"Maaf nih tiba-tiba ganggu, mumpung minggu depan udah minggu tenang UAS, kita pengen cicil selesein tugas sekarang biar nanti tinggal review dikit-dikit."
"Boleh banget! Yuk, masuk."
Begitulah percakapan sederhana antara Kak Shane dan Dimas, ketika bel pagar terdengar ditekan tiga kali. Tak lupa Dimas membawa antek-antek sesuai dugaanku dalam melancarkan misi belajar berkedok push rank.
Sejak tadi, Olivia tidak berhenti cengar-cengir bahagia menemukan sosok Dokter Varen bermain stacko uno bareng Kak Shane sambil menemaniku mengaduk minuman untuk dirinya sendiri dan para tamu.
"Itu pangeran Neverland kapan dateng, Ni?"
"Kurang tahu, jam 2 siang-an kayaknya."
"Dia dokter pribadi lo?"
"Kata Kak Shane sih gitu."
"GUE OGAH KULIAH DOKTER DISURUH BOKAP! TAPI GUE RELA TEMENIN LO CHECK UP, TERAPI, SEPULUH JAM DI RUANG OPERASI KALO PER-HMMPHHH!"
Congor cewek satu ini bahaya sekali! Kubekap mulutnya, kupelototi Olivia sampai si gadis mengangguk-angguk mengerti supaya mengecilkan volume suara.
"Asli, Ni, lo nggak pengen pingsan apa diperiksa dokter seganteng dia?" Tanya Olivia, saat kami sudah tahu jawabannya.
"Lo sendiri, yakin mau nginep? Dia juga soalnya, tidur di kamar Kak Shane."
"HUAPAHH?? FIX, NGGAK SIA-SIA GUA SALAT DHUHA TIAP HARI MINTA JODOH!"
"Sekali lagi teriak, gue sumpel nih tutup toples gula ke tenggorokan lo!" Ancamku. "Lagian, salat dhuha itu karena Tuhan, Olive."
"Jodoh itu rezeki dari Tuhan juga, Nia sayang."
"Terserah lu aja."
Baru kuangkat sedikit nampan berisi 5 gelas orange juice dan piring cemilan, sepasang tangan lain keburu membawanya ke ruang tengah.
"Kaget gue, tuh dokter satu siaga banget. Padahal kita tinggal manggil Dimas kalo lu keberatan." Komentar Olivia.
Benar, Dimas terlihat asyik mengobrol bersama Kak Shane sekarang, kenapa jadi Dokter Varen yang terkesan kurepotkan? Main rebut nampan hamba pula.
"Ngomongin siapa sih kalian? Serius bener." Celetuk Irfan sewaktu menghampiri kami, gelas jus tampak ia genggam kuat.
"Gosipin Dokter Varen, Fan!" Jujur Olivia happy. Heran, sarapan apa ini anak 8 jam lalu?
"Gue kira calon pacar Nia, lho, ternyata dokter pribadi sama sahabat Bang Shane toh?"
"Lo salah kira apalagi gue? Dan sohib lo ini nggak mabok ketampanannya coba! Gimana bisa?"
"Bisalah, Liv, Nia mah udah bosen punya ayah sama kakak ganteng semua."
"HAHAHAHAHH! SETUJU!"
"Berisik." Tukasku kesal melewati mereka, menyusul keberadaan Gio, ikut memberi makan ikan-ikan koi di kolam halaman belakang.
Kuberikan segelas orange juice, Gio menerimanya senang hati.
"Thanks. Maaf nggak sempet chat lo, tangan gue ditarik Dimas duluan."
"Sama-sama. Santai, Yo, lagian gue seneng banget rumah ini rame. Gue takut awkward cuma sama mereka bertiga doang 3 hari ke depan."
"Orang tua lu, Dimas, sama Olive pulang Sabtu dong?"
"Iya, Yo."
"Nggak usah takut, mereka nggak bakal gigit lo. Siapa juga yang mau bikin nenek lampir berubah jadi vampir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMADANA ✔️
FanficKania Srikandi tidak pernah menginginkan terlahir sebagai anak perempuan satu-satunya di sebuah keluarga, bahkan dikelilingi tiga kakak lelaki kandung yang menganggapnya mutiara tak ternilai bukanlah suatu hal yang patut dibahagiakan, bila mengingat...