24. Salah Paham

12 4 0
                                    

Apakah indikator keberhasilan dari rencana balas dendam itu adalah Dava dan Sashika kembali jadi sepasang kekasih?
—K.A. Samudra

—∞—∞—∞—
24. Salah Paham
—∞—∞—∞—

Sashi Ligaradio IPS 1
Today, 2.10 PM

Hari ini kita latihan MC, bisa? |
Lo nggak ada niatan mundur juga dari posisi ini, kan? Acaranya kurang dari seminggu lagi |

| Nggak kok, gue bakal selesain sampai akhir :)
| Tapi sori Ne, hari ini gue nggak bisa, ada janji sama orang :(
| Besok boleh?

Boleh |

| Oke, see you tomorrow :)

Neo menutup ruang obrolan bersama Sashi dan berniat langsung menyimpan ponselnya. Namun, pesan masuk dari kontak lainnya mengurungkan niat itu. Alhasil, langkah Neo menuju gazebo untuk menemui temannya jadi tertahan.

Ternyata dari Kanu.

Kanu My Bro
Today, 2.13 PM

| Kamu pulang sendiri ya. Saya ada janji sama orang

Sama Sashi? |

| Bukan

Ya ya, terserah |
Asal jangan macam-macam aja lo sama anak orang |

| TADI ITU KAMI NGGAK NGAPA-NGAPAIN
| Berapa kali sih harus saya ulangi?

Nye nye nye |
Ngomong sana sama tembok perpus |

| KURANG AJARRR

Neo tertawa membacanya. Sangat jarang Kanu meluapkan rasa kesal seperti ini. Mungkin kalau mereka bertemu langsung, posisinya sekarang Neo sudah menerima tatapan tajam dari Kanu, yang alih-alih membuatnya ciut, justru membuatnya tambah geli.

Setelah puas tertawa, Neo menyimpan ponselnya dan melanjutkan langkah. Kali ini bukan menuju gazebo, melainkan halte depan sekolah untuk menunggu bus.

Menyorot ke sisi lain sekolah, tepatnya di halaman parkir mobil, Kanu berjalan santai menyusuri pelataran untuk kemudian memasuki sebuah sedan berwarna kuning cerah. Tidak sulit baginya untuk langsung menemukan mobil itu karena warnanya yang mencolok.

Dava menyambut kedatangan Kanu di mobilnya. Kanu sejenak tertegun karena tidak menyangka bahwa selain ada dirinya dan Dava, di mobil ini juga ada Mauri.

“Gue minta lo ke sini buat meluruskan soal sesuatu.” Dava memulai percakapan di mobil. Agaknya itu bahasan yang cukup berat karena dia sempat berdeham kecil sebelum memulai. Selanjutnya, cowok itu menoleh ke bangku belakang tempat Mauri duduk seorang diri. Lewat gestur wajah, dia mengisyaratkan Mauri untuk turut membangun suasana percakapan.

Menuju Tak HinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang