24 - Sejenak Tersenyum

223 37 4
                                    

Kak Shane dan kesibukannya.

Pulang kuliah kelar rapat jam setengah 6 sore, kutemukan jari jemarinya berkutat di depan laptop, lubang telinganya tersumpal bluetooth headset, mulutnya sibuk mengoceh bahasa Inggris, kopi susu aren khas Katakanlah tersisa setengah gelas tumbler bening di sampingnya.

Kak Shane dan fokusnya.

Sedari kuucapkan salam selamat tiba di rumah, sedikit pun lehernya tiada menengok menyapaku balik padahal tadi pagi berusaha keras mengajakku bicara, membuatkanku roti lapis selai kacang, menuangkanku orange juice, sekaligus mengantarku ke kampus.

Kak Shane dan ketampanannya.

Jujur, semakin dia sibuk dan fokus... semakin aku sulit mengelak bahwa cowok ini lebih ganteng dibanding Jamie Miller dalam hidupku.

"Eh, putri Bunda udah pulang. Mau mandi atau mau bantu Bunda masak?" Sapa wanita ramah yang melahirkanku penuh perjuangan 21 tahun lalu.

"Bunda masak apa?"

"Apa aja boleh, ehehe.."

Kini aku tahu jahilnya Kak Juna menurun dari siapa.

"Nia bantu ngulek sambel, Bun." Kataku berlalu agar dapat meletakkan tas dan jaket di kamar, kemudian menyusul bunda.

Beberapa lauk sudah siap, rata-rata kesukaan ayah dan Kak Shane.

"Nia mau tambah lauk lagi?"

"Cukup, Bun. Ini mau sambel bawang atau terasi?"

"Sambel tomat aja kayak biasa."

Tuh, kan. Favorit Kak Shane. "Kakak request, ya, Bun?"

"Iya, kakak sulungmu lagi pengen makan enak. Bunda suruh kita makan di luar, nggak mau. Katanya minta dimasakkin aja biar spesial."

Standar spesial si garong ngeselin itu nggak neko-neko rupanya. Tumis ikan tuna asap kecap, plecing kangkung, tahu telur, sambel tomat.

"Maaf, Nia dateng telat. Jadi nggak sempet bantu Bunda banyak deh."

"Nggak apa-apa, kamu pulang malem juga nggak masalah, nanti bisa dijemput Juna atau Dewa."

Senyum simpulku mengembang selagi kusingsingkan lengan kemeja supaya leluasa mengulek bahan-bahan sambal di atas cobek. Sengaja tidak kugunakan blender demi menguatkan bahu dan tangan.

"Nia,"

"Iya, Bun?"

"Lusa kakak pertamamu ulang tahun. Kamu ada rencana kadoin apa?"

Andai bunda tidak mengingatkan, aku benar-benar lupa.

"Belum ada, mungkin ada nanti tapi nggak mewah banget. Nanti Nia cari bareng Gio, Irfan, sama Dimas. Bunda mau kasih Kak Shane apa?"

"Hihii.. Bunda sama ayah rencananya mau ajak kakakmu ke Sea World."

"IH, IKUUUTTT!!" Pekikku spontan uhuy, mengejutkan bunda yang langsung membekapku. Bibirku auto beraroma air perasan tahu.

"Jangan kenceng-kenceng, Niaaa!" Desis bunda. Buru-buru kututup mulutku sendiri, mengkode telunjuk beserta jari tengah membentuk tanda peace.

"Kenapa nggak kasih barang, Bun? Kok malah jalan-jalan?"

"Soalnya, dulu waktu kecil Shane belum pernah main ke Dufan, Sea World, naik rollercoaster, gitu-gitu.. karena lebih suka di rumah sama Juna, Dewa, kamu.. paling ke mall, jalan-jalan, makan, nonton film."

Ralat, Bun, Kak Shane lebih suka jagain Amara juga.

"Terus, mau pergi bertiga aja bareng ayah sama Bunda?"

PRAMADANA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang