TIGA PULUH SATU

30 5 3
                                    

"Assalamu'alaikum." Najwa mendongakkan pandangannya ketika ada seseorang yang mengucapkan salam padanya. Bibirnya terangkat ke atas ketika menyadari siapa yang berada didepannya. "Wa'alaikumussalam, duduk" Jawab Najwa.

"Mau pesen apa?" Tanya Najwa dan dijawab gelengan dari orang di depannya. "Gak usah, aku gak bisa lama-lama." Kata gadis itu.

"Oh yaudah, jadi gimana sama mas Zean? Ada yang mencurigakan?" Tanya Najwa to the point pada gadis didepannya yang tak lain adalah Kirana.

"Selama dua minggu lebih aku bekerja sama Zean, belum ada yang mencurigakan. Sama seperti orang lainnya, keluar saat jam makan siang." Jelas Kirana.

Najwa terus mengaduk minumannya dan menghela nafas, "ya sudah, terimakasih ya Kirana kamu sudah mau bantu aku." Katanya.

"Gak papa, aku seneng kok bantuin kamu. Memangnya selama dua minggu terakhir ini masih ada yang ngirim foto-foto lagi?"

"Cuma sekali, foto Zean berpelukan sama wanita." Najwa berucap dengan lesu, sebenarnya ia ingin percaya sepenuhnya pada Zean tapi foto-foto yang ia terima seolah mengatakan bahwa ia harus mencari tahu.

Kirana kaget mendengar ucapan Najwa, "kamu tenang aja, aku yakin Zean gak mungkin selingkuhin kamu." Katanya mencoba menenangkan Najwa.

"Semoga ya." Kata Najwa mencoba memaksakan senyumannya.

"Ya udah, aku pergi dulu ya. Masih banyak pekerjaan di kantor. Assalamualaikum." Kirana berpamitan dan beranjak dari duduknya.

"Wa'alaikumussalam,"

Najwa merenung, ia tahu ia salah mencurigai suaminya sendiri. Tapi ia sendiri tak mampu menyangkal bahwa hatinya menolak untuk percaya.

"Dari sikap mas Zean, semua masih sama. Tapi, bagaimana dengan foto itu?" Gumamnya. "Dan__"

"Najwa." Ucapan Najwa terpotong ketika ada suara yang memanggil namanya, ia putar kepalanya ke beberapa arah. Dan mendapati seorang wanita berhijab tengah berdiri tak jauh darinya sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Tangannya ia angkat membalas lambaian itu, ditambah dengan senyuman yang sedikit ia paksakan.

"Assalamualaikum, Najwa." Salam Qila, ya wanita yang melambaikan tangan padanya tadi adalah Qila. Sahabat sekaligus wanita yang ia curigai memiliki hubungan dengan suaminya.

"Wa'alaikumussalam, Qila. Ngapain disini?" Najwa mencoba menormalkan nada bicaranya seperti biasa.

"Beli makan siang buat karyawan." Jawab Qila, Najwa membulatkan bibirnya membentuk huruf o. "Yaudah, duduk sini dulu. Masih dibuatin kan?" Qila mengangguk, dan segera menduduki bangku di depannya.

"Kamu makan siang disini? Sama Zean?" Qila membuka percakapan.

"Pertanyaan pertama yang kamu ucapkan tentang mas Zean. Apa ini??" Najwa segera menggelengkan kepalanya, sebelumnya ia biasa-biasa saja kalaupun pertanyaan seperti ini terlontar dari mulut Qila. Tapi kenapa sekarang tidak?. Enggak, ia tidak bisa menuduh tanpa bukti yang kuat.

"Wa, Najwa." Qila melambaikan tangannya di depan wajah Najwa karena wanita itu yang sedari tadi hanya diam.

"Eh, e-enggak kok. Mas Zean akhir-akhir ini sibuk di kantor." Jawabnya setelah ia sadar dari lamunannya.

"Pesanan atas nama kak Aqilea Rahma." Seorang pelayan restoran menyebut nama Qila, dapat ia pastikan pesanannya sudah siap. Qila mengangkat tangannya memberitahu pelayan bahwa ia mendengarnya.

"Najwa aku pergi dulu ya, Assalamualaikum." Pamitnya kepada Najwa sebelum beranjak dari tempatnya.

"Wa'alaikumussalam." Najwa menjawab salam Qila setelah gadis itu sudah beranjak cukup jauh darinya, "sama." Gumamnya.

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang