SEPULUH

51 9 9
                                    

    Qila baru saja keluar dari kelasnya, pelajaran hari ini membuat otaknya mengebul. Ia sekarang berada di sebuah kafe dekat kampusnya, ia senang karena disini ia tidak sulit menemukan kafe dengan sajian halal.

"Oh iya, semalam Najwa telpon aku berkali-kali, ada apa ya kira-kira?"

"Telpon balik aja lah."

Qila menempelkan benda pipih itu ditelinganya, menunggu sambungan dari seberang sana.

"Haloo, Assalamualaikum" ucapnya sesaat setelah tersambung.

"Wa'alaikumussalam, sebenarnya lo anggep gue apaan sih Qil." Ucap Najwa diseberang sana.

"Ada apa sih? Kok langsung marah-marah "

Tak menjawab, Najwa justru mengalihkan sambungan telepon menjadi video call.

"Angkat" ucapnya.

Mendengar nada ketus dari Najwa, Qila segera mengangkat alihan telepon dari Najwa. Ia rasa suasana hati Najwa sedang tidak baik-baik saja. Apa Najwa sedang PMS?

"Sebenarnya lo anggep gue ini apa sih Qil?"

Najwa kembali mengulang pertanyaan yang belum Qila jawab.

"Sahabat"

"Yakin beneran sahabat? Atau cuma sandiwara aja?"

"Ngomong apa sih kamu Najwa. Coba dijelasin."

"Kamu?"

Najwa sedikit merasa aneh ketika Qila berbicara aku-kamu dengannya, padahal biasanya mereka selalu menggunakan kosakata lo gue.

"Aku merasa ucapan lo-gue udah gak cocok untuk aku, lagi pula enakan pakek aku-kamu daripada lo-gue."

"Terserah deh, tapi lo harus jelasin dulu kenapa lo gak ngasih tau gue kalau kuliah di Amerika. Lo bilang gue ini sahabat lo, tapi sahabat macam apa yang tidak memberitahu sahabatnya kalau mau pergi jauh?"

"Bukan maksud gak kasih tau kamu, tapikan kamu udah ada Zean, suami kamu. Kalau aku kasih tau kamu, pasti kamu mau ikut ke Bandara, sedangkan kamu dan Zean pasti memiliki kesibukan sendiri." Jelas Qila.

Sebenarnya bukan hanya itu alasan ia tidak memberi tau Najwa, ya tapi mana mungkin ia memberitahu Najwa kalau alasannya pergi ke Amerika hanya karena Zean yang notabenenya adalah suami Najwa.

"Apa susahnya ngasih tau sih, kalau emang Zean sibuk gue kan bisa datang sendiri."

"Eh tapi lo dulu bukannya pernah bilang gak mau kuliah di luar negeri ya? Kok tiba-tiba ke Amerika? Mana gak ngasih tau sahabatnya lagi."

Najwa terus saja mengungkit kenyataan bahwa Qila tidak memberitahunya. Ia sangat kecewa sama Qila.

"Qila ke luar negeri?"

Terdengar suara Zean dari seberang sana. Pasti Najwa sedang bersama Zean. Ya iyalah mereka suami istri pasti selalu sama-sama dari bangun tidur sampai tidur lagi.

"Kok kamu kayak terkejut gitu Qila ke luar negeri?" Tanya Najwa kepada Zean.

Sambungan telepon mereka belum terputus, membuat Qila mendengar apa saja yang sedang mereka bicarakan.

"Ya kaget aja, kamu kan temannya kok kayak diam-diam aja gitu pas Qila pergi."

"Apa kamu gak tau?"

"Emang Qila gak mau kasih tau aku, dia bilang gak enak karena aku udah punya suami. Takut ganggu katanya."

Qila menghela nafasnya berkali-kali, kenapa ia harus mendengar suara Zean kembali?. Rasa yang belum hilang ini akan semakin kuat.

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang