❝Selama saya percaya sama dia dan dia nggak mengakui hal itu, saya nggak peduli apa kata orang lain.❞
—K.A. Samudra—∞—∞—∞—
15. Kecurigaan
—∞—∞—∞—Jam baru menunjukkan pukul 05.40 saat Fabio tiba di lokal Ligaradio. Dia menjadi orang kedua yang datang lebih awal hari ini. Di dalam ruang utama Ligaradio, sudah ada Putri yang tampak sibuk memilah-milih surat untuk disiarkan pagi ini. Ada sekitar sepuluh surat di atas meja dan siswi itu sedang membaca satu per satu.
Sebetulnya Ligaradio tidak memiliki jadwal siaran pagi yang tetap. Kadang satu kali dalam sepekan, kadang juga tidak sama sekali. Mereka hanya melakukan siaran pagi saat betul-betul siap. Kalau tidak siap, biasanya mereka hanya memutar ulang rekaman siaran yang ada atau sekadar memutar lagu untuk menemani sampai bel masuk tiba.
Semalam Fabio telah menginfokan di grup chat ekskul untuk menganjurkan semua anggota datang lebih awal hari ini. Mereka akan melakukan siaran pagi karena ada request khusus dari tim basket untuk menyiarkan kabar mengenai kemenangan tim mereka melawan SMA Putra Bangsa.
“Fab, coba lihat ini, deh.”
Panggilan dari Putri menarik atensi Fabio yang semula sibuk mengetikkan sesuatu di ruang obrolan ekskul untuk meminta anak-anak segera datang. Setelah menyelesaikan pesan teksnya, cowok itu mendekati Putri dan ikut duduk di bangku kosong.
“Ini, surat buat Sashi.” Putri menyerahkan selembar kertas berwarna gradasi ungu seukuran A5 pada Fabio. Kertas itu bertuliskan sesuatu yang sukses membuat siapa pun pembacanya mengernyit tidak percaya.
“Ini beneran?” Fabio bertanya sangsi usai membaca isinya.
Putri mengangkat bahu tanda tak tahu. “Itu anonim, sih. Kemungkinan cuma hoax,” kata cewek itu menyuarakan kecurigaannya. “Mau disiarin nggak?”
Fabio menggeleng. “Nggak. Ngaco banget ini surat. Pasti dari hater-nya Sashi,” balasnya cepat, kemudian melipat surat itu dan menyimpannya ke dalam saku baju. “Suratnya biar gue yang pegang. Jangan sampe anak-anak lain, terutama Sashi, tahu soal ini ya, Put.”
Putri mengangguk. Surat itu bisa membawa bencana bagi Sashi dan ekskul mereka jika disiarkan.
—∞—∞—∞—
Dava
Today, 9.08 PM| Shi, istirahat nanti bisa ngobrol sebentar?
| Sebentaaar aja, please
| Lo boleh bawa Mauri buat jaga-jaga kalo gue ngapa-ngapain loFine |
Kita ketemu di koridor ruang ekskul |Sashi menyimpan ponselnya usai membalas pesan Dava pada jam istirahat. Selepas berpamitan dengan teman-temannya dan meminta mereka pergi lebih dulu ke kantin, Sashi akhirnya meninggalkan kelas dan menuju koridor yang dikhususkan untuk ruangan ekskul. Koridor ini sepi, jadi dia tidak perlu takut obrolannya dengan Dava didengar. Sebetulnya tidak masalah sih orang mau dengar atau tidak, tetapi Sashi hanya malas menerima gosip-gosip lain seputar dirinya dan Dava.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Tak Hingga
Teen Fiction"Jika manusia adalah bilangan, bilangan apa yang menggambarkan sosok Kanu Aji Samudra menurut lo?" "Negatif satu." "Kenapa negatif?" "Karena saya punya kekurangan." "Sekarang gue kasih lo PR. Cari cara untuk meningkatkan nilai dari bilangan itu. Lo...