❝Emangnya kenapa harus malu? Di luar itu, Kak Kanu punya banyak kelebihan yang bisa dibanggakan.❞
—A.P. Irawan—∞—∞—∞—
22. Gadis Kecil
—∞—∞—∞—Biasanya, Sashi meninggalkan ruangan Ligaradio bersama Neo. Mereka akan menuju gazebo untuk menemui Kanu dan pulang bersama naik bus. Namun, rutinitas itu kini hanya tinggal kenangan. Tidak ada lagi gazebo, Kanu, Neo, dan bus. Yang ada hanya Sashi dan driver ojek online.
Setelah berhasil membuat satu pesanan, Sashi menunggu di trotoar sisi barat dari gerbang SMA Lingkar Global. Matanya beredar ke jalanan semipadat yang terbentang di hadapannya, berusaha memalingkan fokus dari bisik-bisik sinis beberapa murid yang berlalu-lalang di trotoar.
Kehadiran mobil sedan berwarna kuning cerah mengusik pandangan Sashi dari jalanan setengah macet di depannya. Jendela mobil terbuka, menampilkan wajah Dava yang sedikit basah karena keringat akibat latihan basket.
“Bareng gue aja.”
“Gue udah pesen ojek,” balas Sashi seraya mengangkat ponselnya.
“Cancel aja.”
“Nggak ah, driver-nya udah jalan. Lo duluan aja, deh. Jangan ngetem di sini, kayak angkot aja.”
“Ada yang mau gue omongin.” Dava berujar seraya menengok sekilas ke bagian belakang jalan, memastikan tak ada kendaraan yang sedang menunggunya melaju karena keadaan jalan memang agak macet. “Soal siaran lo tadi. Seriusan lo berhenti?”
“Iya,” sahut Sashi ringkas. “Bahasnya nanti malam aja.”
“Ya udah, via telepon. Jangan nggak diangkat, ya. Gue sekalian mau nanya kapan lo ada waktu senggang, mau minta temenin cari sepatu basket.” Dava mengalah pada akhirnya. Setelah diangguki Sashi, cowok itu kembali melanjutkan perjalanan pulang dengan mobil sedannya.
Driver ojek pesanan Sashi tiba tidak lama setelahnya. Dia bersiap naik, tetapi gerakannya tertunda saat seorang cewek berambut kepang dua menghampirinya. Cewek ini terlihat lebih muda dan kecil, mungkin berjarak dua atau tiga tahun dari umur Sashi.
“Kak, maaf ganggu waktunya. Aku boleh tanya sebentar nggak?”
Sashi mengangguk tertarik. “Tanya apa?”
“Kakak kenal sama yang namanya Kanu? Dia kelas sebelas. Udah pulang belum, ya?”
“Oh, Kanu ....” Sashi menggumamkan nama itu dengan perasaan tak karuan. “Kayaknya belum pulang. Biasanya dia nunggu bus di halte sana sama temannya,” jawab Sashi pada akhirnya seraya menunjuk halte beberapa meter di sebelah timur gerbang.
“Oke, makasih infonya, Kak.”
“Sama-sama,” balas Sashi. Setelah melepas anak itu pergi, dia sempurna menaiki ojeknya.
Perjalanan sore itu membuat tak hanya ada Sashi dan driver ojek online, tetapi juga ada pikiran campur aduk setelah bersinggungan dengan cewek tadi. Kira-kira cewek itu siapanya Kanu? Apakah gebetan baru Kanu? Masa iya selera Kanu ternyata anak SMP?
Ah, paling cuma cinta bertepuk sebelah tangan. Mungkin cuma cewek itu yang naksir Kanu, buktinya dia sampai mau repot-repot nemuin Kanu di sekolah. Begitulah kesimpulan Sashi pada akhirnya usai bergelut dengan pikiran panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Tak Hingga
Teen Fiction"Jika manusia adalah bilangan, bilangan apa yang menggambarkan sosok Kanu Aji Samudra menurut lo?" "Negatif satu." "Kenapa negatif?" "Karena saya punya kekurangan." "Sekarang gue kasih lo PR. Cari cara untuk meningkatkan nilai dari bilangan itu. Lo...