❝Mau nggak kita double date besok? Aku sama Kak Kanu, Kak Sashi sama Kak Neo.❞
—A.P. Irawan—∞—∞—∞—
25. Drop
—∞—∞—∞—Jangan begadang lagi. Jangan overthinking lagi. Apa pun yang terjadi, lo hanya perlu memejamkan mata dan tidur. Lupain semua hal yang berat demi satu malam yang damai ... dan demi esok pagi yang tenang.
Sashi merapal mantra itu dalam hati sepanjang cahaya matahari pagi menyinari sekujur tubuhnya. Pagi ini dia terlambat lagi. Hukumannya sama seperti waktu itu, yakni dijemur di tengah lapangan utama, tepat di bawah tiang bendera, selama satu jam mata pelajaran.
Hari ini cukup banyak orang yang terlambat, tetapi tak ada satu pun yang Sashi kenal. Dengan kata lain, semua temannya adalah anak teladan yang bukan langganan disetrap oleh guru piket sepertinya.
Seketika Sashi menyesal karena telah menghabiskan semalam suntuk hanya untuk overthinking tanpa membuahkan hasil apa pun. Ada sih hasilnya, yakni dia bangun kesiangan dan berujung mendapat hukuman karena datang terlambat ke sekolah.
Seolah de javu, di bawah panas terik matahari yang menyengat kulit kepala dan menjalar memberi rasa pening, dengan kedua mata menyipit maksimal, figur jangkung familier tertangkap dalam sudut pandang Sashi. Figur itu tampak baru keluar dari kelas di lantai dua, hendak menuju suatu tempat, sepertinya ke toilet atau entahlah.
Kalau kondisinya lebih baik, Sashi bersedia menatap figur itu lebih lama sampai ditelan tikungan koridor lantai dua. Namun, rasa pening itu menjalar lebih cepat ke seluruh bagian kepalanya. Kemudian, menyusul timbul gejolak aneh dalam perutnya. Itu bukan gejolak dari kupu-kupu yang sedang menari di perutnya saat sedang salah tingkah. Itu adalah manifestasi dari sakit perut.
Kedua tangan Sashi yang semula dalam posisi istirahat di tempat—alias berada di belakang tubuh—berubah. Satu tangannya beralih memegang kepala, sementara satu lagi memegang perut.
“Kamu kenapa?”
Seorang siswi berkacamata yang berdiri di sebelah Sashi bertanya saat menyadari gelagat anehnya.
Sashi mengerang tertahan sebelum memberikan jawaban. “Perut gue sakit.” Dia bahkan tidak sempat menatap wajah siswi itu karena kini rasa sakit menuntunnya untuk perlahan terduduk dengan kedua tangan meremas perut.
“Ya ampun, kamu tunggu sini. Aku panggil guru piket dulu.”
Siswi itu secepat kilat berlari menghampiri seorang guru wanita di koridor utama tak jauh dari lapangan.
Kehebohan kecil segera terjadi di kalangan siswa-siswi yang disetrap di tengah lapangan. Semua perhatian tertuju pada Sashi. Beberapa bergumam prihatin, beberapa lagi berbisik sinis karena tersadar bahwa Sashi adalah siswi yang menjadi trending topic beberapa hari belakangan di sekolah mereka.
Siswi berkacamata tadi tiba tidak lama kemudian bersama seorang guru wanita. Setelah menertibkan kembali para murid yang tengah dihukum, guru itu pun membawa Sashi menuju UKS. Langkah Sashi tertatih-tatih mengikuti tuntunan dari gurunya.
Lalu, dalam detik-detik perjalanan ke UKS yang terasa cukup menyiksa perutnya, Sashi dihadapkan pada kehadiran seseorang yang tidak pernah dia duga akan menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Tak Hingga
Teen Fiction"Jika manusia adalah bilangan, bilangan apa yang menggambarkan sosok Kanu Aji Samudra menurut lo?" "Negatif satu." "Kenapa negatif?" "Karena saya punya kekurangan." "Sekarang gue kasih lo PR. Cari cara untuk meningkatkan nilai dari bilangan itu. Lo...