OS | 09

110K 15.5K 1.9K
                                    

✨بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Chapter ini banyak percakapan bahasa Jawanya. Bagi yang tau artinya bisa langsung tulis di kolom komentar biar yang nggak tau artinya bisa tau setelah baca komen kalian oke?😉





*****






Kringgggggg!

Suara alarm berbunyi cukup keras hingga membuat seorang gadis yang masih nyenyak tertidur, jadi terganggu karena jam weker terletak tepat di nakas sampingnya.

"Berisikkk!" keluh gadis itu dengan suara serak serta mata yang masih tertutup.

Tangannya bergerak meraba-raba jam weker lalu menekan tombol off hingga jam kecil tersebut berhenti berbunyi. Perasaan dirinya tidak pernah memasang jam weker.

Bukannya bangun, gadis itu malah mengganti posisi tidurnya untuk berada di posisi yang lebih nyaman dari sebelumnya. Shireen menghadap samping kemudian memeluk gulingnya sendiri.

Namun beberapa detik kemudian, gadis itu baru menyadari jika guling yang sedang ia peluk terasa lebih keras, besar, dan hangat. Tangannya kembali meraba-raba gulingnya sambil membuka sebelah matanya.

Ia mendongak perlahan, dan seketika kedua matanya serta mulutnya membulat terkejut ketika tahu apa yang sedang ia peluk. Kemudian ia kembali memejamkan matanya seolah tidak terjadi apa-apa lalu merubah posisinya menghadap arah yang berlawanan.

"Modar aku." batin gadis itu merutuki dirinya sendiri.

Kalian tau apa yang Shireen peluk tadi? Bukan guling. Tapi Ibra! Parahnya, Shireen memeluk Ibra layaknya ia memeluk guling. Lebih parah parah parah parahnya lagi, separuh tubuhnya yang sebelah kanan berada di atas tubuh Ibra!

Shireen lupa jika dirinya sudah menikah dan tidur satu kamar bahkan satu ranjang dengan Ibra. Gadis itu hanya bisa berdoa semoga Ibra belum bangun dan tidak tau jika dirinya salah peluk tadi.

Buru-buru ia mengambil guling yang sudah jatuh ke lantai —karena tak sengaja ia tendang ketika tidur tadi— kemudian ia peluk erat-erat, tak lupa menaikkan selimut hingga sebatas dagunya.

Shireen semakin erat memejamkan matanya ketika merasakan ranjang sampingnya bergerak beriringan dengan suara helaan nafas yang terdengar cukup pelan. Ia yakin, Ibra pasti sudah bangun dari tidurnya.

Benar, Ibra memang sudah bangun. Laki-laki itu duduk, membaca doa sambil mengumpulkan nyawanya. Selesai berdoa, ia melirik samping dimana Shireen tidur memunggunginya.

"Shireen, bangun. Kita sholat tahajud dulu." ujar Ibra membangunkan istrinya tersebut. Tapi tak ada respon.

"Ning Shireen." panggil Ibra sambil mencondongkan tubuhnya untuk melihat wajah Shireen yang ternyata masih terpejam matanya.

Our Secret [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang