapan Anaya, melainkan sengaja memainkan psikis Pramadana bersaudara.
"Kenapa nangis?" Gio mengucap lembut, memeluk Nia erat. "Sarapan bentar lagi siap. Kamu mau turun sekarang atau di sini dulu?"
Bibir Nia enggan membuka, tangan Gio menolehkan wajahnya paksa menatapnya.
"Aku tanya baik-baik, sayang, kenapa kamu nangis?"
"Seharusnya aku tanya kamu balik, Yo, kenapa kamu nggak pulangin aku ke rumah?"
Lelaki berpiyama biru muda itu belum menghilangkan senyum penuh artinya.
"Karena aku belum puas berdua sama kamu. Paham?"
"Kamu berubah, Gio."
"Aku tetep aku. Kamu dan Irfan yang nggak pernah mengenalku."
"Kamu sahabat kita. Aku tahu perasaanmu tulus selama kita pacaran. Kamu tega banget, Yo, kamu nggak sayang kakakmu sendiri yang jelas-jelas aku lihat dia udah maafin Kak Shane."
"Berhenti ngomong atau aku bener-bener ngiket kamu selamanya, Nia!" Sentak Gio keras. "Kamu bener, aku sesayang itu sama kamu sampe akal sehatku mati terbagi dua antara kamu dan Mbak Sisil. Kamu... ya, kamu nggak pernah kasih aku kesempatan dan pengertian kenapa aku lakuin ini!"
"Aku nunggu penjelasanmu, Yo! Tapi kamu nggak berhenti nyiksa aku di sini! Gimana aku mau ngerti?!"
"Diam!"
Entah Nia harus merasa sakit hati sampai masa kapan berganti, begitu Gio menciumnya kasar lalu menampar pelipisnya hingga hampir jatuh jika tidak Gio tahan.
"Kamu denger, putri kesayangan Om Prama." Gio mendesis kesal. "Berani kamu bicara bernada tinggi untukku, sama dengan sekali cambuk melukai kakakmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMADANA ✔️
Fiksi PenggemarKania Srikandi tidak pernah menginginkan terlahir sebagai anak perempuan satu-satunya di sebuah keluarga, bahkan dikelilingi tiga kakak lelaki kandung yang menganggapnya mutiara tak ternilai bukanlah suatu hal yang patut dibahagiakan, bila mengingat...