TIGA PULUH LIMA

20 8 17
                                    

Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB itu tandanya satu jam lagi Azzam dan keluarganya akan datang kembali ke kediaman Qila untuk menanyakan jawaban dari wanita itu.

Qila menatap dirinya di cermin, matanya sedikit menghitam karena kurang tidur. 2 hari belakangan ia sangat susah tidur karena memikirkan kejadian yang menimpanya. Mulai dari masalahnya dengan Najwa dan Zean sampai Azzam yang tiba-tiba datang melamarnya. Kepalanya sedikit pening memikirkan itu semua, bahkan makan pun ia tak selera. Ia hanya memakan beberapa sendok dalam sehari, itupun karena di paksa oleh Aisyah.

Qila mencoba menutup mata hitamnya dengan bedak, ia tak boleh terlihat menyedihkan di depan Azzam dan keluarganya. Bagaimanapun juga Azzam adalah seorang tamu, dan ia harus bisa menyambut dengan sebaik mungkin.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan Qila, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. "Apa keluarga kak Azzam datang lebih awal dari jam yang dijanjikan?." Pikirnya bertanya-tanya.

"Ini Ummi Qila." Aisyah bersuara dari luar pintu kamar karena Qila yang tak kunjung membukakan pintu.

"Nggak Qila kunci, Ummi. Masuk aja" Jawab Qila dari dalam, ia sedikit malas beranjak dari duduknya.

Aisyah membuka pintu kamar Qila, ia menunjukkan senyuman terbaiknya untuk Qila saat anak gadisnya itu menatap dirinya. "Sudah siap?" Tanya Aisyah, tangannya ia ulurkan mengelus surai hitam Qila.

"Kak Azzam dan keluarganya sudah datang?" Tanya Qila polos menatap Aisyah di depannya.

Aisyah kembali tersenyum, "belum sayang." Katanya lembut. "Gak sabar banget ya?" Aisyah menggoda Qila, berharap bisa menetralisir kegelisahan anaknya ini.

"Ihh Ummi," Qila mengerucutkan bibirnya, kenapa Umminya ini senang sekali menggodanya.

Aisyah terkekeh melihat pipi Qila yang bersemu merah, anaknya ini ternyata mudah sekali terbawa perasaan. "Gimana? Jawabannya udah siap?" Tanyanya kemudian.

Qila menganggukkan kepala sebagai jawaban, membuat Aisyah lagi dan lagi mengulas senyumnya. "Yakin dengan keputusan kamu?" Tanyanya lagi.

"Bismillah, Qila yakin." Jawab Qila dengan mantap. Meski sedikit ragu, apapun yang akan keluar dari mulutnya nanti ia yakin ini adalah takdir Allah yang diberikan untuknya.

"Qila, Azzam dan keluarganya sudah datang." Syabil tiba-tiba saja muncul di ambang pintu kamar Qila memberitahu kedatangan Azzam dan keluarganya.

"Ayok." Ajak Aisyah mengulurkan tangan mengajak Qila bangkit.

Syabil berjalan di depan diikuti oleh Qila dan Aisyah dibelakangnya, jantung Qila berdegup semakin kencang saat memasuki ruang tamu. Ditambah dengan tatapannya yang tak sengaja bertemu dengan Azzam, pria yang menanti jawabannya.

Qila duduk di sebelah kanan Fadlan, di sisi sampingnya ada Aisyah yang menggenggam erat tangannya seolah memberi saluran kekuatan untuknya.

"Sudah ada jawabannya, nak?" Bisik Fadlan bertanya, dan diangguki oleh Qila dengan pelan.

"Boleh langsung dimulai?" Tanya pria paruh baya di samping Azzam.

"Silahkan." Fadlan tersenyum mempersilahkan Abah dari Azzam untuk memulai.

"Jadi bagaimana nak Qila? Boleh kami tahu jawabannya?" Tanya Rozak menatap Qila dengan raut yang menunggu jawaban. Di sampingnya ada Azzam yang menundukkan kepalanya juga sedang menanti jawaban dari Qila. Jujur saja, tak jauh berbeda dengan Qila, jantung Azzam juga berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Bismillahirrahmanirrahim, dengan restu Allah dan juga Abi dan Ummi juga hasil dari istikharah saya 2 hari belakang, saya menerima lamaran dari Kak Azzam." Qila menjawab dengan satu tarikan nafas, ia menghela nafasnya lega setelah selesai berucap.

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang