18. D & K

18 4 6
                                    

Kalo udah yakin melakukan yang terbaik, ya berharapnya juga yang terbaik, dong. Jangan malah pesimis duluan.
—S. Gustala

—∞—∞—∞—
18. D & K
—∞—∞—∞—

Tidak disangka-sangka, hujan kali ini cukup awet. Hal itu mesti membuat Dava dan Kanu tertahan di rumah Sashi. Tepatnya, mereka ditahan oleh mama Sashi yang merasa sangat berterima kasih karena sudah mengantarkan putrinya pulang dengan selamat.

Kini wanita paruh baya itu sedang sibuk menyiapkan teh hangat untuk Dava dan Kanu, sementara Sashi pamit ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian.

Meninggalkan Dava dan Kanu berdua sebetulnya bukan ide yang bagus. Terbukti, dua cowok itu kini saling melempar tatapan tidak bersahabat, sampai akhirnya Dava kelepasan mendengkus kesal.

“Lo nggak mau bilang makasih karena udah gue anterin?” tanya Dava akhirnya.

Satu telapak tangan Kanu bergerak ke dekat mulut, mengatakan terima kasih lewat bahasa isyarat. Namun, Dava sama sekali tidak memahaminya.

“Lo ngomong apa?”

Kanu berdecak, setengah hati mengeluarkan notebook-nya demi menuliskan kata itu.

“Oh, sama-sama.” Dava manggut-manggut menerima ungkapan terima kasih Kanu. “By the way, lo juga dijauhin sama Sashi? Dia bilang apa?”

“Kamu dulu yang cerita,” kata Kanu lewat tulisan di notebook.

“Dih, perhitungan amat,” balas Dava tak suka. Namun, pada akhirnya dia tetap bercerita. “Sashi bilang dia lagi sibuk, jadi nggak bisa sering-sering ladenin gue di sekolah. Gue jadi heran, padahal kan kita nggak sering-sering amat papasan di sekolah. Seharusnya nggak seberat itu dong bagi dia buat at least ngobrol ringan sama gue pas ketemu. Kayak lagi megang beban negara aja dia.”

Kanu mengangguk sepakat, kemudian menulis, “Kayaknya memang lagi ada beban berat.”

“Dia juga kasih alasan begitu ke lo?”

Kanu kembali mengangguk meski sebetulnya bukan itu alasan Sashi menjauhinya. “Kamu ada ide tentang masalah yang lagi dihadapi Sashika?”

Dava menggeleng. Sejenak dia agak heran menyadari Kanu menyebut Sashi sebagai Sashika. Apakah itu semacam panggilan khusus atau bagaimana? “Kenapa lo manggil dia Sashika alih-alih Sashi?” Dava pun menanyakannya.

“Kebiasaan,” balas Kanu singkat. Cowok itu kembali move on ke pertanyaannya yang belum sempat terjawab. “Jadi, masalah apa yang menurut kamu lagi dihadapi sama dia?”

“Nggak tau, gue sama sekali nggak kepikiran. Dia tiba-tiba aja jadi aneh begitu.”

“Jangan-jangan karena pacar kamu itu.”

“Hah? Riri maksud lo?”

Kanu mengangguk, lalu melanjutkan lewat tulisan, “Dia kelihatannya nggak suka Sashika dekat sama kamu.”

“Iya sih, tapi emang apa urusannya sama lo? Ngapain juga Sashi sampe jauhin lo?”

Kanu diam meresapi ucapan Dava. Ada benarnya, sih. Kalau Riri memang masih suka sama Dava dan mau Sashi menjauhi Dava, kenapa Sashi harus bertindak sejauh ini sampai-sampai Kanu kena imbasnya?

Awalnya Kanu sepakat dengan dirinya sendiri untuk tidak lagi mengungkit hal ini karena tidak mau memercayainya, tetapi dia tiba-tiba teringat ucapan Sashi tempo hari. Apa betul Sashi punya rahasia besar yang jika terbongkar akan membuat Kanu sakit hati? Apakah rahasia itu berhubungan dengan dugaan Neo tempo hari? Namun, jika demikian, kenapa Dava juga ikut dijauhi oleh cewek itu?

Menuju Tak HinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang