31. Piknik

18 5 0
                                    

Selama lo menganggap gue sebagai teman, lo selalu berhak jadi teman gue. Lo berhak dapat kesempatan kedua.
—S. Nindyani

—∞—∞—∞—
31. Penjelasan
—∞—∞—∞—

Sashika Nindyani adalah siswi pertama di sekolah ini yang mau menerima Kanu. Sampai saat ini, terhitung sudah ada enam siswi yang mencoba mendekati Kanu, tetapi keenamnya mundur dengan sopan saat mengetahui kondisinya. Kanu terbiasa ditolak seperti itu. Namun, saat Sashi yang menolaknya, entah kenapa dia tidak pernah terbiasa. Sashi telah menjadi pengecualian dalam hidupnya entah sejak kapan—mungkin sejak pertama cewek itu mempergaulinya.

Sudah tiga hari ini Sashi menolak—tepatnya menghindar dari—bicara dengan Kanu. Awalnya Kanu pikir itu karena Sashi sedang tidak ingin diganggu, jadi dia berusaha maklum. Namun, ternyata Sashi tidak berlaku demikian ke orang lain, termasuk Dava dan Neo. Hal itu membuat Kanu dongkol. Ternyata hanya dia yang ditolak oleh Sashi.

Kanu sudah berpikir mengenai hal ini semalaman. Apakah ada yang salah dengan dirinya? Apakah Sashi bosan berteman dengannya? Apakah Sashi menolaknya untuk selama-lamanya?

Jujur, Kanu sangat takut dengan pikirannya sendiri. Dia takut semua pertanyaan itu berujung pada satu jawaban: iya. Iya, ada yang salah dengan dirinya. Iya, Sashi bosan berteman dengannya. Iya, Sashi menolaknya untuk selama-lamanya.

Maka dari itu, saat Dava menawarkan untuk ikut dalam agenda piknik di taman hari Minggu nanti bersama Sashi, Mauri, dan Bila, Kanu setuju tanpa pikir panjang. Sebetulnya agenda itu direncanakan sebagai kedok untuk mempertemukan Sashi dan Windy, jadi semuanya (kecuali Sashi dan Windy) diminta untuk koperatif dalam agenda tersebut. Namun, tentu saja Kanu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Dia akan mencari celah untuk bisa bicara dengan Sashi dan meminta penjelasan yang seharusnya dia terima.

Pada hari yang diagendakan, Dava menjemput Kanu dan Neo untuk menuju lokasi piknik bersama. Mereka tiba lebih awal dibanding yang lain. Lima belas menit kemudian, menyusul kedatangan Sashi, Mauri, dan Bila yang diantar oleh Sean. Sashi agak kaget saat melihat Kanu juga ada di sini (sebab Mauri dan Bila bilang hanya mereka bertiga yang piknik), tetapi dia mencoba bersikap biasa saja. 

“Kalo panas atau hujan lo yang tanggung jawab.” Dava berujar demikian sambil menukik Kanu penuh ancaman. “Gue kan udah bilang buat duduk di gazebo, masih dekat juga dari danau.”

Kanu yang sibuk menata barang bawaan di alas kain yang terbentang di atas permukaan rerumputan membalas itu dengan tenang lewat bahasa isyarat yang kemudian diterjemahkan oleh Neo. Katanya, hanya orang cemen yang liburan tetapi takut terkena panas atau hujan. Dava tentu saja marah, tetapi dia bingung harus marah pada Kanu atau Neo—yang menerjemahkan ucapan Kanu dengan nada menyindir. Pada akhirnya, cowok bongsor itu hanya bersungut-sungut kesal sambil berjalan ke arah Sashi. Aksinya itu praktis menyulut atensi Kanu.

Sashi yang sedang duduk beralaskan ranting pohon runtuh merogoh backpack-nya saat Dava mendekat. Lalu, disodorkannya sebotol sunscreen wajah pada cowok itu. Sambil tersenyum geli, dia berkata, “Sunscreen yang waktu itu udah habis?”

“Udah habis itu mah. Udah lama pula lo ngasihnya,” balas Dava seraya sibuk memoles sediaan gel warna putih itu ke wajah dan lehernya.

“Kenapa nggak beli lagi?”

“Mau temenin emang?”

Pertanyaan Dava tidak tersahuti saat Kanu tiba-tiba mengambil alih sunscreen dari tangannya. Dava melotot tidak terima, nyaris berniat memukul tangan Kanu yang seenaknya merampas sunscreen darinya, tetapi tidak terwujud saat Mauri memanggilnya untuk meminta bantuan menata barang bawaan mereka. Ternyata Kanu meninggalkan pekerjaan itu demi menghampiri Sashi.

Menuju Tak HinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang