Bab masih lengkap‼️SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA‼️
📌Spin off "The Hidden". Disarankan baca TH dan LP dulu biar nyambung karena mereka masih satu circle wkwkwk📌
Menikah memang sesuatu hal yang cukup membahagiakan bagi seti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✨بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم✨
"Ayo kita pergi bersama, saya akan temani kamu kemanapun, kapanpun dan sejauh apapun tempat yang kamu mau."
—Ashraf Ibrahim Al-Hariz—
*****
"Awas, pelan-pelan." ucap Dira pelan mewanti-wanti Ibra yang akan membaringkan Shireen yang pingsan ke atas kasur.
Wanita tersebut nampak betul-betul khawatir dengan menantunya yang tengah pingsan itu.
Begitu Shireen sudah berada di atas kasur, Dira langsung menyela mengambil tempat di tepi kasur untuk mengurus Shireen.
"Kinan, tolong ambilin minyak kayu putih, ya." pinta Dira yang langsung dituruti oleh Kinan.
Sembari menunggu Kinan kembali dengan membawa minyak kayu putih, Dira mengusap-usap telapak tangan Shireen yang terasa sangat dingin demi mengalirkan kehangatan.
"Minum dulu, Ibra." tutur Abi yang melihat anaknya diam menatap ke arah Shireen yang terbaring lemah dengan wajah pucatnya.
Wajah Ibra nampak datar seperti biasa, namun Abi tahu betul apa yang dirasakan oleh anak sulungnya tersebut. Dadanya masih ada emosi yang tertahan. Ibra memang pandai menyembunyikan perasaannya dari siapapun, terkecuali dari Baba dan Bundanya.
Ibra menggeleng pelan sebagai bentuk penolakan dari perintah Abi.
"Minum dulu." titah Abi lagi.
Ibra kembali menggeleng, "Ibra mau di sini nemenin Ning Anin."
"Ada banyak orang di sini yang mau jaga istri kamu, Ibra. Minum tidak membutuhkan waktu lama, tidak sampai 10 menit. Minum, duduk sebentar dan tenangkan diri kamu, padamkan api yang ada di dada kamu."
"Tapi Ning Anin...."
"Ada Bunda di sini, ada Baba, ada Mbah, ada Kinan, ada Nabil juga. Kamu nggak percaya sama kita?" tanya Dira memotong ucapan Ibra.
"Ibra, turuti perkataan Baba kamu." Kyai Usman turut bersuara.
Ibra menghela nafas pelan dan akhirnya mengangguk pelan, "Ibra titip Ning Anin." katanya sebelum ia beranjak keluar dari kamar.
Sesampainya di dapur, laki-laki itu mengambil gelas dan menuangkan air putih ke dalamnya dengan tangan yang masih bergetar. Kemudian ia duduk di kursi lalu meneguk minumannya hingga tandas.