OS | 18

108K 15.4K 3.2K
                                    

✨بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم






*****






"Assalamualaikum, Gus Ibra, Ning Anin."

Mendengar salam serta namanya disebut, Shireen mendongak menatap dua orang —yang salah satunya sangat ia kenal— baru keluar dari ndalemnya Kyai Usman. Kakinya yang sedang melangkah hendak masuk ke dalam langsung terhenti dan mata serta mulutnya langsung membulat sempurna.

Gadis itu langsung berbalik badan dan menatap Ibra yang berdiri di belakangnya dengan tatapan yang yang panik. Bagaimana jika dirinya ketahuan.

Ibra yang paham langsung maju dan menyentuh kain yang menutupi setengah wajah istrinya. Seketika Shireen sadar jika dirinya sedang mengenakan niqab. Ia langsung bisa bernafas lega. Untung saja.

Kemudian ia berbalik lagi dengan kepala yang sedikit menunduk, menghindari bertemu tatap dengan kedua santri tadi. Walaupun tanpa ia menunduk pun ia tidak akan bertemu tatap karena mereka yang menunduk sopan.

"Wa'alaikumussalam." jawabnya dengan suara yang ia bedakan dari suara aslinya.

"Wa'alaikumussalam." Ibra turut menjawab salah kedua santri tadi yang merupakan Dila dan yang satunya entah siapa namanya Ibra maupun Shireen tidak tau.

Setelah itu, Ibra melangkah masuk ke ndalem. Shireen tak ingin hanya diam saja, gadis itu mengikuti suaminya dengan langkah sedikit berlari.

"Huh, hampir aja ketauan." lirih Shireen setelah sampai di kamar Ibra. Ia merebahkan tubuhnya ke atas ranjang sambil menghela nafas lega.

"Itu tadi temen kamu, kan?" Ibra bertanya memastika sambil meletakkan kunci mobilnya ke atas meja.

Shireen mengangguk, "He'em, namanya Dila." jawabnya sambil membuka niqab yang masih menutupi sebagian wajahnya.

Ibra hanya mengangguk menanggapi dan duduk di tepi ranjang setelah mengambil kitab kuningnya.

Tiba-tiba Shireen mengganti posisinya menjadi tengkurap di samping kaki suaminya yang diluruskan, "Gus, tau nggak—"

"Nggak."

Shireen berdecak sebal sambil menepuk kaki Ibra yang berada di sampingnya. Belum juga selesai ngomong udah dipotong aja.

"Belum selesai ngomong." kesalnya.

Ibra tidak menyahut dan Shireen lanjut berbicara, "Gus tau, nggak, kalo Dila tuh penggemar beratnya Gus Ibra loh. Nggak cuma Dila, sih. Lala, Inara, Indah, Aini, banyak pokoknya, semua santri. Kecuali saya."

Ibra tak menanggapi. Tidak mengangguk, tidak pula menggeleng. Laki-laki itu hanya fokus pada kitab di tangannya.

"Gus Ibra dengerin saya nggak sih?" tanya Shireen

Our Secret [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang