OS | 41

62.2K 5.1K 468
                                    

✨بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ




*****



Pagi ini cuaca bisa dibilang lumayan cerah, secerah hati Ibra. Sudah lama laki-laki itu tak merasakan kecerahan di hari-harinya semenjak Shireen memutuskan untuk kuliah di Jogja.

"Mas Ibra," panggil Shireen saat ia keluar ndalem menghampiri Ibra yang tengah duduk di teras sambil menyesap teh buatannya. Di gendongannya ada Candy yang nampak anteng di sana.

Ibra tersenyum pada istrinya tersebut sambil menepuk-nepuk tempat di sampingnya, menyuruh Shireen duduk dan Shireen pun menyanggupi.

"Gimana teh buatan aku?" tanya perempuan itu.

Ibra menganggukkan kepalanya. "Enak, masih sama kaya dulu," jawabnya.

"Iya dong! Aku tuh inget banget sama teh kesukaannya Mas Ibra. Aku selalu inget apapun tentang kamu. Apa yang Mas Ibra suka, apa yang Mas Ibra nggak suka, aku inget semuanya."

Ibra terkekeh pelan sambil mengacak-acak pucuk kepala istrinya gemas. Shireen menurunkan Candy dari gendongannya lalu melangkah menuju kran air yang berada di depan ndalem untuk mencuci tangannya. Ibra memperhatikan apa yang tengah istrinya tersebut lakukan dengan fokus. Ada sesuatu tang mengganjal pikirannya.

"Kamu kok makin kurusan, Ning?" tanyanya.

Shireen menghentikan aktivitasnya sejenak akibat terkejut dengan pertanyaan Ibra barusan. Harusnya ia tidak perlu terkejut karena dari jauh-jauh hari dirinya sudah mempersiapkan jawaban jika pertanyaan seperti ini muncul. Tapi ia tidak menyangka bahwa dirinya ternyata terkejut mendapat pertanyaan itu.

Ia tersenyum di balik cadarnya dan mencoba bersikap biasa saja. "Ya gimana nggak kurus? Orang tiap hari dosen selalu kasih aku segunung tugas yang deadline nya mepet banget," jawabnya dengan kesal.

Shireen berbohong dengan jawabannya. Padahal ia tau, tubuhnya mengurus bukan karena tekanan kuliah, melainkan penyakit yang menggerogotinya. Tapi tidak mungkin ia menjawab jujur tentang apa yang dideritanya ini.

Perempuan itu kembali duduk di samping Ibra dan langsung bersandar pada bahu suaminya tersebut. Ibra pun merangkul bahu Shireen.

"Sesibuk-sibuknya kamu, jangan sampai nggak makan, jangan keseringan begadang juga. Nggak baik buat kesehatan. Sempatkan 10 menit untuk makan, Ning."

"Iya-iya," sahut Shireen pelan.

Keduanya sama-sama diam menikmati suasana pagi hari yang cerah dan sejuk ditemani oleh kicauan burung kenari milik Nabil yang baru saja dibeli 2 minggu lalu.

"Mas," panggil Shireen membuka suara sambil mendongak menatap suaminya.

"Aku udah belajar bahasa isyarat tau."

Our Secret [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang