TIGA PULUH DELAPAN

22 5 1
                                    

Najwa segera membuka surat itu, berharap ia bisa mendapatkan petunjuk tentang keberadaan Qila seperti apa yang Syabil katakan tadi.

Dear Najwa

Jika kamu membaca surat ini aku hanya ingin mengatakan maaf dan maaf.

Maaf atas kekacauan yang aku buat, maaf karena kehadiranku mendatangkan masalah dalam kehidupan kamu. Aku memilih pergi Najwa. Aku akan pergi jauh, sejauh yang aku bisa.

Semoga dengan ketidakhadiran ku diantara kalian bisa memperbaiki hubungan kamu dan Zean. Semoga kamu bisa memaafkan aku dan bahagia bersama Zean lagi.

Jujur aku tidak pernah sekalipun ada niat untuk menghancurkan pernikahan kalian.

Kamu sahabat terbaikku Najwa, kemarin, sekarang dan selamanya. Bahagia mu akan menjadi bahagia ku juga, termasuk dengan merelakan Zean untuk kamu.

Takdir Zean adalah kamu, Najwa. Bukan aku, berbahagialah dengannya. Aku akan menyembuhkan luka ku sendiri, aku akan pergi ke tempat yang mungkin disana aku bisa mendapatkan penawarnya.

Aku harap setelah ini kamu bisa bahagia bersama Zean, jangan menyerah dan mengakhiri pernikahan hanya karena masalah ini. Masalah yang hanya sebuah kesalahpahaman. Ingatlah Aina, dia masih membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya. Masalah itu datang karena aku, dan sekarang aku sudah memilih menjauh dari kalian. Tidak ada lagi alasan untuk kamu dan Zean berpisahkan?. Jadi jangan berpisah.

Kisahku dan Zean sudah berakhir sejak akad nikah itu terucap. Kamu tak perlu lagi khawatir, tidak ada yang ingin merebut Zean dari kamu. Sejak awal Zean adalah milikmu, dan akan tetap menjadi milikmu.

Aku harap persahabatan kita tidak putus karena hal ini. Aku sangat menyayangimu seperti saudaraku sendiri Najwa. Aku selalu berharap kamu bahagia dan terus bahagia.

Maaf dan terimakasih.

From Qila.

Najwa mengusap airmatanya pelan, airmata yang sedari tadi jatuh kini semakin deras. Ia menyesal pernah berpikiran buruk terhadap Qila. Ia menyesal pernah mencaci maki gadis itu.

"Maafin aku Qila." Gumamnya pelan disertai derai airmata yang tak mau berhenti.

"Kak Syabil bilang Qila pergi belum lama, Qila pasti belum jauh dari sini. Aku harus mencarinya." Najwa melipat kembali kertas surat Qila dan memasukkannya ke dalam saku bajunya. Ia berjalan cepat menghampiri motornya, seperti apa yang dikatakannya ia akan mencari Qila. Dimanapun gadis itu berada, ia harus menemukannya.

Najwa menarik pedal gas motonya cepat, melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera menemukan Qila.

******************

Qila mengembangkan senyumnya kala melihat sebuah bangunan sederhana tapi indah karena keasriannya yang masih terjaga. Saat ini Qila berada di sebuah desa dimana ibunya berasal. Dan rumah yang sekarang ia kunjungi ini adalah rumah ibunya dulu. Meski sudah lama tak dihuni, karena nenek dan kakeknya yang sudah meninggal sejak lebih dari 10 tahun yang lalu rumah ini masih terjaga keindahannya. Sebab Aisyah dan Fadlan selalu menyewa tukang kebun untuk membersihkannya. Dan juga ada yang tinggal di rumah ini setiap 3 hari dalam sepekan. Tujuannya, agar ketika ada sanak saudara yang ingin berkunjung mereka masih memiliki tempat. Jadi, tidak bingung mencari kontrakan atau vila. Seperti halnya dengan Qila, ia bisa langsung menempati tempat ini dan tidak perlu untuk berkeliling mencari sebuah kontrakan, di desa ini tidak ada vila sama sekali.

Qila memasuki rumah setelah ia sambungkan kunci pada gembok yang ada di gagang pintu,

Salam

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang