DELAPAN BELAS

42 10 2
                                    

Qila janjian dengan Azzam jam 07.30 di taman kampus. Dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 tapi Azzam tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Qila semakin cemas menunggu kehadiran Azzam, 08.20 kelasnya dimulai bagaimana jika Azzam tak kunjung datang sebelumnya.

Waktu terus berjalan, raut wajah Qila semakin menunjukkan kebingungannya. Apa yang harus ia lakukan? Menunggu Azzam dan terlambat memasuki kelasnya atau masuk kelas dengan tepat waktu dan Azzam harus menunggunya kurang lebih 2 jam.

08.10

"Aku gak mungkin terlambat masuk kelas, mendingan aku kirim pesan buat Kak Azzam untuk atur kembali waktunya." Kata Qila dan mengetikkan pesan sambil berjalan menuju kelasnya.

Sesaat setelah Qila pergi, Azzam datang dengan kondisi terengah-engah. Nampaknya ia berlari untuk sampai di taman kampus.

Tapi sayangnya orang yang ingin ia temui tak nampak batang hidungnya disana.

Azzam mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celana. Membukanya hingga ia menyadari ada pesan dari Qila yang belum ia baca.

Qila
Assalamualaikum
Kak Azzam, maaf aku akan ada kelas. Udah gak bisa nunggu lebih lama lagi. Kak Azzam atur ulang waktunya atau kasih tau aja kemana aku harus kembaliin buku ini.
Wassalamu'alaikum

"Qila pasti menunggu lama disini, kasian dia." Gumam Azzam.

Azzam telat bukan karena ia sengaja, tadi setelah kelas ia dimintai bantuan oleh seorang dosen. Dan permintaan itu di iyakan oleh Azzam tanpa tau berapa lama waktu yang Azzam butuhkan untuk membantu dosen itu.

Dengan cepat Azzam mengetikkan sebuah balasan untuk Qila.

Wa'alaikumussalam
Tak apa Qila, saya yang salah karena membuat kamu menunggu lama.
Maafkan saya
Kabari saya kalau kelas kamu sudah selesai

"Heyy" teriak seseorang pria mengagetkan Azzam yang nampak sedikit melamun menatap ponselnya.

"Hayyo chatting sama siapa?" Katanya kembali.

"Astagfirullah, Ben. Kamu buat saya terkejut." Ya, pria yang mengkagetkan Azzam barusan adalah Ben.

"Qi__la, kamu beneran suka sama dia?" Tanya Ben setelah mengintip sedikit ponsel Azzam.

"Gak baik ngintip ponsel orang, Ben." Peringat Azzam kembali mengingatkan.

"Enggak kok, tadi nengok trus keliatan."

"Alasan."

"Gimana? Belum kamu jawab pertanyaan saya?"

Azzam mengerutkan keningnya, "pertanyaan mana?"

Ben menghela nafasnya lelah, padahal sudah jelas Ben tadi hanya melontarkan satu pertanyaan kepada Azzam.

"Kamu beneran suka sama Qila?" Ulangnya.

"Biarlah Allah yang tau perasaan saya seperti apa. Kalau memang takdir saya pasti akan datang kepada saya." Jawab Azzam.

Sebenarnya Azzam sendiri tak tahu bagaimana perasaannya terhadap Qila saat ini. Ia hanya terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah dan meminta yang terbaik tanpa menghiraukan perasaannya.

Azzam sadar setiap kali ia bersama Qila selalu ada rasa aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Tapi kalau memang itu rasa suka lawan jenis, ia tak akan memperbesarnya. Biarlah takdir yang membawa ia pergi kemana dengan semestinya.

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang