TIGA PULUH SEMBILAN

20 6 0
                                    

Najwa melajukan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi, bahkan ia tak menyadari bahwa lampu lalu lintas yang semula hijau kini sudah beralih warna menjadi merah.

Brakk

Kecelakaan pun tak dapat dihindari, sebuah mobil sport hitam melaju dengan kecepatan tinggi dari arah timur menabrak pemotor yang menerobos lalu lintas itu.

Tubuh Najwa terpental ke tepi aspal, sekitar 5 meter dari motornya berada. Pandangan Najwa mengabur, "Qila, maaf." Gumamnya sebelum ia tak sadarkan diri.

Semua orang mengerumuni pengendara motor yang baru saja kecelakaan, tidak ada yang berani memindahkan korban. Mereka hanya menunggu ambulans datang untuk memberikan penanganan medis, juga polisi lalu lintas.

"Korban melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menerobos lampu merah,  dibarengi dengan sebuah mobil sport dari arah timur melaju juga dengan kecepatan tinggi. Membuat kecelakaan tak terelakkan. Korban hanya satu yaitu pengguna motor itu, dan pengendara mobil telah melarikan diri." Jelas seorang pengendara motor yang melihat dengan persis bagaimana kecelakaan barusan terjadi.

******************

Mata Zean memicing kala melihat sebuah motor yang ia kenali, motor yang sama yang digunakan istrinya-Najwa. Ia segera berlari membelah kerumunan, memastikan bahwa korban kecelakaan bukanlah istrinya.

Zean tak lagi mampu berpikir positif kala melihat seorang wanita tergeletak di depannya dengan tubuh yang di tutupi koran. Pandangannya teralihkan kepada sebuah cincin yang dipakai di tangan korban, cincin dengan motif yang sama seperti yang ia pakai.

"Enggak, ini pasti bukan Najwa." Batinnya berteriak.

Berjongkok, dengan perlahan Zean mengulurkan tangannya hendak membuka koran yang menutupi wajah korban itu.

"Kamu mau ngapain?" Seorang pria bertubuh gempal mencekal tangan Zean yang hendak membuka koran penutup.

Zean menolehkan pandangannya menatap pria yang mencekal tangannya. "Saya mau memastikan, korban ini bukan istri saya." Jawab Zean seadanya.

Pria tadi menarik kembali tangannya membiarkan Zean membuka penutup itu.

Airmata Zean luruh bersamaan wajah korban kecelakaan yang terpampang di depannya. Seorang wanita yang sangat ia rindui, wanita yang menjauhinya beberapa hari terakhir. Saat kali pertamanya bertemu, ia harus disuguhi dengan kejadian yang luar biasa menyakitkan.

"NAJWA!" Teriaknya kemudian, dengan cepat Zean mengambil tangan Najwa. Berharap masih ada denyut nadi yang dapat ia rasakan. Namun nihil, ia tidak merasakan denyutan nadi di tangan kanan Najwa. Tak menyerah, Zean memindahkan tangannya pada leher Najwa. Dan ya, ia merasakan denyut nadi Najwa. Meskipun denyut itu pelan.

"Tolong bawa istri saya ke rumah sakit." Pintanya pada beberapa orang yang mengelilinginya.

"Maaf Mas, ambulance dan polisi akan segera datang." Jelas seorang pengendara lain.

"Najwa, kamu bertahan ya." Gumamnya, ia genggam tangan istrinya sembari menunggu ambulance datang.

*****************

Setelah menyimpan barang-barangnya di dalam rumah, Qila memilih untuk berjalan-jalan keliling desa. Ia pikir, mungkin dengan memandang pepohonan juga tumbuhan-tumbuhan asri disini dapat menenangkan pikirannya sejenak. Di tambah tak adanya polisi di tempat ini yang tak mungkin mengganggu aktifitasnya berjalan menelusuri desa.

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang