❝Setelah semua yang saya lakukan ini, apa saya masih belum cukup memuaskan buat kamu? Apa kamu masih seenggan itu untuk bicara sama saya?❞
—K.A. Samudra—∞—∞—∞—
32. Pengakuan
—∞—∞—∞—“Mau es batu lagi.” Dava menyodorkan gelas belimbingnya pada Sashi yang berperan sebagai juru minuman mereka. “Yang kecil-kecil,” pesannya kemudian.
“Ini udah yang ketiga kali, Dav.” Sashi mendelik tidak suka pada Dava sambil mendorong gelas belimbing itu menjauh. “Lo kenapa hobi banget sih gigitin es batu? Entar gigi lo keropos baru tau rasa.”
“Ya nggak papa, bisa ditambal.”
Jawaban asal kena dari Dava membuat teman-temannya tertawa. Sashi mendengkus kesal, tetapi akhirnya meraih gelas belimbing itu dan berat hati mengisinya dengan es batu.
“Ini yang terakhir,” putus Sashi.
Dava menerima gelas berisi es batunya dengan raut ceria seperti baru mendapatkan segepok uang. Sementara itu, Kanu yang awalnya asyik mengunyah kuaci bersama Neo tersulut kesal melihat aksi Dava. Dava seperti sedang terang-terangan menggoda Sashi dan itu membuat Kanu tidak tahan untuk melemparinya dengan kulit kuaci.
Dava refleks berseru dengan mengabsen nama binatang yang suka menggonggong saat kepalanya tertimpuk. Kanu hanya mengedik santai, tidak meladeni Dava yang kini melotot tajam ke arahnya. Cowok jangkung itu kemudian bangkit, beralih posisi duduk berjongkok di belakang Sashi. Lantas, disodorkannya gelas belimbing yang kosong pada cewek itu.
Sashi hampir terlonjak kaget saat menyadari Kanu tiba-tiba sudah ada di belakangnya. Namun, dia segera menguasai diri dan mengisi gelas tersebut dengan es batu.
“Kok Kanu nggak diomelin juga, Shi?” Mauri yang duduk di sebelah Sashi bertanya rendah, tetapi itu lebih dari cukup untuk menarik minat yang lain sehingga kini semua perhatian tertuju pada Sashi dan Kanu. “Giginya kan juga bisa keropos kalo gigit es batu.”
“Jelaslah, gue kan spesial,” balas Dava seraya melempar senyum songong pada Kanu.
Sashi buru-buru meluruskan, “Gue pikir dia bukan mau gigit es batunya. Itu kan kebiasaan aneh.”
“Kata siapa?” Neo yang sejak tadi anteng mengunyah kuaci ikut serta ke percakapan. “Kanu hobi gigitin es batu.”
Sebetulnya tidak demikian. Kanu tidak suka menggigiti es batu seperti yang dibilang Neo. Namun, berhubung dia memang berencana menggigitnya untuk menarik perhatian Sashi, jadi dibiarkannya celetukan Neo itu.
“Nah loh, kayaknya Kanu juga perlu diomelin,” sahut Bila, seperti sengaja betul membuat suasana menyudutkan Sashi dan Kanu semakin meriah. Fabio dan Windy hanya tertawa, menjadi tim hore.
Sashi mendesah panjang tanpa suara. Seharusnya dia terbiasa dengan situasi semacam ini, saat teman-temannya memojokkannya dan Kanu. Akan tetapi, Sashi tidak mau membiarkannya kali ini. Oleh karena itu, dia mengempaskan gelas belimbing ke atas permukaan, menatap kesal teman-temannya. “Kalian bisa berhenti nggak ceng-cengin gue sama Kanu? Gue sama dia itu nggak ada apa-apa, sama kayak gue ke kalian semua. We’re just friends, that’s all!”
“Shi, you know ... lo seharusnya nggak semarah ini,” ucap Mauri hati-hati. “Kita cuma bercanda.”
“Iya, gue tau kalian bercanda, tapi bisa nggak dihentiin? Atau minimal dikurangin. Lama-lama gue capek dengernya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Tak Hingga
Teen Fiction"Jika manusia adalah bilangan, bilangan apa yang menggambarkan sosok Kanu Aji Samudra menurut lo?" "Negatif satu." "Kenapa negatif?" "Karena saya punya kekurangan." "Sekarang gue kasih lo PR. Cari cara untuk meningkatkan nilai dari bilangan itu. Lo...