❝Dih, ngeselin amat bocil.❞
—N. Wirajaya—∞—∞—∞—
28. Restoran
—∞—∞—∞—“Heh, penyusup!”
Seruan itu membuat Aira sejenak menegang sebelum akhirnya menoleh. Pikirnya itu adalah salah seorang panitia yang menyadari keberadaannya sebagai orang luar. Walaupun Aira memiliki undangan, tetap saja gadis kecil ini agak waswas karena sejak memasuki sekolah ini dia belum menemukan satu pun orang yang dikenalnya.
Yah, kecuali Neo dan Sashi di atas panggung tadi. Dan tepat beberapa detik lalu, Neo menghampirinya dengan seruan seperti menangkap basah seorang maling.
Aira mendengkus kesal menerima kehadiran cowok berkacamata itu. “Apa sih, Kak? Aku bukan penyusup. Aku ada undangannya.”
“Siapa yang kasih?” tanya Neo, mengambil duduk di bangku kosong sebelah Aira.
Acara dies natalis resmi berakhir beberapa menit lalu. Neo sejak di panggung tadi sudah menyadari kehadiran Aira, tetapi dia tidak bisa langsung menemui cewek itu karena selepas acara ada sesi foto bersama panitia dan orang-orang penting lainnya.
“Kak Dava,” sahut Aira santai.
Jawaban itu kontan membuat punggung Neo yang semula bersandar jadi menegak. “Kok bisa? Lo ada urusan apa sama dia?”
“Emangnya Kak Kanu belum cerita? Hari Sabtu kemarin kami double date. Aku sama Kak Kanu, Kak Sashi sama Kak Dava.” Aira menjelaskan tanpa keberatan. Namun, selanjutnya cewek itu menyadari sesuatu dan segera meralat, “Atau kebalik kali ya. Aku dan Kak Dava, Kak Kanu dan Kak Sashi.”
“Gimana ceritanya lo nge-date sama Dava?!” Mendadak suara Neo terdengar tidak santai. Dia memang tidak tahu-menahu soal ini. Malam itu, sepulang dari movie date, Kanu hanya cerita bahwa dia bertemu Sashi dan cewek itu meluruskan kesalahpahaman antara mereka. Hanya itu. Kanu tidak menyinggung soal Dava.
Aira mengedikkan bahu kasual. “Panjang ceritanya, Kak. Nanti tanya sama Kak Kanu aja. Aku ke sini bukan buat ngobrol sama Kak Neo, ih.”
Dahi Neo mengerut bingung. “Terus lo ke sini buat apa?”
“Apa aja, asal bukan ketemu Kak Neo.”
“Dih, ngeselin amat bocil.” Neo mendelik kesal yang dibalas Aira dengan pelototan tajam. Cowok itu hanya mendengkus geli sebagai balasan. “Jangan dekat-dekat sama Dava,” ujarnya kemudian.
“Kenapa?”
“Dia buaya darat.”
“Nggak boleh nyebar hoax, Kak,” tegur Aira.
“Ini fakta. Tanya aja sama kakak lo kalo nggak percaya.”
“Udahlah, paling bener Kak Neo naik ke panggung lagi aja. Tadi berwibawa banget, loh. Sekarang turun panggung malah jadi tukang gosip begini.”
“Heh, sembarangan lo!” sergah Neo tidak terima.
“Masih aja pake lo-gue sama aku,” balas Aira tak suka. “Aku nggak mau ngomong sama Kak Neo, ah. Males. Membawa pengaruh buruk.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Tak Hingga
Teen Fiction"Jika manusia adalah bilangan, bilangan apa yang menggambarkan sosok Kanu Aji Samudra menurut lo?" "Negatif satu." "Kenapa negatif?" "Karena saya punya kekurangan." "Sekarang gue kasih lo PR. Cari cara untuk meningkatkan nilai dari bilangan itu. Lo...