TIGA BELAS

44 7 8
                                    

Najwa dan Zean akan pergi ke sebuah supermarket yang ada di Kediri, mereka akan berbelanja bulanan hari ini.

Zean yang kini sudah siap dengan pakaian casualnya sedang menunggu Najwa di teras rumah. Kebiasaan seorang perempuan jika berdandan pasti membutuhkan banyak waktu.

Tak berselang lama, Najwa keluar dengan pakaian santainya, terlihat simpel tapi juga menarik.

"Ayo mas" ucapnya setelah menghadap Zean yang duduk di depan rumah mereka.

Perjalanan dari rumah mereka menuju super market membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.

Setelah sampai, Zean dan Najwa segera masuk dan berbelanja apa saja yang mereka inginkan. Najwa berjalan di depan diikuti Zean yang sedang membawakan troli belanja.

"Najwa ya?" Tanya seseorang dari arah samping Najwa.

"Loh, Fadilla?"

Fadilla adalah teman Najwa dan Qila di pesantren, mungkin Zean juga mengenalnya.

Fadilla termasuk salah satu santri yang terkenal dengan kenakalannya di pesantren, tidak begitu sering tapi semua orang sudah tau betul bagaimana kejahilan seorang Fadilla di pesantren.

Meski begitu, Fadilla termasuk teman yang mempunyai solidaritas yang tinggi. Dengan sifatnya yang suka berbaur, ia mendapatkan banyak teman. Namun tak sedikit juga musuhnya.

"Ngapain disini? Katanya setelah lulus mau kuliah ke Jakarta?" Tanya Najwa.

"Gak jadi, enak disini. Tenang dengan kesendirian." Jawab Fadilla dengan gurauannya.

"Ehm" Zean berdehem ketika 2 orang wanita didepannya ini asik berbincang seolah-olah ia tak ada.

"Eh Zean." Ucap Fadilla.

Kalian pasti tau apa alasan Fadilla juga mengenal Zean.

"Sorry ya Wa, gak dateng ke pernikahan lo waktu itu." Fadilla berucap dengan rasa bersalah.

"Gak papa kok, lo gak hadir juga pernikahannya tetep berlanjut. Hahaa" Najwa sengaja bergurau, ia tau Fadilla pasti memiliki urusan lain sehingga ia tidak bisa hadir. Lagi pula acaranya juga mendadak.

"Lo sama kayak pengurus pondok nih, ketempelan jangan-jangan"

Zean menghela nafasnya kembali, jika 2 orang wanita sudah saling bertemu dan berbincang, maka tidak hal apapun yang bisa menghentikan mereka.

Zean memilih memainkan hpnya, mana mungkin ia menimbrung percayakan dua kaum hawa didepannya ini.

Drett...drett

Hp Zean berbunyi sesaat setelah ia membukanya, telepon dari sekretarisnya di kantor.

"Wa, aku angkat telepon dulu ya." Pamit Zean kepada Najwa.

"Eh, iya-iya"

"Oh iya, kok lo bisa sih nikah sama Zean? Mendadak lagi." Fadilla kembali bersuara saat Zean sudah berjalan jauh dari mereka.

"Dijodohin" ucap Najwa.

Fadilla manggut-manggut mendengar jawaban dari Najwa, pantas saja mereka segera menikah. Dijodohin rupanya.

"Tau gak, sebenernya gue pernah suka sama Zean sampek-sampek gue pernah pengen ngelamar dia lebih dulu." Ucap Fadilla sambil terkekeh di akhir kalimat.

"Emang iya?"

"Iya, lo taukan gimana aura Zean. Ganteng banget, cewek mana coba yang gak suka sama Zean. Kalau Zean mau nikah lagi, gue juga mau jadi istri kedua."

"Enggak ah, kalo sama lo gak gue izinin Zean nikah lagi. Nanti lo gak bolehin Zean ketemu istri pertamanya lagi." Najwa membalas dengan candaannya.

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang