6. Analogi Tak Hingga

33 7 4
                                    

Selama masih ada kebaikan dan kemauan untuk berkembang, nggak ada manusia yang nggak bernilai, apalagi sampai negatif.
—S. Nindyani

—∞—∞—∞—
6. Analogi Tak Hingga
—∞—∞—∞—

Dava <3
Today, 9.15 AM

| Shi, bisa ketemu sebentar?
| Nanti gue samperin kelas lo

Teman-teman Sashi heboh bukan main membaca pesan dari Dava. Sashi bahkan kehilangan kendali atas ponselnya karena Mauri mengambil alihnya dan mengetikkan balasan tanpa menunggu konfirmasi Sashi. Namun, Sashi memang tidak terlihat berniat memarahi Mauri, sih. Dia bingung mesti membalas apa, jadi biar teman-temannya sajalah yang mengambil perannya.

Sori Dav, gue mau ketemu Kanu istirahat ini |

| Kanu? Cowok yang kemarin itu?

Iya |

| Lo ada hubungan apa sama dia?

Duh, kalo buat sekarang gue belum bisa pastiin hubungannya, tapi yang jelas progresif sih |

| Seriously, masa iya lo nggak punya orang lain buat dideketin selain dia?

Mauri mengernyit tidak paham atas pesan terakhir Dava. Dia hampir saja kelepasan mengirim pesan suara pada cowok itu yang berisi umpatan, tetapi rasa penasarannya mengalahkan keinginan konyol itu. “Eh, maksud dia apaan, deh? Emangnya Kanu kenapa?” tanya Mauri akhirnya.

Sashi meringis kecil. Dia sangat paham maksud ucapan Dava, tetapi dia enggan mengungkitnya. Setelah memutar otak mengenai bagaimana harus menghindari topik pembicaraan ini, Sashi memutuskan merampas smartphone-nya dari tangan Mauri dan berkata cepat, “Eh, gue ke perpus sekarang ya, mau nemuin Kanu. Bye!

Lalu, begitu saja dirinya lenyap dari pandangan teman-temannya. Sashi tidak mau peduli tanggapan mereka sekarang. Dia belum siap memberi tahu teman-temannya. Agaknya informasi soal Kanu yang bisu akan membuat teman-temannya menarik semua antusiasme untuk mendekatkannya dengan Kanu. Sashi entah kenapa tidak mau hal itu terjadi.

Biarlah mereka tahu sendiri jika memang sudah waktunya. Atau biarlah Bila yang memberi tahu mereka. Sashi yakin temannya satu itu sangat mengenal Kanu walaupun sebatas melihatnya menghabiskan waktu di perpustakaan bersama Neo.

Langkah yang panjang akhirnya membawa Sashi tiba di perpustakaan yang berada di lantai dua gedung seberang. Cewek itu melepas sepatu, kemudian melangkah pelan memasuki ruangan senyap itu.

Seumur-umur menjadi siswi SMA Lingkar Global, dapat dihitung menggunakan jari berapa kali Sashi mendatangi perpustakaan. Tentunya dia ke tempat ini bukan untuk belajar seperti anak-anak lainnya, melainkan untuk keperluan lain, misalnya menjemput Bila atau menemani anak Ligaradio menata letak pengeras suara sehingga siaran radio mereka tetap bisa terdengar dengan volume yang tidak mengganggu penghuni perpustakaan.

Menuju Tak HinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang