DUA PULUH TUJUH

25 5 2
                                    

Zean terus merasa bersalah dengan Qila, gadis itu bisa membuka ponselnya dapat dipastikan Qila mengetahui sandinya adalah tanggal lahir Najwa. Entah kenapa, masih ada sedikit rasa tak rela jika Qila tersakiti. Meskipun itu karenanya.

Padahal Zean menjadikan tanggal lahir Najwa sebagai sandi agar pria itu tak lupa akan hari penting istrinya itu. Dulu, ia pernah lupa dan Najwa marah besar padanya.

Saat ini, Zean sudah berada di rumah. Ia diantarkan Qila dan gadis itu kini akan menginap di rumahnya dan Najwa.

Kedatangannya dan Qila tadi membuat Najwa terkejut bukan main, apalagi Qila dan Zean pulang dengan kondisi baju berlumur darah. Namun, setelah diceritakan kejadian sebenarnya Najwa malah melarang Qila untuk pulang. Ia takut, Qila kembali mengalami peristiwa yang sama.

"Mas?" Panggil Najwa, wanita itu masuk dengan nampan dan segelas wedang jahe hangat di atasnya.

"Kenapa ngelamun?" Tanyanya saat sudah sampai di depan Zean. Wanita itu, meletakkan wedang jahe buatannya di nakas samping Zean tidur.

"Gak papa. Makasih ya." Kata Zean.

"Emm, aku tidur sama Qila ya?" Tanya Najwa.

"Kok gitu?"

"Aku udah lama gak ketemu sama Qila, sekali ini aja boleh ya? Aku kangen banget sama Qila." Kata Najwa memohon. Bahkan wanita itu kini menunjukkan puppy eyes nya, berharap Zean luluh dengan itu.

Zean menghela nafasnya, jika sudah seperti ini. Ia tak bisa menolak permintaan Najwa atau wanita itu akan marah padanya. "Iyaa," jawabnya.

Najwa bersorak kegirangan, setelah 8 tahun lamanya tak berjumpa dan bertukar cerita sebelum tidur layaknya dulu saat mereka di pondok. Kini ia bisa kembali mengulang masa-masa itu. Dan ia akan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.

Muach

Najwa menyalami dan mengecup pipi Zean singkat sebelum wanita itu pergi dari kamarnya. "Makasih sayang." Ucapnya.

Sebelum menuju kamar tamu tempat dimana Qila berada, Najwa mengambil sebuah charger untuk Qila. Gadis itu harus mengabari orang tuanya bukan?.

Setelah kepergian Najwa, Zean tersenyum. "Kalo punya istri 2 kayaknya tiap hari tidur sendiri." Gumamnya, lalu terkekeh.

*******

Najwa kini sudah berada di depan pintu kamar ruang tamu, dengan senyum yang terus mengembang ia ketuk pintu berwana coklat itu.

Tok tok tok

Tak lama Qila keluar dengan piyama yang dipinjamkan Najwa tadi, baju gadis itu sudah kotor berlumuri darah Zean.

"Makasih ya." Ucapnya menerima uluran sebuah charger dari Najwa. Qila hendak kembali menutup pintunya, namun ditahan oleh Najwa. "Kenapa?" Tanyanya.

"Aku tidur bareng kamu." Jawab Najwa dengan wajah yang berbinar. Namun tidak dengan ekspresi Qila yang menunjukkan kebingungan. "Zean?" Tanyanya.

"Aku udah izin kok, udah diizinin juga. Tinggal kamu, bolehkan?" Kata Najwa.

"Ini rumah kamu, kamar ini juga hak kamu. Bagaimana aku bisa larang?"

Najwa bersorak kegirangan untuk kedua kalinya, entahlah wanita itu sangat bahagia bisa sekamar dengan sahabatnya lagi. Mungkin, ini untuk terakhir kalinya.

"Astaghfirullah Qila, kamu kemana aja? Kenapa ponsel kamu mati? Kenapa jam segini belum pulang? Kamu baik-baik aja kan?" Pertanyaan bertubi-tubi keluar dari mulut Aisyah saat telepon sudah tersambung. Sebelumnya Aisyah sudah menelpon Qila berkali-kali, tapi karena ponsel gadis itu mati, ia tak dapat menerima panggilan itu.

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang