OS | 24

121K 16.3K 5.4K
                                    

✨بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم





*****





Sudah sekitar satu minggu Shireen tidak menginjakkan kakinya ke ndalem. Gadis itu pun tidak mengindahkan jika Ibra memanggilnya melalui santri lain. Jujur Shireen masih kesal, masih marah dengan kejadian tempo hari dimana Ibra terlihat begitu mesra dengan perempuan yang ia sendiri tidak tau siapa namanya.

Ketika di madrasah dan bertemu Kinan yang menangakan tentangnya yang beberapa hari ini tidak berkunjung ke ndalem ataupun menyampaikan pesan dari Ibra yang menyuruh Shireen datang ke ndalem, Shireen selalu mengabaikannya. Gadis itu hanya iya iya saja menanggapi ucapan Kinan namun tidak ia jalankan.

Namun hari ini, Shireen tidak bisa lagi melancarkan acara menghindar nya karena Mbah Nyai memanggil, jadi mau tidak mau Shireen harus menuju ndalem.

Dalam hatinya ia sangat berharap semoga dirinya tidak bertemu dengan laki-laki bernama Ashraf Ibrahim Al-Hariz.

Sampai di ndalem, Shireen langsung masuk ke kamar yang dihuni oleh pemimpin pondok pesantren ini. Di dalam ada Umma Hafsah yang duduk bersandar di atas ranjangnya dengan keadaan tubuh yang lemah.

Memang beberapa bulan ini keadaan tubuh wanita itu semakin lemah, semakin ringkih, dan semakin kurus saja. Umma Hafsah juga sudah jarang untuk keluar ndalem. Boro-boro keluar ndalem, keluar kamar saja sudah susah.

Tetapi untungnya Umma Hafsah memiliki menantu seperti Dira yang setia menemani dan membantunya melakukan aktivitas seperti makan, mandi, buang air, dan sebagainya. Tak jarang pula Alma yang tinggal lumayan jauh dari sini bersama Bilal datang berkunjung untuk sekedar menyapa Umma Hafsah.

Seperti sekarang ini, di dalam kamar Umma Hafsah serta Kyai Usman, tidak hanya ada Umma Hafsah seorang diri, tetapi ada Dira yang sedang menyuapinya makan serta Alma yang sedang memijat kaki wanita renta tersebut.

Shireen hanya bisa tersenyum canggung ditatap tiga orang perempuan yang memiliki peran penting di pondok pesantren At-Taqwa.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Masuk, Rin, udah ditungguin Uti nih." kata Dira.

Shireen mengangguk dan melangkah mendekati Umma Hafsah. Dira yang duduk di samping Umma Hafsah menyingkir memberi ruang bagi menantunya.

"Uti loh ini dari tadi nungguin Ning Anin, kangen katanya." Alma berujar sambil tersenyum hangat pada Shireen.

Shireen mengambil telapak tangan Umma Hafsah yang kurus dan keriput, ia genggam sebentar sambil ia usap lembut menggunakan ibu jarinya sebelum punggung tangan Umma Hafsah menempel pada mulutnya.

"Dari mana aja, nduk, kok ndak ke sini-sini?" tanya Umma Hafsah dengan suaranya yang serak seperti orang yang sudah sepuh pada umumnya.

"Maaf Uti, Anin sekarang jarang ke sini, jarang nengokin Uti, jarang bantu-bantu di sini, karena Anin kan bentar lagi ujian jadi Anin fokus belajar. Maafin Anin ya Uti." ucap Shireen lembut.

Our Secret [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang