TIGA

104 14 4
                                    

Dia tidak pernah ku miliki, namun kehilangannya ternyata sesakit ini.

*****

   Setelah rangkaian acara selesai, Qila segera pamit untuk pulang dengan alasan ada kepentingan yang harus ia urus. Tapi ia juga tidak sepenuhnya berbohong, ia benar-benar harus mengurus sebuah kepentingan. Ya, kepentingan hati lebih tepatnya.

   Mungkin jika hari itu Zean tidak mengatakan apa-apa kepadanya, rasa sakit ini tak begitu dalam karena harapan itu tak semakin besar. Namun semua sudah terjadi, Zean sudah dimiliki oleh orang lain. Dia tidak berhak mengambilnya karena ia tak pernah memiliki.

"Jika namamu tak bisa bersanding denganku di buku nikah, apa boleh aku meminjam namamu untuk nama anakku?. Ataukah hanya sekedar menuliskan tentangmu di buku kecil ini?" Qila berbicara di dalam hatinya. Ia ingin menceritakan tentang Zean di buku kecil ini. Jika tak bisa memiliki raga setidaknya masih ada kenangan yang bisa ia baca.

"Hei Qila, sadar. Jangan sekali-kali kamu berani menuliskan nama Zean di bukumu, meski hanya satu." Qila menyadarkan dirinya, akan sangat rumit nantinya jika ia berani menuliskan nama Zean di buku diary nya.

     Pernah dengar pepatah "sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga", jika dipikir saat ini mungkin mustahil, tapi siapa yang tahu nanti? Mungkin saja Najwa membaca diary nya. Jika bukan sekarang mungkin esok, atau bahkan beberapa minggu, bulan atau tahun.

    Biarkan nama itu, kenangan itu, ia simpan rapat-rapat di dalam hatinya sendiri. Hingga tak ada seorang pun yang tahu tentang dirinya selain Allah.

"Dia tidak pernah ku miliki, namun kehilangannya ternyata sesakit ini." Lirihnya.

"Ya Allah, hamba yakin ada alasan dibalik rencanamu ini. Tapi, hamba mohon berikan hamba-Mu yang lemah ini kekuatan agar bisa menghadapi takdir-Mu ini ya Allah." Hanya kepada Allah lah Qila mengadu, hanya kepada-Nya lah Qila memohon. Hati Qila yang lembut ini sudah rapuh, dan hanya dengan mengadukan semuanya kepada Allah ia bisa tenang.

"Yakin, pasti ada kejutan istimewa yang menunggu ku disana." Qila terus berpositif thinking dan menyemangati dirinya sendiri.

********

     Di lain sisi, Zean sedang gusar dan tak tenang setelah perbincangannya dengan Qila tadi. Bagaimana ia bisa melupakan gadis itu? Sedangkan rasa sukanya pun masih baru saja di mulai.

"Ini konyol, aku diharuskan mengakhiri sebelum memulai. Permainan macam apa ini." Zean terus saja berbicara sendiri sejak tadi.

"Dan apa yang dia bilang tadi? Belajar mencintai Najwa? Aku rasa itu tidak mungkin terjadi." Sambungnya.

"Ahhhhh" Zean mengacak-acak rambutnya frustasi, Zean merasa bahwa ia termasuk cowok pecundang urutan paling atas. Bagaimana ia bisa menyakiti hati perempuan yang ia cintai? Dan bahkan menikahi sahabatnya sendiri.

"Zean" panggilan dengan nada lembut terdengar di telinga Zean, membuat ia menolehkan pandangannya. Ia mendapati bundanya yang berdiri dengan tatapan sayu melihat keadaan putranya yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Zean" panggilnya lagi.

"Iya Bunda, ada apa?" Zean bertanya sambil menghampiri bunda yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang