OS | 34

64.3K 8.6K 1.7K
                                    

✨بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم✨



*****



Kaki kecilnya melangkah lebar melewati koridor asrama. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang berkeringat saling bertautan. Tak berani mengangkat kepalanya sebab tatapan menusuk yang mengiringi langkahnya.

Tak pernah ia merasakan perasaan semacam ini. Gugup, takut, cemas, semuanya. Yang ada dipikirannya saat ini adalah segera pergi dari tempat yang kini nampak mengerikan ini.

Bruk! Krek!

"Akh!"

Perempuan itu terjatuh tersungkur ke depan yang membuat lututnya mencium lantai dingin serta pergelangan tangan kanannya yang terasa sakit ketika digunakan untuk menyangga tubuhnya ketika jatuh tadi.

"Ahahahahaha!"

Bukannya menolong, santri-santri di sekitarnya malah tertawa puas sambil mengerubunginya, menatapnya seolah dirinya adalah badut yang pantas ditertawakan. Matanya memanas karena itu.

"Eh, Ning Anin jatuh, ya? Aduh maaf, ya, Ning, saya nggak sengaja," ujar salah satu santri putri yang tadi dengan sengaja menyandung kaki Shireen agar terjatuh. Kemudian ia tertawa lagi bersama beberapa santri lainnya.

Matanya kian memanas dan bibirnya yang bergetar. Tangan kirinya memegangi pergelangan tangan kanannya yang terasa nyeri dan sakit. Tidak ada yang menolongnya, tidak ada yang berniat membantunya. Mereka semua hanya menertawakannya.

"Makanya, Ning, kalo jalan itu hati-hati, liat-liat sekitar, jangan nunduk terus, emangnya di lantai ada apa sih sampe diliatin terus?" lanjut santri tersebut yang bernama Ratna.

Ia berjongkok di hadapan Shireen dan menatapnya dengan tatapan sinis. Sedangkan Shireen hanya melirik sekilas pada gadis itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dirinya betul-betul takut sekarang ini.

"Kenapa, Ning? Kok nangis? Ada yang sakit? Hm?" tanyanya sambil menyentuh dagu Shireen namun Shireen menghindar.

Hal itu membuat Ratna semakin menatapnya sinis dan tajam. "Kenapa pake cadar? Bukannya biasanya nggak? Kenapa sekarang pake cadar? Oooh iya lupa! Kamu kan Ning Anin, ya? Kok aku bisa lupa sih? Ning Anin kan bercadar, yang nggak bercadar itu Shireen, anak pindahan baru, iya, kan?"

"Buka aja cadarmu! Nggak usah berpura-pura suci dengan pakai cadar! Tujuanmu pakai cadar itu apa sebenarnya? Menutupi identitas, kan? Sekarang identitasmu udah terbongkar, ngapain masih pake cadar, hah?" seru Ratna di depan wajah Shireen yang membuat perempuan itu semakin ketakutan.

Our Secret [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang