14. Luapan Emosi

23 6 8
                                    

Kalo suka mah ngaku aja, biar punya alasan buat dekat-dekat sama dia tanpa harus ikut sertain gue begini.
—N. Wirajaya

—∞—∞—∞—
14. Luapan Emosi
—∞—∞—∞—

Neo Beo
Today, 2.44 PM

| Wei, lo di mana?

Rumah |

| Lah, udahan kencannya?

Mana ada kencan |

| WKWKWK
| Gue menang lomba nih, mayan duitnya
| Mau ditraktir nggak?

Beneran nih? |

| Iyee
| Lo mau makan apa?

Bakso di dekat SMA Putra Bangsa tu kayaknya enak |

| Hah? Jauh amat?

Saya lagi mau itu |
Deal nggak nih? |

| Ya udah, tunggu gue balik yak
| Nanti naik gocar aja

Siap |

Sebetulnya Kanu tidak yakin di daerah yang disebutkannya itu betulan ada bakso atau tidak. Tadi memang sempat dilihatnya gerobak bakso keliling yang nongkrong di depan gerbang SMA Putra Bangsa saat dia mengantar Sashi, tetapi sekarang gerobak itu sudah hilang. Sepertinya diusir satpam karena memang ada tulisan dilarang berjualan di depan sekolah itu. Kanu sudah menduga hal ini, tetapi dia tetap ingin datang.

Jadi, di sinilah sekarang Kanu berakhir bersama Neo. Di depan sebuah rumah makan padang yang sebetulnya juga ada cabangnya di dekat lorong rumah mereka. Neo menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir dengan kelakuan Kanu hari ini.

Usai turun dari taksi online tadi, keduanya mengitari wilayah di sekitar SMA Putra Bangsa hanya untuk mencari tukang bakso keliling ataupun warung bakso. Namun, nihil, tidak ada satu pun yang mereka temukan di sekitar sini.

Kanu hanya tercengir minta damai menerima pelototan mata Neo. Dia masuk lebih dulu ke rumah makan yang notabene berseberangan dengan SMA Putra Bangsa. Neo segera menyusul masuk.

“Lo selamat hari ini karena suasana hati gue lagi bagus plus perut gue lagi lapar.” Neo berkata demikian sebelum akhirnya beranjak untuk memesan nasi ayam bakar andalan mereka.

Diperingati seperti itu, Kanu meringis tanpa suara. Neo memang tidak tahu alasan asli Kanu memperpanjang perjalanan mencari makan mereka sampai ke sini. Tepatnya, Neo sadar Kanu sedang bermain-main dengannya soal ingin makan bakso di sini, tetapi tidak tahu karena apa. Mungkin hanya iseng seperti biasa, pikir Neo.

Menuju Tak HinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang