ENAM

63 12 3
                                    

Hari berlalu dengan cepat, tak terasa esok saatnya Qila berangkat ke Amerika. Sesungguhnya ia tak rela meninggalkan keluarganya disini, ia tak tahu bagaimana kehidupannya nanti di Amerika sendiri. Ia diharuskan mandiri disana, tak ada orang tempatnya bergantung nantinya. Tapi ini sudah menjadi keputusan Qila, ia harus dan yakin kalau ia bisa.

Karena esok hari keberangkatannya, banyak hal yang perlu ia siapkan untuk di bawa ke Amerika nantinya. Mulai dari kebutuhan pribadinya dan kebutuhan kuliahnya disana.

Kini Qila dan Syabil sedang berada di sebuah mall yang ada di Kediri. Ia akan membeli beberapa barang untuk memenuhi kebutuhannya selama di Amerika nanti. Sebenarnya ia ingin pergi sendiri, tapi Syabil kekeh ingin menemaninya.

"Qila ya?" Seorang gadis cantik dengan dress panjang disertai hijab yang menjulur menghampiri Qila.

"Eh iya, Kak Fazyra?" Tanya Qila,

Fazyra adalah kakak kelasnya selama di pondok pesantren, kakak kelas yang sering mendapat hukuman kakak kelas yang selalu merepotkannya ketika waktu sholat berjamaah telah tiba karena harus mencarinya.

"Iya, gimana kabar kamu? Masih nyari-nyari anak yang suka ngumpet pas jamaah gak?" Tanya Fazyra disertai dengan kekehannya.

"Baik Kak, seharusnya aku yang nanya. Kak Fazyra masih suka ngumpet-ngumpet gak?" Qila juga terkekeh, membalas candaan Fazyra.

"Enggak dong, kalau sekarang ngumpet gak ada yang nyari, semuanya sibuk ngurus diri masing-masing, kamu aja yang gabut suka nyariin orang ngumpet."

"Kak Fazyra masih benci sama aku?" Tanya Qila sedikit tak enak hati, pastinya Fazyra benci dengannya karena dulu dimanapun Fazyra bersembunyi ia pasti tahu dan membuat Fazyra tidak dapat bolos sholat jamaah.

"Enggaklah, kalau benci gak mungkin aku samperin kamu. Lagian aku tuh gak pernah benci sama kamu, cuma kesel aja. Kamu selalu gagalin rencana aku buat bolos. Haha"

"Sebenarnya aku tuh iri sama Kak Fazyra,"

Fazyra mengernyit, apa yang Qila irikan darinya. Qila selalu mendapat pujian dari ustadz dan ustadzah, selalu menjadi kepercayaan pengasuh juga. Sedangkan dirinya, tuduhan buruk dan hukuman menjadi makanan kesehariannya di pondok. Tak ada satupun ustadz atau ustadzah yang berpikir positif terhadapnya. Jadi apa yang di irikan Qila terhadapnya?.

"Aku iri sama Kak Fazyra, karena Kak Fazyra bisa enak-enakan bolos pas jam sholat jamaah, pengen banget ikut ngerasain. Tapi gak bisa karena pasti ustadz dan ustadzah bakalan marah besar, atau bahkan Pak Kyai. Kalau udah terbiasa kan palingan Ustadz dan Ustadzah udah bosan ngurus itu terus-terusan. Makanya, aku selalu nyari Kak Fazyra biar Kak Fazyra gak bisa enak-enakan." Qila menjawab kebingungan yang dinampakkan dari raut wajah Fazyra.

"Salah aku juga sih ngasih kesan baik pas awalan datang. Jadi harapan Ustadz dan Ustadzah lebih besar." Sambungnya.

"Oalah karena itu, ia kamu udah salah besar Qila. Seharusnya dulu pertama masuk kamu langsung berguru sama aku. Haha"

Perbincangan Qila dan Fazyra semakin lama semakin seru, hingga mereka berdua tak menyadari ada seseorang yang sudah berdiri di samping mereka berdua lumayan lama.

"Udah ngobrolnya? Seru banget kayaknya." Syabil bersuara saat ada jeda dari pembicaraan Qila dan Fazyra.

"Loh Kak Syabil kapan dateng? Udah dapet barangnya?"  Apa-apaan Qila, ia sudah berdiri disini sejak tadi, dan dengan entengnya ia bertanya kapan dateng?. Terus ia dianggap apa? Hantu?.

Syabil terlihat sangat dongkol dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Qila. Terbukti dengan kediamannya saat ini. Dan Qila pun menyadarinya,

"Eh Kak kenalin, ini Kak Fazyra kakak kelas aku di pesantren. Kak Fazyra ini Kak Syabil, kakak aku. Om sih lebih tepatnya." Qila memperkenalkan Syabil kepada Fazyra pun sebaliknya, untuk mengalihkan topik pertanyaannya kepada Syabil tadi.

Fazyra mengulurkan tangannya kedepan Syabil dan mengucapkan nama. Namun hanya dibalas dengan tatapan tak mengenakkan dari Syabil.

"Udah selesai kan? Pulang sekarang." Syabil berucap, namun bukan menjawab ucapan perkenalan dari Fazyra. Syabil berucap kepada Qila dengan tatapan dinginnya dan segera berjalan menjauh dari Fazyra dan Qila.

"Eh, maaf ya Kak, Kak Syabil emang cuek banget sama cewek. Maaf kalau sikapnya menyinggung hati Kak Fazyra." Qila tak enak hati akan perilaku Syabil terhadap kakak kelasnya itu, walaupun ia tahu selain karena sikapnya yang cuek pasti Syabil juga marah karena ia acuhkan tadi.

"Enggak papa kok Qila, itu mah wajar. Aku memaklumi. Yaudah buruan susulin Kakak kamu, gih"

Setelah mengucapkan salam, Qila segera menyusul kakaknya itu. Kalau Syabil menunggu lebih lama lagi pasti laki-laki itu akan semakin marah padanya. Tak bisa ia bayangkan wajah menyeramkan laki-laki itu ketika marah.

"Sumpah, ganteng banget om nya Qila. Boleh gue pepet nih." Fazyra berujar lirih, setelah kepergian Qila dari hadapannya.

*****

Malam ini, malam terakhir Qila berada di kamarnya, malam terakhir ia bisa tidur disini. Ia akan merindukan kamarnya ini. Kamar ini yang menjadi saksi perjuangan selama ini, saksi bagaimana awal mula cintanya kepada Zean muncul begitu saja. Dan ia pastikan, bukan kamar ini yang akan kembali menjadi saksi berakhirnya perasaan untuk Zean.

Waktu Qila di Amerika bukan waktu yang sebentar, ia akan menggali ilmu kurang lebih 4 tahun disana. Ia yakin, selama 4 tahun itu ia bisa melupakan dan menghilangkan Zean dari pikirannya.

Oh ya, Qila melupakan satu hal. Ia sama sekali belum memberitahu Najwa akan kepergiannya ke Amerika. Oleh karena itu, ia mengambil hp nya dan mencoba menghubungi Najwa. Namun, ia urungkan. Gadis cantik dengan piyama yang membalut tubuhnya itu berpikir akan lebih baik jika ia tidak memberitahu Najwa. Saat ini Najwa tak lagi sendiri, ia sudah memiliki suami, prioritas Najwa sudah harus teralihkan dari Najwa. Lagi pula ini udah cukup malam, ia tak mau mengganggu Najwa dan Zean.

Qila kembali memandangi langit dari balkon kamarnya. Bintang-bintang bertabur dengan indahnya menghiasi langit malam dan tak lupa ada bulan yang bersinar bulat penuh menambah keindahannya. Tanpa mereka, langit akan terlihat membosankan, hanya ada kegelapan tanpa sinar. Meskipun hanya ada satu bintang itu sangat berpengaruh dengan pemandangan langit ketika malam.

"Malam, hari ini terakhir kali aku bisa melihatmu dari balkon ini. Mungkin setelah 4 tahun lagi aku baru bisa kembali memandangi keindahanmu dari sini." Qila bergumam dengan sendu.

___________________________________________

Apa yang mau kalian katakan buat Qila?

Apa yang mau kalian katakan buat Najwa?

Apa yang mau kalian katakan buat Zean?

Apa yang mau kalian katakan buat Kak Syabil?

Kebiasaan buruk Fazyra jangan ditiru ya teman-teman.

Oh ya, biar gak ada kesalahpahaman  tentang Fazyra yang mengulurkan tangannya untuk Syabil, pasti kalian bertanya-tanya "kok lulusan pesantren mau bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahram?"

Teman-teman gak semuanya santri itu selalu menjauhi larangan Allah semuanya. Tapi, gak semua santri juga melanggar larangan Allah. Mereka dibekali ilmu dari pesantren, hanya saja ada yang menerapkannya dan ada yang tidak. Jadi, kalian gak boleh berpikir buruk kepada santri karena melihat keburukan satu santri karena gak semuanya begitu. Semuanya tetap tergantung pada diri masing-masing.

🌻 Sebaik-baiknya bacaan adalah Al Qur'an
🌻jangan lupa vote dan komen
🌻 Masih banyak typo yang bertebaran, jadi minta tolong untuk bantu tandain ya
🌻 Kritik dan sarannya di tunggu


                                                                           

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang